3 Dampak Plagiarisme Terhadap Inovasi Desainer Lokal

Fenomena plagiarisme di industri kreatif, khususnya mode, bukan hal baru.
Meski sering dianggap sekadar “terinspirasi”, praktik menyalin karya tanpa izin sejatinya bisa membawa dampak serius bagi desainer lokal.
Menurut Pakar Fashion dan Komunikasi, Dino Augusto, plagiarisme tidak hanya merugikan secara personal, tetapi juga melemahkan ekosistem kreatif. Berikut beberapa dampak yang bisa muncul.
Dampak Plagiarisme terhadap Inovasi Desainer Lokal
1. Mematikan ruang kreasi desainer
Bagi desainer, proses menciptakan karya orisinal memerlukan riset, eksplorasi, dan biaya.
Ketika karyanya diplagiat, ruang untuk berkreasi jadi terhambat.
alih berinovasi, mereka terjebak mengurusi pembajakan karya.
Dalam jangka panjang, kondisi ini bisa menurunkan motivasi desainer untuk menciptakan hal baru.
"(Dampak adanya produk tiruan terhadap industri kreatif) yang sebenernya bikin orang males untuk berkarya lebih," ujar Dino Augusto kepada Kompas.com, Kamis (21/8/2025).
2. Menurunkan nilai ekonomi karya
Setiap desain bukan sekadar estetika, tetapi juga produk intelektual yang bernilai ekonomi.
Plagiarisme membuat karya kehilangan eksklusivitas. Akibatnya, harga produk bisa jatuh di pasaran.
Desainer lokal pun sulit bersaing dengan produk tiruan yang biasanya diproduksi massal dan dijual lebih murah.
Fenomena ini juga menghambat tumbuhnya industri kreatif yang sehat.
Padahal, sektor mode lokal berpotensi besar menyumbang ekonomi kreatif nasional jika dilindungi dengan baik.
Menjiplak karya desainer bukan kreativitas, tapi pelanggaran etika. Pakar mode Dino Augusto ingatkan pentingnya orisinalitas di industri fashion.
3. Mengikis kepercayaan publik
Plagiarisme yang terus dibiarkan bisa menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap industri kreatif lokal.
Konsumen sulit membedakan mana karya orisinal dan mana produk tiruan.
Dalam jangka panjang, kondisi ini bisa merugikan citra desainer Indonesia di kancah internasional.
"Dampak ekonomisnya pasti brand besar tersebut terkadang jadi tidak dikenal sebagai pionirnya," ungkap Dino.
Menghentikan siklus plagiarisme yang salah kaprah
Plagiarisme sering dibungkus dengan dalih “inspirasi” atau “tren yang sama”.
Namun, batas antara inspirasi dan penjiplakan jelas berbeda.
Mengambil referensi dari tren sah-sah saja, selama tetap diolah dengan perspektif baru dan memberi nilai tambah.
Dengan memahami dampak plagiarisme, publik diharapkan lebih kritis dalam mendukung karya orisinal.
Sementara itu, desainer juga perlu terus memperkuat edukasi konsumen agar mereka lebih peduli terhadap produk yang autentik.
"Harus banyak research dan meluangkan waktu yang panjang untuk mengolah inspirasi menjadi karya. Bukan dari barang menjadi barang, tetapi elemen visual lainnya menjadi barang," jelas Dino Augusto.
Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!