Kenapa Kita Justru Belanja Terus Saat Ekonomi Sedang Sulit?

Saat penghasilan tak kunjung naik dan ekonomi sedang sulit seperti sekarang, naluri logisnya adalah berhemat, menahan pengeluaran, dan memperketat anggaran.
Tapi kenyataannya, justru banyak orang yang makin rajin belanja barang-barang kecil seperti check out lip balm yang baru launching, matcha viral, atau action figure.
Harga barang-barang tersebut mungkin relatif murah, tapi bisa bikin kita bahagia sesaat.
Para ahli menyebutnya sebagai The Lipstick Effect, menggambarkan fenomena di mana orang, kebanyakan wanita, cenderung boros membeli barang-barang mewah kecil seperti lipstik, selama masa ketidakpastian ekonomi.
Istilah "efek lipstik" sebenarnya kemudian dicetuskan oleh miliarder dan pewaris Perusahaan Estée Lauder Leonard Lauder pada tahun 2001 ketika ia melihat lonjakan penjualan lipstik perusahaan tersebut pasca peristiwa 9/11.
"Ketika inflasi meningkat dan ekonomi melambat, orang-orang akan mengencangkan dompet dan mengurangi pengeluaran. Namun, ada beberapa produk, yang sering kali harganya tidak mahal, yang permintaannya justru meningkat selama resesi. Salah satu kategori produk ini adalah kosmetik wanita," jelas pakar marketing dan perilaku konsumen Colleen Kirk dari New York Institute of Technology School of Management.
Meskipun judul teorinya demikian, efek lipstik tidak hanya terjadi pada produk kosmetik. Efek lipstik hanyalah indikator ekonomi yang telah dipelajari oleh para ekonom dari waktu ke waktu.
"Sebenarnya, teori ini merupakan hasil pengamatan bahwa orang cenderung menghabiskan uang untuk kesenangan kecil, sementara lebih berhati-hati dalam membelanjakan uang untuk barang-barang yang lebih mahal selama masa krisis ekonomi, kata Lindsay Bryan-Podvin, terapis keuangan bersertifikat.
Ilustrasi belanja online saat promo tanggal kembar.
Merasa punya kendali
Fenomena boros belanja barang "murah" tadi ternyata bukan sekadar impuls sesaat tetapi ada dorongan psikologis untuk mencari rasa nyaman dan kontrol di tengah ketidakpastian ekonomi.
Di saat hidup terasa tak pasti, belanja kecil-kecilan jadi cara instan untuk merasa “masih punya kuasa” atas hari-hari yang sulit.
"Manusia punya kebutuhan dasar untuk mengendalikan hidup. Dan penelitian menunjukkan bahwa ketika kendali diambil dari kita dalam satu domain, kita mencoba untuk menggunakannya di domain lain. Dan salah satu caranya adalah dengan mengendalikan barang yang kita beli," kata Kirk.
Belum lagi, pengaruh dari media sosial yang menciptakan rasa urgensi dan eksklusivitas seputar produk.
Menurut Kirk, pengaruh dari orang lain dapat meningkatkan faktor psikologis di balik efek lipstik dengan mendorong gagasan bahwa suatu barang dapat membuat mood kita lebih baik.
Coba kendalikan
Meskipun tidak ada salahnya membeli barang dalam jumlah kecil untuk merasakan kontrol, tapi kita tetap perlu menyisihkan dana untuk ditabung. Kita tak pernah tahu kebutuhan mendesak apa yang akan ditemui di depan.
Selain itu cari tahu mengapa kita selalu impulsif checkout barang saat membuka aplikasi belanja. Evaluasi harus dilakukan setiap kali melakukan pembelian yang tidak penting, terutama selama masa ekonomi yang sedang lesu.
"Penting untuk memikirkan alasan di balik pembelian tersebut. Apakah Anda benar-benar menginginkan lipstik baru atau keinginan belanja adalah untuk memenuhi kebutuhan lain?," kata Kirk.
Bagaimana pun mengeluarkan uang untuk barang yang tidak penting bukanlah keputusan bijak. Jadi selalu tahan keinginan untuk segera membeli barang yang sedang viral, beri kesempatan pada diri untuk berpikir sebelum memutuskan.
Alihkan fokus dari mengejar rasa bahagia lewat belanja ke aktivitas lain yang lebih bermakna.