Suka Tantangan, Diego Yanuar Ikut Maraton 250 Km di Gurun Sahara Pakai Sandal

– Pelari asal Indonesia bernama Diego Yanuar berhasil menaklukkan Marathon des Sables. Menariknya lagi, ia menyelesaikan maraton hanya mengenakan sandal.
“Aku memang selalu penasaran dan suka tantangan, dan aku memang suka kegiatan di luar dan hal-hal yang menurutku baru, aku pengin coba. Aku tahu batasanku. Tantangan yang menurutku di luar batasanku, aku selalu penasaran,” ucap dia, Minggu (20/4/2025).
Namun, kala itu ia belum begitu tertarik dengan dunia lari, sehingga tidak bisa relate dengan apa yang ditampilkan oleh dua salusan televisi itu. Mengikutinya pun tidak terpikirkan olehnya.
Obrolan teman membangkitkan ingatan
Diego juga semakin mahir perihal teknik dan postur berlari yang benar, serta memperbaiki waktu maraton. Pada akhirnya, ia berhasil menuntaskan BTS100 Ultra, yakni maraton di wilayah Bromo Tengger Semeru.
“Karena tahun lalu aku menyelesaikan semua kategori di race itu, aku agak bingung mau apa lagi habis ini. Akhirnya ketemu sama teman-teman lari, ngobrol, dan mereka kasih ide, ‘kayaknya Marathon des Sables cocok’ buatku karena lumayan ekstrem,” tutur dia.
“Aku mulai ngulik lagi, kayaknya aku bisa ikut ini, dan sekarang aku sudah mulai ngerti cara lari, kondisi endurance aku, jadi aku sudah relate dengan race ini,” kata Diego.
Diego tidak serta merta mendaftarkan diri ke Marathon des Sables. Ia melakukan riset selama sekitar satu bulan untuk mengetahui arena berlarinya.
Riset juga dilakukan untuk mengetahui apakah tubuhnya bisa beradaptasi dengan suhu di Gurun Sahara, dan jarak yang harus ditempuh dalam marathon itu.
Persiapan apa saja yang dilakukan untuk ikut maraton?
Persiapan fisik
“Aku maintain saja, enggak latihan. Aku mencoba untuk tetap aktif setiap harinya. Aku pergi ke kantor naik sepeda dan itu bisa 22 kilometer lebih kurang untuk pulang dan pergi,” ungkap dia.
Kemudian, ia berlari setiap dua sampai tiga kali setiap minggu yang dibagi menjadi short run pada hari biasa dan long run pada akhir pekan.
“Dan ini bukan kayak merasa harus lari untuk latihan. Aku memang suka lari, ngobrol sama teman sambil lari. Jadi bukan kewajiban, tapi kayak social event dan buat menjernihkan pikiran,” kata Diego.
Persiapan logistik
Pengisian air sudah disiapkan oleh panitia setiap tiba di lokasi checkpoint. Masing-masing checkpoint berjarak sekitar 8-10 kilometer. Setiap menyelesaikan setiap tahapan atau stage dalam marathon ini, panitia bakal memberikan lima liter air.
Diego mengungkapkan, ia mempersiapkan sekitar 3.500 kalori per hari. Sebab, ia ingin makan banyak usai berlari, agar bisa tertidur lelap sambil memulihkan tubuh.
“Ternyata, pas sampai sana dan ngobrol dengan partisipan lainnya, mulai banyak yang kasih ide, kayaknya aku enggak perlu bawa ini dan itu. Akhirnya ada yang dikurangin, sampai akhirnya hanya sekitar 2.700 kalori per hari. Jadi aku ngurangin makan, tapi juga ngurangin beban di tas,” papar dia.
Jenis makanan yang dibawa bukanlah makanan jadi maupun makanan mentah, tetapi jenis dehydrated food yang bisa langsung dimakan usai diberi air panas.
Selanjutnya, Diego juga membawa surat dokter yang merupakan dokumen wajib. Ia harus membawa rekam foto jantung dan surat pernyataan sehat yang telah dilegalisir oleh rumah sakit dan dokter yang menanganinya.
“Surat medis menjadi salah satu dokumen yang wajib karena beberapa tahun sebelum ini ada yang meninggal karena permasalahan jantung. Kalau enggak punya dokumen ini, langsung dieliminasi dari awal,” ucap dia.
Alasan maraton pakai sandal
Sejak pertama kali berlari dahulu kala, Diego memang menggunakan sepatu lari. Namun, sejak tujuh tahun lalu, ia mulai transisi dari sepatu lari ke sandal selama tiga tahun.
“Lalu aku mengulik cara lari yang benar, jenis sepatu yang cocok, dan baca banyak tentang natural running, dan natural movement. Ini (natural running dan natural movement) cocok dengan filosofi hidupku yang lebih ke minimalis, lebih ada feeling ‘i belong here’ kayak menyatu dengan alam,” pungkas Diego.