Duduk Perkara Kasus Keluarga Pasien Maki dan Paksa Dokter RSUD Sekayu Lepas Masker

Video seorang dokter RSUD Sekayu, Kabupaten Musi Banyuasin (Muba), Sumatera Selatan, yang dimarahi keluarga pasien dan dipaksa membuka masker, viral di media sosial.
Rekaman itu diunggah akun Instagram @perawat_peduli_palembang dan langsung menuai sorotan publik.
Kronologi Kejadian di Ruang VIP
Peristiwa terjadi saat dokter spesialis ginjal, Syahpri Putra Wangsa, Sp.PD-KGH, FiNASIM, melakukan visit ke pasien perempuan lansia di ruang VIP RSUD Sekayu. Saat masih mengenakan masker, ia langsung disambut kemarahan keluarga pasien.
"Ini dokter ini, ibu saya disuruh tunggu dahak. Tiap hari tunggu dahak, dikit-dikit tunggu dahak. Hasil rontgen, hasil rontgen, kita masuk sini biar pelayanan layak. Kita sewa ruang VIP ini untuk pelayanan. Pelayanan yang bagus, pelayanan yang layak. Bukan sekadar disuruh nunggu. Kalau disuruh nunggu kita bisa pakai BPJS. Kita nggak mau pakai BPJS, nggak mau dimain-mainkan seperti kamu ini, kamu paham ya? Kamu harus paham ya," ucap perekam video dengan nada tinggi.
Pria tersebut kemudian melanjutkan, "Ini nyawa, ini mak saya, ini nyawa, jangan kamu kayaknya kesannya main-main. Kamu berdalih dengan menjelaskan hasil rontgen, menunggu air ludah. Ada semua prosedur, saya juga orang sekolah. Ngerti nggak? Dengar nggak? Saya juga orang sekolah, cuma kalau hasil rontgen, hasil rontgen, bukan begitu. Saya minta tindakan yang pasti. Kamu bilang ini ruangan sangat layak, sangat bagus. Mana layaknya ini, ini plafonnya begini, kamu bilang layak ini."
Tak lama, seorang pria lain dari belakang mendekat dan memaksa Syahpri membuka masker. Ia kemudian mendesak sang dokter menjelaskan penyakit pasien secara langsung di hadapan ibunya.
"Buka masker, ini nah dokternya. Dokter apa bagian apa, ngomong! Jelasin dekat ibu saya, jelasin sudah tiga hari ini kita masuk ruangan VIP cuma memperlihatkan hasil rontgen, ini dokter-nya ini. Pulang ke mana kamu?" ujar pria tersebut.
Meski terus dimaki, Syahpri tetap tenang dan menjelaskan, "Jadi, ibunya ke rumah sakit dengan kondisi tidak sadar. Dengan gula darah yang sangat rendah, kemudian tekanan darahnya tidak terkontrol. Kemudian kita lakukan pemeriksaan, didapatkan rontgen dan adanya gambaran indu trek atau gambaran pecah di paru-paru kanan."
"Kamu tahu indu trak itu apa?" tanya perekam.
"Gambaran khas dari penyakit TBC," jawab Syahpri.
Namun, keluarga pasien tetap tidak puas. "Ini dokter karena saya sudah berapa tahun hidup orang ngecek TBC harus dari apa?" tanya pria tersebut.
"Dahak," jawab dokter.
Respon RSUD dan Dinkes Sumsel
Kasubag Humas RSUD Sekayu, Dwi, membenarkan kejadian tersebut. "Benar, itu dokter spesialis ginjal. Di video terlihat beliau dimarahi keluarga pasien dan tetap sabar," ujarnya.
Kepala Dinkes Sumsel, Trisnawarman, menyebut tindakan keluarga pasien merupakan perbuatan kriminal. "Kekerasan itu adalah tindakan kriminalitas yang tidak dibenarkan. Di sini ada perbuatan kekerasan dan korbannya adalah tenaga medis," ucapnya.
Ketua IDI Sumsel, Abla Ghanie, menegaskan, "Segala bentuk kekerasan, apalagi kekerasan fisik harus ditindak tegas sesuai dengan aturan hukum yang berlaku. Pasien atau keluarga pasien dapat saja merasa tidak puas dengan pelayanan dokter. Seharusnya dapat dikomunikasikan atau didiskusikan dengan baik-baik, dengan kepala dingin."
Langkah Hukum dari Dokter Syahpri
Kasi Humas Polres Muba, Iptu S. Hutahean, mengatakan laporan telah diterima dan sedang ditangani Satreskrim. "Betul, laporan korban sudah kami terima dan saat ini sedang ditangani oleh Satreskrim Polres Muba," ujarnya.
Syahpri mengungkapkan alasan melapor adalah untuk mencegah kasus serupa menimpa tenaga kesehatan lain. "Yang jelas saya mewakili seluruh nakes di Indonesia, jangan sampai terjadi Syahpri yang lain. Jadi kita harus menentukan sikap, harus tegas," tegasnya.
Mediasi Tidak Menghentikan Proses Hukum
Rabu (14/8/2025), keluarga pasien bertemu langsung dengan Syahpri di RSUD Sekayu dan menyampaikan permintaan maaf.
"Dengan tidak mengurangi rasa hormat, Bapak, Ibu, pejabat pimpinan RSUD Sekayu, saya terlebih dahulu memohon maaf atas terjadinya video yang viral kemarin di hari Selasa yang terjadi di ruangan tempat ibu saya dirawat," kata perwakilan keluarga pasien.
Plt Direktur RSUD Sekayu, drg Dina Krisnawati Oktaviani, menegaskan, "Pertemuan dengan keluarga pasien bukan bertujuan untuk menghentikan proses hukum, melainkan untuk memberi ruang klarifikasi dari keluarga pasien atau terduga pelaku. Pihak RSUD Sekayu akan tetap memastikan, mendampingi, mendukung, dan mengawal proses hukum yang tetap berlanjut sesuai ketentuan yang berlaku dan sepenuhnya menjadi kewenangan aparat kepolisian serta penegak hukum."
Kapolres Muba, AKBP God Parlasro Sinaga, memastikan penyidikan berjalan. "Kami pastikan akan diproses sesuai prosedur yang berlaku. Buktinya, tadi pagi saya langsung asistensi yang dihadiri Kasat Reskrim dan Kasi Propam untuk memastikan kasus ini berjalan sesuai prosesnya," ujarnya.
Ia menambahkan, "Nanti akan terlihat saat proses penyidikan, akan terlihat peristiwa itu melanggar pasal berapa. Apabila kedua belah pihak ini nantinya akan bertemu untuk mengupayakan hal kebaikan (upaya damai) tentu kita fasilitasi. Namun, selama belum ada perdamaian, proses hukum tetap berjalan."
Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!