Rentetan Pencurian Motor di Lumajang Paksa 1.328 Mahasiswa KKN dari 8 Kampus Ditarik Pulang

Penarikan mahasiswa program Kuliah Kerja Nyata (KKN) kolaboratif dari Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, ternyata tidak hanya dilakukan oleh Universitas Jember (Unej).
Tujuh perguruan tinggi lain yang ikut dalam program tersebut juga mengambil langkah serupa.
Kampus-kampus itu adalah Universitas Lumajang, Universitas Islam Negeri KH. Achmad Shidiq Jember, Universitas Islam Jember, Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan PGRI Lumajang, Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Pembangunan, Universitas PGRI Argopuro Jember, dan Politeknik Kesehatan Jember.
Total, ada 1.328 mahasiswa dari delapan kampus yang semula ditempatkan di 102 desa di Lumajang.
Namun, keputusan menarik seluruh mahasiswa diambil setelah rapat besar antara para penanggung jawab kegiatan KKN dari masing-masing kampus.
Koordinator Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) Universitas Lumajang, Eko Romadhon, mengatakan langkah ini diambil untuk menghindari dampak negatif yang lebih besar bagi mahasiswa.
"Mulai besok hari Sabtu seluruh mahasiswa dari 102 desa, 8 perguruan tinggi Jember dan Lumajang menarik 1.328 mahasiswa untuk kembali ke kampus masing-masing," ujarnya di Posko KKN Desa Padang, Jumat (8/8/2025).
Apa Penyebab Utama Penarikan Mahasiswa?
Polisi olah TKP pencurian sepeda motor mahasiswa KKN di Kantor Desa Alun-alun, Rabu (6/8/2025). Di antara motor yang dicuri, ada motor milik mahasiswa Universitas Negeri Jember.
Salah satu alasan kuat di balik penarikan massal ini adalah maraknya pencurian sepeda motor milik mahasiswa KKN.
Dalam waktu hanya tiga hari, terjadi dua insiden pencurian di lokasi yang seharusnya aman. Kasus pertama terjadi di Balai Desa Alun-alun, Kecamatan Ranuyoso, dan kasus kedua di rumah Kepala Desa Tempeh Tengah, Kecamatan Tempeh.
"Mungkin kalau ini karena keteledoran anak-anak, evaluasi kami tidak akan sedalam ini," kata Eko.
Sementara itu, Sekretaris Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) Universitas Jember, Ali, menyebut pola pencurian di dua lokasi tersebut memiliki modus operandi yang mirip.
"Bukan kebetulan, karena tiga rangkaian kejadian kok mirip dengan modus operandi yang mirip, jadi saya rasa ini bukan kebetulan," ujarnya.
Bagaimana Pandangan Pihak Desa?
Kepala Desa Tempeh Tengah, Muhammad Mansur Sah, menduga pencurian ini seperti bentuk teror terhadap mahasiswa KKN. Ia menegaskan bahwa insiden tersebut sangat mengganggu rasa aman di masyarakat.
"Terkesan kejadian ini teror kepada mahasiswa yang KKN di Lumajang karena baru dua hari lalu juga kejadian di Balai Desa Alun-alun," katanya.
Mansur berharap Polres Lumajang segera mengungkap kasus ini dan meningkatkan pengamanan di desa-desa.
"Harapan saya Polres Lumajang lebih diaktifkan lagi untuk keamanan dan agar kejadian di rumah saya ini segera terungkap," ujarnya.
Program KKN kolaboratif di Lumajang sejatinya dijadwalkan berakhir pada 20 Agustus 2025. Namun, dengan penarikan ini, kegiatan harus dihentikan lebih awal.
Eko mengaku masih mempertimbangkan apakah pada tahun depan Lumajang akan kembali menjadi lokasi KKN.
"Untuk tahun depan masih kita pikirkan lagi apakah taruh Lumajang atau tempat lain, ini perlu komitmen bersama antara pemerintah daerah dan LP2M," pungkasnya.
Ali menambahkan bahwa jika keamanan tidak segera ditangani, dampaknya bisa lebih luas.
"Kalau ini kita biarkan tanpa ada langkah cepat dari Pemkab untuk melakukan kondusivitas keamanan di Lumajang, saya kira dampaknya akan banyak ini," tegasnya.
Sebagian artikel ini telah tayang di dengan judul "Tidak Hanya Unej, Semua Kampus Peserta KKN Kolaboratif di Lumajang Tarik Mahasiswanya, Total 8 Kampus".
Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!