Pilu Pedagang Kantin di Kantor Gubernur Jateng: Lapak Terbakar, Dagangan Habis, Perasaan Masih Campur Aduk

Sri Ambarwati, pedagang kantin di kompleks kantor Gubernur Jawa Tengah akhirnya bisa kembali mendatangi kembali lapaknya yang terbakar.
Pada Sabtu (30/8/2025) kemarin, kantin milik Ambar terlihat sudah mulai diperbaiki dan dicat ulang. Meski begitu, aroma arang masih terasa menusuk.
Di samping warungnya, tampak bangkai motor Vega ZR berwarna biru beserta helm hitam yang hangus terbakar. Walau begitu, bangkai mobil yang juga terbakar nampak sudah dievakuasi.
Terkait kerugian yang dialami, Ambar mengaku belum mampu menghitung secara detail.
“Banyak sekali kerugian. Belum bisa saya hitung. Pikiran saya masih campur aduk,” kata Ambar kepada Tribun Jateng saat ditemui di kantinnya.
Meski bangunan kantin dan dagangannya habis, Ambar masih menyimpan harapan sederhana agar kejadian serupa tak terulang lagi.
“Kalau demo ya demo saja. Jangan anarkis. Kasihan seperti saya ini UMKM, jualan kecil-kecilan. Kalau dirusak, ya rugi sekali,” pungkasnya.
Ambar Menceritakan Suasana Mencekam saat Kejadian
Kepada Tribun Jateng, Ambar juga mengisahkan suasana malam kejadian. Kala itu, ia mengaku masih berada di lokasi.
Ia menjelaskan bahwa suasana malam di kompleks kantor Gubernur Jawa Tengah, Jumat (29/8/2025), berubah menjadi kepanikan. Suara lemparan batu beradu dengan kaca, disusul teriakan massa.
Di tengah kondisi tersebut, Ambar hanya bisa bersembunyi di dalam mobil seusai gas air mata ditembakkan untuk memecah massa aksi.
“Saya di dalam mobil itu karena pedas ada gas air mata, untuk meredakan jadi masuk ke mobil,” ujarnya sambil mengingat kondisi malam mencekam tersebut.
Ia bercerita, beberapa menit setelah gas air mata ditembakkan, hujan batu mulai terjadi. Batu-batu diarahkan ke area parkir belakang gedung Pemprov Jateng.
Lemparan itu mengenai kantinnya, merusak galvalum atap, meja-meja kayu jati, hingga kaca-kaca.
“Semua plafon, atap galvalum, meja-meja jati di kantin saya hancur. Kaca-kaca pecah, dilempar batu itu kaya hujan batu. Mobil saya juga kena, kacanya pecah,” tutur Ambar.
Hujan batu bertubi-tubi menghantam dari berbagai arah. Plafon kantin penyok, kaca berhamburan, dan mobil-mobil di sekitar juga ikut jadi sasaran.
Ambar yang bertubuh kecil meringkuk di kursi depan mobil, berharap keberadaannya tidak diketahui.
“Kalau saya teriak, nanti ketahuan. Bisa dimassa. Mereka nggak tahu kalau saya ada di dalam,” ucapnya lirih.
Namun rasa takut semakin menjadi ketika terdengar teriakan keras dari kerumunan.
“Ini bagaimana, Bang, bakar saja, bakar saja!” kata Ambar menirukan suara massa.
Mendengar itu, Ambar memberanikan diri keluar dan meninggalkan mobilnya untuk menyelamatkan diri.
“Saya langsung keluar lari waktu ada orang teriak manggil saya, ‘Bu, lari, Bu!’. Saya keluar sambil dihujani batu dari atas,” kenangnya.
Tak lama setelah ia lari, api mulai menjilat bangunan kantin. Ambar hanya bisa menyaksikan kobaran api membakar tempatnya mencari nafkah.
Bukan hanya kantin yang terbakar, tiga mobil di sekitar lokasi ikut hangus. Puluhan kendaraan lain rusak, dengan kaca pecah dan bodi penyok.
Api cepat menjalar karena banyak barang mudah terbakar di sekitar kantin.
Disclaimer: Pemberitaan ini untuk kepentingan informasi publik, agar hak masyarakat untuk tahu tetap terjaga. Redaksi menolak kekerasan/perusakan/pembakaran/penjarahan, karena bangsa ini hanya akan kuat jika kita setia melindungi sesama, merawat fasilitas umum, dan menjaga dunia usaha tetap berjalan agar ekonomi tak makin terpuruk. Tetap tenang, jangan terprovokasi, jadikan negeri ini rumah aman buat kita semua, dan utamakan sumber informasi yang kredibel.
Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!