Terjebak di Demo Ricuh? Ini 10 Langkah Aman yang Harus Kamu Lakukan Agar Terhindar dari Salah Sasaran

Selasa 2 September gelombang unjuk rasa direncanakan akan kembali digelar. Jalanan padat, akses transportasi terbatas, dan risiko bentrokan tak bisa diprediksi. Tidak semua orang yang terjebak di tengah demo memang berniat ikut serta. Banyak pekerja, mahasiswa, atau bahkan warga biasa yang sedang beraktivitas, lalu tanpa sengaja terjebak di kerumunan. Saat itu terjadi, keselamatan diri adalah prioritas utama.
Mengetahui apa yang harus dilakukan dalam kondisi ini bisa membuat perbedaan besar antara selamat atau justru ikut menjadi korban. Berikut adalah langkah-langkah aman yang perlu kamu ingat ketika tanpa sengaja berada di tengah demo yang berubah ricuh.
1. Tetap Tenang dan Jangan Panik
Hal pertama yang wajib dilakukan adalah mengendalikan diri. Panik hanya akan membuat langkah tidak terarah, bahkan bisa menarik perhatian massa atau aparat. Tarik napas dalam, lalu lihat situasi dengan tenang sebelum bergerak.
Brian Michael Jenkins, pakar keamanan publik dari Rand Corporation, menegaskan pentingnya sikap tenang dalam kerumunan berbahaya.
“Dalam situasi kekacauan publik, orang yang tetap tenang memiliki peluang lebih besar untuk keluar dengan aman. Panik membuat seseorang kehilangan fokus,” kata dia.
Dengan tetap tenang, kamu bisa memikirkan jalur keluar yang paling aman.
2. Segera Cari Jalur Keluar
Amati lingkungan sekitarmu. Cari jalan alternatif, seperti gang kecil, jalan samping, atau bahkan masuk ke toko dan kafe terdekat untuk berlindung sementara. Jangan berjalan lurus ke pusat kerumunan karena justru akan membuatmu lebih terjebak.
Tips penting: bergeraklah perlahan ke sisi tepi kerumunan, bukan ke tengah.
3. Gunakan Pakaian dan Identitas Netral
Jika kamu sering bekerja di area yang rawan aksi, sebaiknya gunakan pakaian yang netral. Hindari atribut berlogo partai, ormas, atau warna mencolok yang bisa disalahartikan sebagai dukungan pada pihak tertentu.
Selain itu, kenakan masker dan kacamata. Fungsinya ganda: melindungi diri dari asap atau gas air mata, sekaligus membuat penampilanmu tidak mudah dikenali sebagai bagian dari massa.
4. Hindari Menggunakan Ponsel Berlebihan
Naluri pertama saat melihat kerusuhan biasanya adalah merekam. Namun, ini sangat berisiko. Orang yang sibuk merekam bisa disalahpahami sebagai provokator, wartawan, atau target yang menarik bagi aparat maupun massa.
Gunakan ponsel hanya seperlunya, misalnya untuk mengabari keluarga atau kantor dengan pesan singkat: “Saya aman, situasi ricuh, tunggu di sini dulu.” Setelah itu, simpan kembali ponselmu.
5. Waspada Gas Air Mata
Jika aparat menembakkan gas air mata, segera jauhi arah datangnya asap. Jangan mengucek mata karena justru akan memperburuk rasa perih. Tutup hidung dan mulut dengan masker atau kain basah, lalu bergerak melawan arah angin untuk mencari udara segar.
Jika matamu terkena, bilas dengan air bersih tanpa digosok. Cara ini lebih aman ketimbang mencoba menyeka dengan tangan.
6. Lindungi Kepala dan Bagian Vital
Dalam kerusuhan, lemparan batu atau benda keras bisa datang tiba-tiba. Gunakan tas atau jaket untuk melindungi kepala. Jika situasi memaksa, lindungi bagian vital tubuh seperti dada dan perut dengan posisi membungkuk sambil terus bergerak menjauh.
Jangan sampai terjatuh, karena jatuh di tengah kerumunan bisa membuatmu terinjak.
7. Cari Tempat Aman untuk Berlindung
Jika semua jalan keluar tertutup, pilih bangunan terbuka yang bisa digunakan untuk berlindung, seperti minimarket, kafe, atau lobi kantor. Biasanya tempat seperti ini lebih aman dibanding tetap berada di jalan terbuka.
Tunggu beberapa saat sampai situasi mereda sebelum melanjutkan perjalanan.
8. Ikuti Arahan Aparat dengan Bijak
Jika aparat memberi perintah untuk evakuasi atau pengalihan jalan, ikuti instruksi mereka. Jangan berdebat atau melawan karena itu hanya akan memperbesar risiko.
Dalam kondisi kacau, aparat cenderung bersikap tegas untuk mengendalikan situasi. Maka, menunjukkan kerja sama justru akan mempercepat kamu keluar dari zona berbahaya.
9. Jangan Terprovokasi
Hindari komentar keras, teriakan, atau tindakan yang bisa memicu perhatian massa. Bahkan ekspresi wajah atau gerakan tangan bisa saja dianggap sebagai provokasi oleh pihak tertentu.
Fokuslah pada tujuan utama: keluar dengan selamat.