Paru dan Otak, Organ Tubuh yang Paling Diserang Campak

radang otak, komplikasi campak, virus campak, Campak pada anak, Paru dan Otak, Organ Tubuh yang Paling Diserang Campak

Campak merupakan penyakit berbahaya yang dapat berdampak fatal, bahkan hingga menyebabkan kematian. Kementerian Kesehatan mencatat, sepanjang tahun 2025 sudah ada 18 kematian pada anak akibat penyakit ini.

Tingkat penularannya campak sangat tinggi, satu orang dengan campak bisa menularkan ke 12 hingga 18 orang lain. Angka ini bahkan lebih tinggi dibandingkan tingkat penularan Covid-19.

"Campak adalah infeksi virus yang sebenarnya bisa sembuh sendiri, tapi komplikasinya bisa berat dan berbahaya," kata dokter spesialis anak Ria Yoanita kepada KOMPAS.com (26/8/2025).

Virus campak adalah virus yang sangat menular dari keluarga Paramyxoviridae, genus Morbillivirus. Virus ini hanya menginfeksi manusia dan menyebar melalui droplet atau percikan pernapasan ketika penderita batuk, bersin, atau berbicara.

Pada tahap awal, gejala yang muncul biasanya berupa demam, batuk-pilek, serta mata yang berair atau tampak kotor. Beberapa hari kemudian, penderita mengalami demam tinggi yang disertai ruam merah khas, dimulai dari wajah atau kepala lalu menyebar ke seluruh tubuh. 

Jika terjadi infeksi bakteri sekunder, gejala dapat bertambah berat, seperti munculnya nanah, bibir sangat kering, kulit pecah-pecah, hingga demam yang makin tinggi.

"Virus campak pertama kali menginfeksi saluran pernapasan seperti hidung, tenggorokan, dan paru-paru, sebelum menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah (viremia)," terang dr.Ria.

Organ yang bisa terdampak berat karena virus campak antara lain:

- Paru-paru, yang dapat berkembang menjadi pneumonia, komplikasi tersering dan penyebab utama kematian pada anak penderita campak.

- Otak, yang berisiko mengalami radang otak (ensefalitis) sehingga menyebabkan kejang, disabilitas permanen, bahkan kematian.

- Sistem saraf, yang dalam jangka panjang bisa memicu subacute sclerosing panencephalitis (SSPE), penyakit saraf progresif yang fatal dan muncul bertahun-tahun setelah infeksi campak awal.

CDC mencatat, sekitar 1 dari 5 orang yang terinfeksi campak memerlukan perawatan di rumah sakit. NIH juga menekankan bahwa komplikasi campak lebih sering dan lebih berat pada anak di bawah usia 5 tahun, orang dewasa di atas 20 tahun, ibu hamil, serta individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.

Risiko komplikasi juga meningkat pada anak yang tidak pernah mendapatkan imunisasi campak (MR/MMR), mengalami malnutrisi, atau tinggal di lingkungan dengan akses kesehatan terbatas.

Untuk kasus campak, tidak ada obat yang spesifik yang diberikan. Pengobatan diberikan untuk mengatasi gejala berupa terapi suportif, seperti istirahat cukup serta pemberian nutrisi dan hidrasi, pemberian antibiotik pada kasus yang ditemukan infeksi bakteri, dan pemberian vitamin A dosis tinggi.

"Suplementasi vitamin A pada anak yang sakit campak terbukti menurunkan risiko kematian," kata dr.Ria.

Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!