Grebeg Maulud 2025 di Keraton Yogyakarta, Istimewa dengan Kemunculan Gunungan Bromo

Keraton Yogyakarta, Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Gunungan Bromo, Gunungan Bromo Keraton Yogyakarta, Grebeg Maulud 2025, Grebeg Maulud 2025 di Keraton Yogyakarta, Istimewa dengan Kemunculan Gunungan Bromo, Tradisi Garebeg Maulud Tahun Dal, Bentuk dan Susunan Gunungan Bromo, Filosofi dan Keistimewaan Gunungan Bromo, Prosesi Kundur Gunungan Bromo

Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat kembali menyelenggarakan rangkaian Hajad Dalem untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW pada tahun 2025.

Peringatan Maulid Nabi kali ini jatuh pada Jumat Kliwon, 12 Mulud 1959 Dal dalam penanggalan Jawa, bertepatan dengan 5 September 2025.

Tahun Dal dianggap istimewa dalam tradisi Jawa karena merupakan tahun wiwitan atau awal dari siklus delapan tahunan (sewindu).

Selain itu, keistimewaan Tahun Dal dalam kalender Jawa juga ditandai dengan jatuhnya malam 1 Suro selalu berbarengannya dengan malam Jumat Kliwon.

Tradisi Garebeg Maulud Tahun Dal

Seperti pada tahun-tahun sebelumnya, puncak peringatan ditandai dengan Garebeg Maulud atau Grebeg Mulud.

Biasanya, Keraton mengeluarkan tujuh gunungan, yaitu Gunungan Kakung, Estri, Gepak, Darat, dan Pawuhan yang dibagikan di Masjid Gedhe. Selain itu, dua Gunungan Kakung lainnya dibawa ke Pura Pakualaman dan Kompleks Kepatihan.

Namun, tahun ini terdapat keistimewaan khusus. Pada Garebeg Maulud di tahun Dal, Keraton menambahkan satu gunungan yang jarang sekali muncul, yakni Gunungan Bromo.

Bentuk dan Susunan Gunungan Bromo

Dilansir dari laman kratonjogja.id, bentuk Gunungan Brama menyerupai Gunungan Estri, yaitu silinder tegak dengan bagian tengah sedikit menyempit.

Gunungan ini dibuat dari beragam jajanan tradisional seperti ole-ole, rengginang, kucu, dan upil-upil. Rangkanya terbuat dari bambu dengan lapisan luar dari pelepah pisang.

Di badan gunungan, jajanan ole-ole disusun menyerupai jala, sementara bagian puncaknya dihiasi bendera segitiga berwarna merah.

Pada bagian teratas terdapat lubang khusus untuk menempatkan anglo, yakni tungku kecil dari tanah liat berisi arang membara.

Anglo tersebut digunakan untuk membakar kemenyan, sehingga gunungan terus mengeluarkan kepulan asap tebal selama prosesi.

Inilah yang membuat Gunungan Bromo begitu istimewa, karena hanya hadir delapan tahun sekali dalam Garebeg Maulud tahun Dal, dengan simbol api dan asap sebagai penanda kesucian sekaligus kekuatan tradisi.

Keraton Yogyakarta, Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Gunungan Bromo, Gunungan Bromo Keraton Yogyakarta, Grebeg Maulud 2025, Grebeg Maulud 2025 di Keraton Yogyakarta, Istimewa dengan Kemunculan Gunungan Bromo, Tradisi Garebeg Maulud Tahun Dal, Bentuk dan Susunan Gunungan Bromo, Filosofi dan Keistimewaan Gunungan Bromo, Prosesi Kundur Gunungan Bromo

Gunungan Bromo (Gunungan Brama), yang juga dikenal sebagai Gunungan Kutug adalah salah satu gunungan istimewa dalam pelaksanaan hajad dalem di Keraton Yogyakarta.

Filosofi dan Keistimewaan Gunungan Bromo

Gunungan Bromo, yang juga dikenal sebagai Gunungan Brama atau Gunungan Kutug, hanya dikeluarkan setiap delapan tahun sekali, tepat pada tahun Dal.

Keunikannya terletak pada api dan asap yang selalu menyala dari dalam gunungan.

"Gunungan bromo memiliki api yang menyala di dalam gununganya," ujar KRT Waseso Winoto, Pengageng Kalih KHP Krida Mardawa, seperti dilansir dari tribun Jogja.

Api tersebut bukan sekadar hiasan, tetapi mengandung makna filosofis.

"Api itu kan maknanya kesucian, simbol-simbol bangsa agraria seperti itu," tambahnya.

Gunungan Bromo juga berbeda karena tidak dibagikan kepada masyarakat umum. Gunungan ini diperuntukkan bagi Ngarsa Dalem, Keluarga Dalem, serta Sentana Dalem.

Begit juga dengan prosesinya yang akan dimulai dengan Sri Sultan Hamengku Buwono X mengambil bagian pertama dari Gunungan Bromo, disusul oleh para abdi dalem yang hadir.

Keraton Yogyakarta, Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Gunungan Bromo, Gunungan Bromo Keraton Yogyakarta, Grebeg Maulud 2025, Grebeg Maulud 2025 di Keraton Yogyakarta, Istimewa dengan Kemunculan Gunungan Bromo, Tradisi Garebeg Maulud Tahun Dal, Bentuk dan Susunan Gunungan Bromo, Filosofi dan Keistimewaan Gunungan Bromo, Prosesi Kundur Gunungan Bromo

Sri Sultan Hamengkubuwono Xmengawali mengambil isi gunungan bromo di halaman Gedong Jene, Keraton Yogyakarta, Jumat (1/12/2017) Bertepatan pada tahun Dal penanggalan jawa atau setiap delapan tahun sekali, Keraton Yogyakarta mengeluarkan gunungan bromo dalam Grebeg Maulid yang hanya diperebutkan oleh putra-putri Sultan HB X serta para kerabat keraton.

Prosesi Kundur Gunungan Bromo

Prosesi Kundur Gunungan Bromo atau Gunungan Kutug dilaksanakan di hari Jumat Kliwon di Plataran Gedhong Purwaretna pada siang hari.

Sebelumnya, Gunungan Bromo lebih dulu diarak bersama tujuh gunungan lainnya seperti Gunungan Wadon, Gepak, Darat, Pawuhan, dan Lanang melewati Alun-Alun Utara.

Dari gunungan yang ada, satu Gunungan Lanang dibawa menuju Kepatihan, satu lagi ke Puro Pakualaman, sementara sisanya menuju Masjid Gedhe dengan arak-arakan Bregada Prajurit Keraton.

Setelah didoakan di Masjid Gedhe, Gunungan Bromo tidak dirayakan seperti gunungan lain.

Gunungan ini kembali dibawa masuk ke dalam Keraton untuk kemudian dibagikan khusus kepada kerabat Keraton.

Adapun lima gunungan lain tetap dibagikan kepada masyarakat sebagai wujud sedekah Sri Sultan.

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com.