Bukan Lima Likur, Ini Alasan Angka 25 dalam Bahasa Jawa Disebut Selawe dan Selangkung

Angka dalam bahasa Jawa, angka dalam bahasa Jawa, bahasa Jawa, Bahasa Jawa, angka dalam Bahasa Jawa, bahasa jawa 25, mengapa 25 disebut selangkung, mengapa 25 disebut selawe, filosofi angka 25 dalam bahasa jawa, Bukan Lima Likur, Ini Alasan Angka 25 dalam Bahasa Jawa Disebut Selawe dan Selangkung

Angka dalam bahasa Jawa memiliki penyebutan khusus yang berbeda tergantung tingkat kesopanan atau unggah-ungguh.

Misalnya, dalam penyebutan angka yang juga mengenal bahasa ngoko dan krama alus seperti siji dan setunggal untuk angka satu, serta loro dan kalih untuk angka dua.

Namun, ada juga makna dan filosofi tentang usia dan fase kehidupan inilah yang tersirat dalam penyebutan angka dalam bahasa Jawa.

Beberapa angka juga memiliki sebutan yang unik, yang terkadang membuat penutur harus lebih jeli ketika mengalihbahasakan dari Bahasa indonesia.

Salah satunya yaitu di angka angka 25, yang penyebutannya bukan gangsal likur sebagaimana logika berhitung urutan angka biasa.

Lantas, mengapa angka 25 disebut selawe dalam bahasa Jawa ngoko dan selangkung dalam bahasa Jawa kromo? Ini penjelasan filosofi mendalam yang melatarbelakanginya.

Ternyata, penyebutan ini tidak hanya soal aturan bahasa, tetapi juga mencerminkan nilai budaya dan filosofi hidup masyarakat Jawa.

Alasan di Balik Penyebutan "Selawe" dalam Bahasa Jawa

Menurut budayawan dan dosen sejarah Universitas Sebelas Maret (UNS), Tundjung Wahadi Sutirto, penyebutan angka 25 sebagai selawe merupakan singkatan dari “Seneng-senenge lanang lan wedok” yang berarti sukanya laki-laki dan perempuan.

Artinya, usia 25 dianggap sebagai puncak usia asmara, saat seseorang biasanya mulai merencanakan pernikahan atau hubungan yang lebih serius.

Maka, selawe secara kultural merepresentasikan usia ideal untuk menikah dalam pandangan masyarakat Jawa.

Alasan di Balik Penyebutan "Selangkung" dalam Bahasa Jawa

Sementara itu, dalam bahasa kromo atau halus, angka 25 disebut selangkung, yang berasal dari kata “wis langkung” yang berarti udah lewat.

Makna ini merujuk pada fase kehidupan seseorang yang telah melewati masa pubertas dan mulai memasuki usia dewasa.

Dengan begitu, penyebutan selangkung juga menandai kedewasaan dan kesiapan seseorang menghadapi kehidupan yang lebih matang.

Kapan Menggunakan Selawe dan Selangkung?

Pemilihan antara selawe dan selangkung bergantung pada konteks sosial dan siapa lawan bicaranya.

Penyebutan “selawe” digunakan untuk berbicara teman sebaya atau dalam percakapan sehari-hari yang santai.

Sementara penyebutan “selangkung” digunakan dalam situasi formal, atau saat berbicara dengan orang yang lebih tua atau dihormati.

Ini mencerminkan ajaran luhur masyarakat Jawa dalam menjaga sopan santun dan unggah-ungguh berbahasa.

Dengan memahami asal-usul dan makna angka 25 dalam bahasa Jawa, kita jadi tahu bahwa bahasa bukan hanya alat komunikasi, tapi juga sarat dengan nilai budaya dan filosofi hidup masyarakat.

Aerikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul