Menjaga Gunung Rinjani, Istana Sang Dewi Anjani

Gunung Rinjani, Dewi Anjani, Rinjani, rinjani, dewi Anjani, dewi anjani lombok, dewi anjani rinjani, dewi anjani gunung rinjani, dewi anjani di gunung rinjani, dewi anjani penguasa gunung rinjani, Menjaga Gunung Rinjani, Istana Sang Dewi Anjani, Istana Dewi Anjani dan Pesona Segara Anak, Warisan Leluhur: Hutan Adat Mandala, Ritual Pembadak: Memohon Restu Alam, Entok Likubuak dan Tata Adat Pendakian, Gunung Rinjani, Penjaga Kehidupan Pulau Lombok

Gunung Rinjani di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, bukan hanya gunung berapi tertinggi kedua di Indonesia setelah Gunung Kerinci (3.805 mdpl), melainkan juga pusat spiritual masyarakat adat Sasak.

Gunung ini diyakini sebagai rumah leluhur dan tempat bersemayamnya Dewi Anjani, sang ratu jin yang dipercaya menguasai seluruh kawasan Rinjani, termasuk Danau Segara Anak dan kerucut Gunung Baru Jari.

Kepercayaan terhadap kekuatan adikodrati di Gunung Rinjani masih hidup kuat di tengah masyarakat. Mereka menjaga hutan dan gunung dengan aturan adat dan ritual spiritual yang telah diwariskan turun-temurun.

Ketika angin kencang berembus di Plawangan Sembalun, warga percaya itu adalah tanda bahwa Dewi Anjani sedang murka atau tidak merestui.

Dikutip dari Buku Seri Negeri Cincin Api: Rinjani Negeri Sang Dewi yang disusun Kompas Data, keyakinan masyarakat Sasak tentang Dewi Anjani tak terpisahkan dari cara mereka memaknai dan menjaga alam.

Istana Dewi Anjani dan Pesona Segara Anak

Dalam kepercayaan lokal, Dewi Anjani bersemayam di Danau Segara Anak dan Gunung Baru Jari yang tumbuh di tengah kaldera purba.

Kaldera ini telah memukau pendaki sejak abad ke-19. Salah satunya adalah Heinrich Zollinger, naturalis asal Swiss, yang pada 6 Agustus 1846 mencatat keindahan Segara Anak dari puncak Gunung Sangkareang.

Namun, Zollinger gagal mencapai puncak Rinjani karena kehabisan air. Meski demikian, penjelajahannya menjadi salah satu referensi awal tentang kemolekan alam Rinjani yang kemudian dikenal luas.

Pada tahun 2004, keindahan Gunung Rinjani mendapat pengakuan internasional dari Conservation International dan majalah National Geographic Traveler sebagai salah satu tujuan wisata alam terbaik di dunia.

Pada tahun 2009, tercatat 8.455 pendaki mancanegara dan 1.668 pendaki lokal mendaki gunung ini.

Warisan Leluhur: Hutan Adat Mandala

Gunung Rinjani, Dewi Anjani, Rinjani, rinjani, dewi Anjani, dewi anjani lombok, dewi anjani rinjani, dewi anjani gunung rinjani, dewi anjani di gunung rinjani, dewi anjani penguasa gunung rinjani, Menjaga Gunung Rinjani, Istana Sang Dewi Anjani, Istana Dewi Anjani dan Pesona Segara Anak, Warisan Leluhur: Hutan Adat Mandala, Ritual Pembadak: Memohon Restu Alam, Entok Likubuak dan Tata Adat Pendakian, Gunung Rinjani, Penjaga Kehidupan Pulau Lombok

Segara Anakan di Kawasan Cagar Alam Pulau Sempu. Cagar Alam Pulau Sempu berada di bawah koordinasi Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur.

Bagi masyarakat Bayan di Lombok Utara, kawasan Gunung Rinjani dan hutan di sekitarnya merupakan bagian dari warisan leluhur. Hutan Adat Mandala, yang berada pada ketinggian 400–500 meter di atas permukaan laut, dijaga ketat dengan aturan adat.

Raden Gendarip, sesepuh adat Bayan, menjelaskan bahwa pohon-pohon besar dianggap sebagai rumah para jin alim, pengikut Dewi Anjani.

“Adat melarang penebangan pohon, bahkan mengambil ijuk yang jatuh pun tidak diperbolehkan,” ujarnya.

