Bekasi Larang Siswa Bawa HP, Perlukah Anak Dibatasi Pakai Gadget?

Pelajar SD dan SMP di Bekasi, Jawa Barat, dilarang bawa HP ke sekolah mulai tahun ajaran baru 2025/2026 atau pertengahan Juli 2025. Larangan tersebut disampaikan oleh Wali Kota Bekasi, Tri Adhianto agar para pelajar lebih fokus menyerap ilmu.
"Saya sampaikan untuk tahun ajaran baru, nanti mulai pertengahan Juli sudah tidak ada lagi anak SD dan SMP membawa HP ke sekolahnya," kata Tri, dilaporkan oleh , Senin (30/6/2025).
Namun, benarkah larangan membawa ponsel secara total menjadi solusi?
Apa larangan bawa HP ke sekolah jadi solusi?
Bekasi akan melarang pelajar bawa HP ke sekolah. Apakah melarang bawa HP secara total menjadi solusi? Ini penjelasan psikolog anak.
Psikolog anak Grace Eugenia Sameve, M.A., M.Psi., menuturkan, penggunaan HP oleh anak sebetulnya tidak selalu berdampak negatif, tergantung pada fungsinya.
"Jika HP digunakan untuk membantu mencari informasi tambahan untuk materi yang sedang dibahas, tidak (mengganggu konsentrasi)," ujar Grace kepada Kompas.com, Rabu (2/7/2025).
Sebaliknya, masalah muncul ketika HP digunakan untuk hal lain di luar kepentingan belajar. Anak bisa terdistraksi oleh keinginan membuka media sosial, bermain gim, atau mengecek notifikasi yang muncul.
"Anak jadi tidak bisa fokus sepenuhnya karena ingin ‘menggunakan’ HP yang ada di kantong atau tasnya,” jelasnya.
Literasi digital, keterampilan penting untuk anak
Grace menyebutkan, literasi digital merupakan keterampilan penting yang perlu dipelajari sejak dini.
Namun, hal ini harus diimbangi dengan pengawasan dan pembiasaan agar anak tidak tumbuh terlalu bergantung pada gawai.
“Maka yang lebih penting adalah memahami fungsi dari penggunaan HP itu sendiri, bukan sekadar memperdebatkan boleh atau tidaknya,” kata Grace.
Contoh pendekatan alternatif bawa HP ke sekolah
Bekasi akan melarang pelajar bawa HP ke sekolah. Apakah melarang bawa HP secara total menjadi solusi? Ini penjelasan psikolog anak.
Menurut Grace, setiap kebijakan seperti larangan HP tentu memiliki dasar atau alasan tertentu.
Oleh karena itu, penting untuk meninjau kembali alasan awal anak diperbolehkan membawa HP ke sekolah. Misalnya, apakah untuk keperluan belajar, komunikasi dengan orangtua, atau kebutuhan lainnya.
Ia pun memberikan contoh beberapa pendekatan alternatif, seperti:
- HP dititipkan kepada guru dan hanya digunakan saat pelajaran tertentu
- HP dimatikan selama periode tertentu
- Penggunaan dibatasi hanya untuk aktivitas belajar yang diarahkan guru
Peran sekolah dan orangtua sangat penting
Agar larangan HP tak menghambat akses belajar, menurut Grace, sekolah perlu menciptakan lingkungan yang adaptif dan mendukung penggunaan teknologi secara bijak.
Sementara itu, peran orangtua di rumah adalah mengajarkan manajemen waktu dan membiasakan anak dengan aktivitas non-gadget. Beberapa saran yang ia berikan antara lain:
- Terapkan batasan durasi screen time dan fungsinya secara jelas
- Orangtua perlu konsisten menjalankan aturan tersebut di rumah
- Kenalkan berbagai aktivitas non-digital agar anak tidak selalu bergantung pada gawai