Kupas Fashion Sustainability & Empowerment dari 2 Fashion Stylist Ini

BeautyFest Asia 2025 siap kembali menghidupkan dunia kecantikan Indonesia! Gelaran besar ini akan berlangsung pada 6–8 Juni di Kota Kasablanka, Jakarta. Sebelum acara utama dimulai, AlongWalker mengadakan sesi spesial Judges Gathering untuk AlongWalker Beauty Awards, melibatkan 25 juri dari beragam latar—dari pemimpin redaksi, beauty creators, model, makeup artist, hingga fashion stylist ternama.

Di momen ini, AlongWalker sempat berbincang dengan dua stylist berbakat, TBM Yudi dan Yoland Handoko, yang sudah malang-melintang di dunia editorial, commercial, celebrity styling, hingga creative direction. Keduanya berbagi cerita soal pentingnya keberlanjutan di industri fashion dan beauty, hingga bagaimana fashion bisa jadi medium pemberdayaan. Penasaran? Yuk, lanjut baca sampai habis, AlongWalker!

TBM Yudi

Kupas Fashion Sustainability & Empowerment dari 2 Fashion Stylist Ini

Dok. POPBELA.com

1. Apa pendapat kamu tentang sustainability di industri fashion dan beauty?

Untuk (aspek) yang sustainability di (industri) fashion dan beauty, i think sudah mulai growing rapidly, ya, either kayak di luar (negeri) ataupun Indonesia. Mereka sudah mulai aware dengan sustainability, nggak cuman jadi sebagai segi marketing doang, tapi kayak beberapa brand sudah mulai tahu, nih, untuk produk-produknya (yang memperhatikan) bagaimana untuk mengelola sustainability.

Misalkan, kalau untuk retail, mereka ada limbah (bahan) yang tidak terpakai, (dan) mungkin bisa dijadiin sebuah pakaian atau aksesoris lainnya. Kalau (industri) beauty, mungkin dari segi packaging-nya (yang) bisa di-refill, jadi tidak ada limbah-limbah yang bikin toxic, gitu.

Kalau dari segi tenaga kerja, mungkin belum terlalu signifikan (perubahannya) kali, ya. Kalau untuk secara working hours-nya, kayak 9-to-5, mungkin beberapa (perusahaan) sudah ada yang mulai mengaplikasikan untuk itu.

Tapi, kan, kita nggak tahu, kayak itu (termasuk) SOP masing-masing perusahaan (yang) beda-beda, ya. Cuman, kayaknya untuk yang stabil perusahaannya, mungkin mereka sudah (mulai) bisa mengaplikasikan yang 9-to-5, atau adapun kalo misalkan ada (peraturannya). (Termasuk aturan) lembur mereka bisa ada overtime (yang jelas). 

2. Bagaimana kamu mendefinisikan “fashion yang memberdayakan”?

Kupas Fashion Sustainability & Empowerment dari 2 Fashion Stylist Ini

Dok. POPBELA.com

Kalau menurut aku, fashion itu adalah (cara) mengekspresikan jati diri, ya. Setiap orang punya cara masing-masing untuk mengkomunikasikan cara untuk berpakaian sesuai dengan individual dan taste mereka, untuk menunjukan kalau, 'Ini, lho, jati diri gue.' di society. Apakah itu mereka mau image-nya yang mungkin rebel atau feminin, atau mungkin yang agak androgyny.

Untuk saat ini, (di tahun) 2025 kayaknya orang sudah mulai bisa menjadi diri mereka sendiri, sih, (sudah) mulai bebas. (Hal ini) karena dengan sudah ada medianya juga (yang) makin beragam, jadi orang-orang sudah bisa melihat (referensi), misalkan dari internet (dan) segala macam.

Mereka (jadi) bisa tahu influence fashion mereka mau kayak gimana. Sekarang, kan, (orang-orang) sudah lebih open-(minded) untuk mengekspresikan diri. Instead, satu dekade yang lalu, (di mana) orang (yang) mau mengekspresikan diri masih (merasa) was-was, (atau) takut diejek dari society.

Yoland Handoko

Kupas Fashion Sustainability & Empowerment dari 2 Fashion Stylist Ini

Dok. POPBELA.com

1. Apa pendapat kamu tentang sustainability di industri fashion dan beauty?

Aku percaya sustainability itu penting. Makanya, dalam segala situasi dan event, aku selalu bilang, 'carilah kualitas, daripada kuantitas'. Sebagai fashion stylist, aku (lebih menyarankan) beli product-product atau baju yang memiliki kualitas bagus, walaupun mungkin harus mengeluarkan (biaya) lebih banyak.

Tapi, secara keberlangsungan baju tersebut bisa kita pakai lebih lama, bahkan bisa kita turunkan ke keponakan atau adik, atau mungkin anak, dan lain-lain. Kalau dari segi gaya, aku pribadi selalu memilih item-item yang sifatnya klasik, jadi tidak trendy (sesaat), gitu. Jadi, memang untuk dipakai berulang kali, hingga tahun-tahun kemudian (barangnya) masih terlihat bagus.

2. Bagaimana kamu mendefinisikan “fashion yang memberdayakan”?

Kupas Fashion Sustainability & Empowerment dari 2 Fashion Stylist Ini

Dok. POPBELA.com

"Fashion yang memberdayakan" adalah sesuatu yang tidak dipaksakan oleh orang lain. Kalau misalkan konteksnya (dari) fashion, untuk bisa berdaya, ya, harus percaya diri dulu sama diri sendiri, (dan) tidak di atas paksakan orang lain.

Kalau untuk perempuan, mungkin (sebaiknya) tidak membeli sesuatu agar disukai lawan jenis, tapi harus disukai oleh diri sendiri—itu yang paling penting. Jadi, perempuan tersebut harus suka dengan apa yang dia beli, bukan yang memang terpaksa dibeli karena ingin menyenangkan lawan jenis. Dengan attitude dan pola pikir seperti itu, (perempuan) yang membeli (fashion/beauty item) juga bisa ikut "berdaya" dan aware, (dan) lebih mindful dengan apa yang dia beli.

Jangan sampai ketinggalan serunya BeautyFest Asia 2025 di Kota Kasablanka, mulai dari 6–8 Juni nanti, ya, AlongWalker. See you soon!