Klaim Vaksin HPV Sebabkan Kemandulan, Ini Penjelasan Ahli yang Bikin Plong

Ketua Umum Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI), Prof. Dr. dr. Yudi Mulyana Hidayat, menegaskan bahwa klaim mengenai vaksin human papillomavirus (HPV) sebagai penyebab kemandulan atau menopause dini adalah hoaks belaka.
"Ini hanyalah mitos, bukan fakta," ujar Yudi dikutip Antara, Kamis (26/6).
Mengenai waktu pemberian vaksin HPV, Yudi menjelaskan bahwa vaksinasi idealnya dilakukan setelah melahirkan (pascapersalinan) untuk memastikan pembentukan perlindungan maksimal. Ini sekaligus menepis kekhawatiran bahwa vaksin HPV dapat mengganggu perkembangan janin.
"Vaksin tidak diberikan pada ibu hamil karena sistem kekebalan tubuh mereka sedang menurun, sehingga pembentukan antibodi tidak optimal," jelas dia.
Senada dengan hal tersebut, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengingatkan bahwa kematian akibat kanker leher rahim atau serviks dapat dicegah, salah satunya melalui imunisasi vaksin HPV.
Direktur Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, juga menyatakan bahwa kanker serviks adalah jenis kanker yang dapat dicegah dan disembuhkan.
Vaksinasi HPV melindungi dari infeksi virus HPV, penyebab utama kanker serviks, sementara pemeriksaan rutin membantu mendeteksi sel abnormal di leher rahim.
"Semakin cepat terdeteksi, semakin tinggi peluang kesembuhannya," kata Nadia.
Menurut informasi dari Kementerian Kesehatan, kanker serviks adalah kanker terbanyak kedua di Indonesia. Diperkirakan lebih dari 36.000 kasus baru terdeteksi setiap tahunnya, namun sekitar 70% di antaranya baru diketahui pada stadium lanjut.
Oleh karena itu, pemerintah giat melakukan upaya promotif dan preventif, termasuk program vaksinasi HPV dan pemeriksaan berkala, untuk meningkatkan deteksi dini kanker serviks.