Mengapa Penyakit Campak Bisa Sebabkan Kematian pada Anak

Wabah campak, KLB Campak, komplikasi campak, Campak pada anak, vaksin mencegah campak, Mengapa Penyakit Campak Bisa Sebabkan Kematian pada Anak

Kasus campak terus meluas di Indonesia. Sepanjang tahun 2025 sudah terdapat 18 kasus kematian akibat penyakit ini yang dilaporkan ke Kementerian Kesehatan.  Sebanyak 17 kasus berasal dari Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, dan satu kasus di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.

Dijelaskan oleh dokter spesialis anak Ria Yoanita, campak memang penyakit yang bisa menyebabkan komplikasi berbahaya, bahkan kematian.

"Campak adalah infeksi virus yang sebenarnya bisa sembuh sendiri, tapi komplikasinya bisa berat dan berbahaya. Virus campak sangat menurunkan daya tahan tubuh sementara (imunosupresi), sehingga penderitanya rentan terkena infeksi lain," kata dr.Ria saat dihubungi KOMPAS.com (26/8/2025).

Ia mengatakan, komplikasi berat seperti pneumonia dan ensefalitis adalah penyebab utama kematian anak akibat campak. 

"Data dari CDC (Centers for Disease Control and Prevention's) menyebut bahwa satu sampai tiga dari 1.000 anak yang terinfeksi campak meninggal akibat komplikasi," tutur dr.Ria.

Mengutip KOMPAS.id, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sumenep Ellya Fardasah menyebutkan, selain tidak mendapatkan imunisasi, kasus kematian campak yang ditemukan di Kabupaten Sumenep juga diketahui mengalami komplikasi, seperti bronkopneumonia (88 persen), gastroenteritis akut (GEA) atau peradangan pada saluran pencernaan (35 persen), malanutrisi (6 persen), tuberkulosis (6 persen), dan anemia (6 persen).

Ditambahkan oleh dr.Ria, virus campak menginfeksi sistem pernapasan seperti hidung, tenggorokan, dan paru-paru, kemudian menyebar ke seluruh tubuh melalui darah (viremia).

"Organ yang diserang atau terdampak berat meliputi paru-paru sehingga terjadi pneumonia, otak sehingga terjadi radang otak, serta serta risiko SSPE (penyakit syaraf progresif fatal yang muncul beberapa tahun kemudian)," papar dokter anak dari RS Carolus Jakarta ini.

Pencegahan penyakit campak

Campak merupakan penyakit yang penularannya sangat cepat. Satu orang dengan campak bisa menularkan ke 12 sampai 18 orang lain. Tingkat penularannya bahkan lebih tinggi daripada penularan Covid-19. Oleh karena itu pencegahannya harus diutamakan.

Untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak di masa KLB campak, dr.Ria menyarankan agar bayi mendapatkan ASI eksklusif.

"Ini untuk memberikan perlindungan kekebalan awal," ujarnya.

Selain itu, Ikatan Dokter Anak Indonesia merekomendasikan pemberian vaksin campak untuk melindungi anak dari penularan. Vaksin campak diberikan dalam dua dosis.

"Vaksin MR diberikan usia 9 bulan, lalu booster MMR di usia 18 bulan, dan ulang MR di kelas 1 SD (usia 6–7 thn)," kata dr.Ria.

Ia menegaskan, walau pemberian vaksin tidak 100 persen melindungi, tetapi anak yang mendapatkan dua dosis vaksin akan terlindungi sampai 97 persen. 

"Kalau pun tetap terinfeksi gejalanya lebih ringan, komplikasinya juga lebih jarang fatal," katanya.

Di masa KLB campak seperti saat ini, dr.Ria juga mengingatkan orangtua agar anak diberikan nutrisi yang cukup serta menghindari kontak dengan penderita. 

Orangtua juga perlu mengenali gejala penyakit ini. Pada tahap awal, gejala yang muncul adalah demam, batuk-pilek, dan sering ditemukan kotoran pada mata. Kemudian anak akan mengalami demam tinggi disertai ruam-ruam kulit yang menyebar ke seluruh tubuh.

Pada anak yang sudah tertular campak, dr.Ria mengingatkan pentingnya pemberian suplementasi vitamin A.

"Suplementasi vitamin A pada anak yang sakit campak terbukti menurunkan risiko kematian," katanya.

Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!