Untuk menjaga hutan, masyarakat mematuhi aturan lisan berupa awig-awig. Sanksinya tidak main-main: satu ekor kerbau, 244 kepeng, satu kuintal beras, satu ekor ayam, dan kelapa secukupnya.

Pelanggaran berulang akan berujung pada pengusiran dari kampung.

Keyakinan akan kutukan yang menimpa perusak hutan turut memperkuat kesadaran kolektif untuk menjaga kelestarian alam.

Ritual Pembadak: Memohon Restu Alam

Kearifan lokal masyarakat Sasak juga tercermin dalam ritual pembadak, tradisi memohon izin kepada kekuatan alam sebelum memasuki kawasan sakral, seperti hutan atau gunung.

Pada 29 September 2011, sebanyak 11 pemuda Sembalun Bumbung menggelar ritual pemandian suci di hulu Sungai Kokok Putih, kaldera Gunung Rinjani. Dengan mengenakan kain putih dan udeng, mereka merendam kaki dalam air panas belerang sambil menanti doa dari pemangku adat.

Haji Purnipah, pemangku adat setempat, memimpin doa dan melantunkan tembang Kumambang Pengerumrum:

 “Kami memohon izin kepada para wali dari barat sampai timur, kepada Dewi Anjani, dan kepada Tuhan agar anak-anak ini disucikan dan menemukan jati diri mereka,” ujarnya.

Purnipah menjelaskan bahwa ritual ini dulu wajib sebelum seseorang menebang pohon atau mengambil hasil hutan.

“Kalau mau ambil kayu untuk rumah, harus bilang dulu lewat upacara pembadak. Tidak boleh untuk dijual,” katanya.

Menurut dia, Gunung Rinjani adalah pusat ngayu-ayu atau rahayu—kemakmuran. Karena itu, hubungan antara manusia dan alam harus dijaga seharmonis mungkin.

Entok Likubuak dan Tata Adat Pendakian

Gunung Rinjani, Dewi Anjani, Rinjani, rinjani, dewi Anjani, dewi anjani lombok, dewi anjani rinjani, dewi anjani gunung rinjani, dewi anjani di gunung rinjani, dewi anjani penguasa gunung rinjani, Menjaga Gunung Rinjani, Istana Sang Dewi Anjani, Istana Dewi Anjani dan Pesona Segara Anak, Warisan Leluhur: Hutan Adat Mandala, Ritual Pembadak: Memohon Restu Alam, Entok Likubuak dan Tata Adat Pendakian, Gunung Rinjani, Penjaga Kehidupan Pulau Lombok

inilah salah satu titik pencarian di jalur pendakkan Senaru, Lombok Utara, hingga Rabu (18/9/2024). keberadaan WNA Rusia masih misterius.

Di jalur Senaru, pendaki juga wajib mengikuti ritual adat sebelum memulai pendakian.

Salah satunya adalah entok likubuak, yaitu meletakkan sekapur sirih di rumah Amaq Loka, pemangku adat jalur Senaru, sebagai bentuk permohonan izin kepada penguasa gunung.

Selanjutnya, pendaki akan menjalani ritual disembe—diolesi air sirih-pinang di dahi, dada, dan punggung—untuk perlindungan.

Sirih juga harus kembali diletakkan saat pendaki tiba di Plawangan, Danau Segara Anak, dan saat mandi di air panas.

Adat juga melarang menyebut nama-nama hewan tertentu seperti kerbau (dedupak), ayam (cecakar), dan kambing (jojak lendang) di kawasan gunung, karena dianggap membawa sial.

Setiap mendaki, Purnipah selalu menyanyikan tembang Pangerumrum:

“Tabek walah, tabek walah,

Keris jungkat payung negeri,

Payungin tanah pusaka…”

Doa dalam tembang ini dimaksudkan sebagai perlindungan dari segala gangguan, baik yang kasat mata maupun tidak.

Gunung Rinjani, Penjaga Kehidupan Pulau Lombok

Kesadaran kolektif tentang pentingnya menjaga Gunung Rinjani dan Danau Segara Anak terus dijaga oleh tokoh adat seperti Haji Purnipah dan Raden Gendarip.

“Rinjani adalah pelindung Pulau Lombok. Dan Segara Anak itu adalah bong, tempat penyimpanan air dunia Lombok,” ujar Purnipah.

Bagi masyarakat Sembalun, Senaru, maupun Bayan, gunung ini bukan sekadar lanskap alam, tapi simbol semesta. Mereka percaya bahwa selama aturan adat dan etika dijunjung, Dewi Anjani akan melindungi seluruh kehidupan di bawah kaki Rinjani.