Dosa Sopir Truk: dari Rem Blong sampai Muatan Berlebih

Truk masih menjadi salah satu biang kecelakaan di jalan raya, mulai dari kasus rem blong hingga tabrakan beruntun. Tak jarang, penyebab utamanya adalah over dimension over load (ODOL), yaitu kondisi truk yang membawa muatan melebihi kapasitas.
Praktik ini bukan hanya mengancam keselamatan, tetapi juga merusak infrastruktur jalan dan menambah risiko kecelakaan fatal.
Senior Investigator Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Ahmad Wildan mengatakan, kecelakaan truk akibat rem blong masih kerap menghantui jalanan Indonesia.
Puluhan truk memenuhi jalan di Desa Penataran, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar dalam aksi unjuk rasa penambang pasir menolak kebijakan Pemerintah Kabupaten Blitar mengintensifkan pemungutan pajak tambang, Jumat (4/7/2025).
Hampir semua insiden di jalan menurun panjang memiliki pola yang sama: pengemudi menggunakan gigi tinggi dan melakukan pengereman berulang hingga rem kehilangan fungsinya.
Selain kesalahan teknik mengemudi, rem blong juga kerap dipicu malfunction pada sistem rem karena pengemudi lalai melakukan pemeriksaan sebelum beroperasi.
Wildan menegaskan pentingnya pengecekan rutin: level minyak rem, kebocoran pada roda, hingga kandungan air dalam minyak rem yang bisa memicu “angin palsu”.
Foto: Peristiwa kecelakaan yang melibatkan truk tangki dan sepeda motor di Jalan Asahan, Simpang Rambung Merah, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara, Sabtu (12/7/2025) sekitar pukul 10.00 WIB.
Teknik berkendara di jalan menurun pun harus diperhatikan. Wildan menyarankan sopir selalu menggunakan gigi rendah, mengaktifkan exhaust brake, dan menghindari pengereman berulang.
Jika pedal rem ditekan terus-menerus, kampas bisa overheat, tekanan angin turun drastis, dan risiko rem blong tak terhindarkan.
“Aktifkan exhaust brake saat RPM mulai mendekati zona merah. Jika RPM tetap naik hingga zona merah, injak pedal rem, nonaktifkan exhaust brake hingga RPM turun, lalu lepaskan pedal. Ulangi sesuai kebutuhan,” ujar Wildan, kepada Kompas.com beberapa waktu lalu.
Razia truk ODOL serentak di Indonesia
Namun, dosa sopir truk tidak berhenti pada rem blong saja. Masalah over dimension over load (ODOL) juga menjadi ancaman besar di jalan.
Muatan berlebih bukan hanya merusak kendaraan, tetapi juga mengacaukan lalu lintas. Wildan menyoroti kebiasaan sopir dan mekanik yang berusaha mengakali kondisi truk agar mampu menanggung beban di luar kapasitas.
“Mereka selalu mengencangkan baut roda saat truknya dibebani berlebihan. Akibatnya banyak truk mengalami patah baut sehingga menyebabkan kemacetan luar biasa,” ucap Wildan.
Kemenhub tinjau lokasi kejadian kecelakaan truk di Tol Cipularang
Hampir semua truk ODOL memiliki pola yang sama. Baut roda dikencangkan berlebihan dengan impact gun, tekanan angin ban dinaikkan, seolah-olah bisa menopang muatan ekstra.
“Pada saat dimuat berlebihan, tekanan angin bannya dinaikkan dan bautnya dikencangkan agar bisa menopang beban yang berlebih,” kata Wildan.
Lebih parah lagi saat truk ODOL masuk jalan tol. Dengan kecepatan rendah dan akselerasi lambat, selisih kecepatan dengan mobil kecil yang melaju kencang jadi terlalu tinggi.
“Kecepatan mereka sangat rendah di jalan tol, sehingga selisih kecepatan menjadi sangat tinggi. Penyebabnya akan menurunkan waktu reaksi pengemudi kendaraan kecil yang sedang melaju kencang, risiko tabrak belakang meningkat,” ujar Wildan.
Baik rem blong maupun ODOL adalah dua dosa besar yang sama-sama berakar pada disiplin pengemudi dan pembiaran sistemik.
Selama praktik ini terus terjadi, jalan raya akan tetap menjadi arena maut bagi sopir, penumpang, maupun pengguna jalan lainnya.
Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!