Imunisasi MR Jadi Senjata Utama Cegah Campak dan Rubella

Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons (SKDR) mencatat 2.035 kasus suspek campak di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, per 17 Agustus 2025 dengan 17 anak meninggal dunia.
"Masih ada anak yang tidak mendapat imunisasi campak atau MR sesuai jadwal, baik karena keterbatasan akses, penolakan, maupun lupa," ujar Elly Fardasah, Kepala Dinas Kesehatan Sumenep, dilaporkan oleh Kompas.com, (23/8/2025).
Sebagai langkah darurat, Pemprov Jatim mengirim 9.825 vial vaksin Measles-Rubella (MR) untuk imunisasi massal atau outbreak response immunization (ORI).
Pelaksanaan ORI dimulai 25 Agustus hingga 14 September 2025, menyasar anak usia 9 bulan hingga 6 tahun tanpa melihat status imunisasi sebelumnya.
Imunisasi MR, pencegah utama campak dan rubella
Menurut dr. Santi, Health Management Specialist Corporate HR Kompas Gramedia, imunisasi MR adalah pemberian vaksin MR melalui penyuntikan dengan tujuan membentuk kekebalan tubuh terhadap virus Measles (campak) dan virus Rubella (campak Jerman).
Imunisasi MR menjadi langkah paling efektif untuk memutus rantai penularan campak dan rubella.
"Campak sangat menular dan bisa menimbulkan komplikasi serius, mulai dari radang paru, radang otak, sampai kematian. Sedangkan rubella atau campak Jerman memang lebih ringan, tetapi berbahaya bagi ibu hamil karena bisa menyebabkan keguguran atau cacat bawaan pada bayi," jelas dr. Santi.
Karena itu, ia menegaskan vaksinasi tidak boleh ditunda. Vaksin MR melindungi anak dari dua penyakit sekaligus. Jadwal rutin pemberian vaksin dilakukan saat anak berusia 9 bulan, 18 bulan, dan kelas 1 SD.
"Vaksin MR aman, sudah digunakan di lebih dari 141 negara, dan mendapat rekomendasi WHO serta izin BPOM. Bahkan tetap aman diberikan meski anak sebelumnya sudah mendapat vaksin MMR atau campak," tambahnya.
Siapa saja yang tidak boleh menerima imunisasi MR?
Menurut penjelasan dr. Santi, orang yang tidak boleh menerima vaksin MR adalah orang yang menerima pengobatan radioterapi, terapi kortikostreroid, dan imunosupresan, lalu wanita hamil, leukimia, anemia berat, dan kelainan darah lainnya.
Selain itu, orang dengan kelainan fungsi ginjal berat, gagal jantung, setelah pemberian transfusi darah atau gamma globulin, dan riwayat alergi terhadap komponen vaksin.
Target 95 persen cakupan
Dalam pelaksanaan ORI di Sumenep, Gubernur Khofifah menekankan target minimal cakupan imunisasi 95 persen agar terbentuk kekebalan kelompok.
"Intinya target pelaksanaan ORI minimal 95 persen agar anak-anak terlindungi dan nantinya membentuk herd immunity," ungkapnya, dalam laporan Kompas.com.
Kepala Dinas Kesehatan Sumenep, Elly Fardasah, juga menyoroti rendahnya cakupan imunisasi yang membuat penyebaran campak lebih cepat.
Penolakan imunisasi, menurut Elly, kerap dipicu oleh misinformasi, seperti anggapan anak jadi rewel setelah imunisasi, isu tidak halal, atau ketakutan berlebihan terhadap KIPI (kejadian ikutan pasca-imunisasi).
Padahal, KIPI dari imunisasi campak bersifat ringan berupa, demam ringan, ruam merah, sedikit pembengkakan dan nyeri di tempat penyuntikan yang akan menghilang dalam 2-3 hari.
"Efek samping yang serius sangatlah jarang terjadi," ujar dr. Santi.
Ia mengingatkan, manfaat imunisasi MR bukan hanya untuk melindungi anak hari ini, tetapi juga generasi berikutnya.
Selain imunisasi, orangtua tetap perlu menjaga daya tahan tubuh anak dengan asupan gizi seimbang, cukup tidur, dan menjaga kebersihan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan setidaknya ada 10,3 juta kasus campak yang dilaporkan pada 2023. Jumlah itu meningkat 20 persen dibandingkan dengan 2022. Tren peningkatan wabah campak diperkirakan masih berlanjut pada 2024 dan 2025.
Di Indonesia, cakupan vaksinasi campak belum optimal. Dari target cakupan vaksinasi minimal 95 persen, cakupan vaksinasi campak untuk bayi dan anak usia di bawah 2 tahun baru mencapai 87 persen.
Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!