Tips Menghadapi Orang Pasif Agresif

Pernahkah kamu mendengar seseorang mengatakan "Saya baik-baik saja" (padahal jelas-jelas tidak) atau rekan kerja yang "lupa" melakukan sesuatu yang diminta (padahal mereka hanya tidak mau melakukannya)? Itu semua adalah contoh perilaku pasif-agresif.
Ini merupakan jenis tindakan yang dapat merusak hubungan dan membuat orang lain merasa bingung, diremehkan, dan capek secara emosional.
Perilaku pasif-agresif didefinisikan sebagai perilaku yang tampaknya tidak berbahaya, tidak disengaja, atau netral, tetapi secara tidak langsung menunjukkan motif agresif yang tidak disadari.
Orang dengan perilaku pasif-agresif bersikap agresif secara tidak langsung, bukan secara terang-terangan. Misalnya, hal ini bisa muncul dalam bentuk penolakan terhadap permintaan orang lain dengan cara menunda-nunda, menunjukkan sikap murung, atau bersikap keras kepala.
Seseorang yang pasif-agresif sering membiarkan orang lain mengambil kendali, berbeda dengan orang agresif yang cenderung konfrontatif atau memaksakan kehendak secara langsung.
Dengan demikian, perilaku pasif-agresif sebenarnya juga merupakan cara mengendalikan situasi hanya saja dengan cara yang lebih samar dan sulit dikenali.
Cara menghadapi perilaku pasif agresif
Menurut psikoterapis Fanny Tristan LCSW, seringkali orang takut untuk menyuarakan pendapat mereka secara langsung.
"Ketika mereka sudah kewalahan, sedih, atau kecewa, mereka harus berkutat dengan perasaan tidak nyaman ini, di samping mengatasi rasa takut mengatakan sesuatu yang mungkin tidak ingin didengar orang lain," katanya seperti dikutip dari SELF.
Ilustrasi orang marah.
Itulah sebabnya, alih-alih menyatakan, "Aku tidak suka ini," atau "Aku kesal," mereka memilih untuk diam saja, misalnya, atau berkata samar, "Baiklah kalau begitu...."
Namun, mencoba mencocokkan apa yang mereka katakan dengan apa yang kita rasakan bisa melelahkan. Ketika kita kekurangan informasi yang jelas dan malah ditanggapi dengan nada meremehkan atau bahasa tubuh yang tegang, otak kita mau tidak mau mengisi kekosongan tersebut. Sering kali hal itu mengarah pada asumsi, berpikir berlebihan, dan stres yang tidak perlu.
Jadi, apa yang harus kita lakukan saat menghadapi orang dengan perilaku tersebut?
1. Perhatikan konteks sebelum bertindak
Tidak semua pesan singkat atau momen hening yang terasa pasif-agresif itu sebenarnya agresif. Mungkin seseorang menjawab singkat-singkat karena sibuk, atau pasangan tidak kesal kepada kamu, namun teralihkan dengan masalah dengan bosnya.
Jadi, sebelum mulai berasumsi, Tristan menyarankan untuk mundur sejenak dan mempertimbangkan semua fakta: Apakah saya melakukan sesuatu yang mungkin membuatnya kesal? Mungkinkah ada faktor eksternal yang menyebabkan nada bicara mereka yang "berbeda"?
Mempertimbangkan konteks akan membantu kita menghindari konflik yang tidak perlu.
2. Jangan lawan dengan pasif agresif juga
Meskipun kita tergoda untuk membalas dengan komentar sinis serupa, tahan keinginan itu.
"Anda tidak perlu mengabaikan apa yang terjadi, tetapi Anda juga tidak boleh menghadapi mereka di tempat mereka berada," ujar Dralisa Young, LCSW, pendiri dan direktur klinis Favorite Therapy PLLC, kepada SELF.
Jika tidak, kita hanya akan meningkatkan ketegangan tidak langsung itu. Karenanya, cobalah menjaga komunikasi yang tenang dan jelas.
3. Minta penjelasan
Ketika ragu, Young menyarankan untuk bertanya dengan lembut untuk mendapatkan kejelasan, misalnya, “Kamu tidak terdengar bersemangat, kamu yakin kamu baik-baik saja?” atau cukup katakan, “Apa maksudmu?”
Pendekatan ini memiliki dua manfaat penting: Pertama, langsung menunjukkan mana sinyal-sinyal yang membingungkan, sehingga mereka lebih sulit bersembunyi di balik sarkasme atau diam.
Kedua, pendekatan ini memberi mereka kesempatan yang lembut untuk mengungkapkan apa yang mengganggu mereka.
4. Fokus pada tindakan, bukan orangnya.
Komentar sinis sekali-dua kali mungkin bisa diabaikan, tapi jika perilaku pasif-agresif terjadi berulang, penting untuk menegurnya. Caranya adalah dengan menyoroti tindakannya, bukan menyerang pribadinya.
Alih-alih berkata, “Kamu selalu kasar,” lebih baik katakan, “Aku kurang suka saat kamu melotot ketika aku bertanya.” Dengan begitu, masalah terasa lebih jelas dan bisa diperbaiki, tanpa membuat orang lain langsung defensif.
5. Jangan dianggap personal
Pada akhirnya, agresivitas pasif adalah masalah komunikasi dan terkadang, kita tidak bisa memperbaikinya.
Dengan kata lain, jika seorang teman, pasangan, atau bahkan bos terus-menerus tidak mau atau tidak mampu bersikap langsung, mungkin tidak ada gunanya berlarut-larut memikirkan.
Seringkali, perilaku tersebut didorong oleh apa yang sedang mereka hadapi; stres, rasa tidak aman, atau kesulitan mengekspresikan diri. Ini bukan tentang kamu. Jadi kita bisa mengalihkan energi mental untuk hal lain yang bisa dikendalikan.
Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!