Benarkah Pola Asuh yang Salah Bisa Membentuk Anak Jadi Narsistik? Ini Penjelasannya

Dalam beberapa tahun terakhir, istilah narcissistic personality disorder atau NPD semakin sering dibicarakan, baik di ruang akademik maupun perbincangan sehari-hari. Gangguan ini ditandai dengan rasa penting diri yang berlebihan, kebutuhan besar akan kekaguman, dan kurangnya empati terhadap orang lain.
Banyak orang bertanya-tanya, apakah gangguan ini murni bawaan genetik, atau justru bisa terbentuk akibat pola asuh yang salah sejak kecil.
Menariknya, berbagai penelitian internasional menunjukkan bahwa pola asuh orang tua memang berperan penting dalam pembentukan sifat narsistik pada anak. Tentu, faktor genetik tidak bisa diabaikan, tetapi lingkungan keluarga dan cara orang tua mendidik anak memiliki kontribusi besar.
Dengan kata lain, pola asuh tertentu dapat meningkatkan risiko anak mengembangkan sifat narsistik bahkan hingga ke tahap gangguan kepribadian.
Pola Asuh Overvaluation: Pujian Berlebihan
Salah satu pola asuh yang paling sering dikaitkan dengan munculnya sifat narsistik adalah overvaluation atau pujian berlebihan tanpa dasar. Orang tua yang terus-menerus mengatakan bahwa anaknya lebih hebat daripada anak lain dapat membuat si kecil membentuk citra diri yang tidak realistis.
Studi yang dipublikasikan di Proceedings of the National Academy of Sciences (2015) menemukan bahwa anak yang mendapat perlakuan ini lebih berisiko mengembangkan sifat narsistik dibanding anak yang dibesarkan dengan kasih sayang hangat namun realistis.
Overproteksi dan Kelonggaran Berlebihan
Pola asuh yang terlalu protektif, atau dikenal juga dengan istilah helicopter parenting, membuat anak kurang mampu menghadapi kegagalan. Akibatnya, anak tumbuh dengan rasa ketergantungan yang tinggi terhadap validasi orang lain.
Sementara itu, orang tua yang terlalu permisif dan tidak menetapkan batasan justru bisa melemahkan disiplin diri anak. Kedua pola ini, menurut penelitian di Psychology Today, dapat mendorong munculnya narsisme, baik yang bersifat grandiose maupun vulnerable.
Otoriter dan Kurang Kehangatan
Pola asuh otoriter yang keras tanpa disertai kehangatan emosional juga menjadi faktor risiko. Anak yang dibesarkan dalam lingkungan penuh kritik dan hukuman seringkali mengembangkan sifat narsistik sebagai mekanisme pertahanan diri.
Sebuah artikel di Frontiers in Psychology menegaskan bahwa gaya asuh otoriter atau dingin memiliki hubungan dengan munculnya narsisme patologis pada remaja maupun dewasa muda.
Kasih Sayang Hangat Belum Tentu Cukup
Kasih sayang orang tua jelas penting, tetapi kasih sayang saja tidak cukup untuk mencegah narsisme jika tidak dibarengi penghargaan realistis terhadap usaha anak. Melansir dari Time, perbedaan antara kasih sayang hangat dengan overvaluation sangat signifikan.
Kasih sayang membantu anak membangun harga diri sehat, sedangkan overvaluation justru menanamkan perasaan superioritas yang palsu.
Bukti Genetik vs Lingkungan
Meski pola asuh memiliki pengaruh besar, faktor genetik tetap tidak bisa diabaikan. Mengutip dari Verywell Mind, ada sekitar 50 persen risiko narsisme bisa berasal dari faktor genetik. Namun, interaksi gen dengan pola asuhlah yang akhirnya menentukan apakah sifat narsistik akan berkembang menjadi gangguan kepribadian yang nyata.
Peran Pencegahan Melalui Pola Asuh Sehat
Berdasarkan temuan para peneliti, cara terbaik mencegah berkembangnya narsisme pada anak adalah dengan menggabungkan kasih sayang hangat, disiplin yang konsisten, serta penghargaan realistis atas pencapaian mereka.
Anak yang dibesarkan dengan keseimbangan ini cenderung memiliki harga diri yang sehat, mampu menghadapi kegagalan, dan tidak bergantung pada validasi eksternal secara berlebihan.
Pola asuh yang salah memang dapat meningkatkan risiko anak mengembangkan sifat narsistik hingga NPD. Pujian berlebihan, proteksi berlebih, permisivitas tanpa batas, hingga sikap otoriter yang dingin merupakan pola asuh yang paling sering disebut berkontribusi.
Meski begitu, faktor genetik juga memainkan peran penting sehingga tidak semua anak dari pola asuh tersebut akan menjadi NPD.
Bagi orang tua, kunci utamanya adalah memberikan kasih sayang yang tulus, menetapkan batasan yang jelas, dan menghargai usaha anak secara realistis. Dengan begitu, anak dapat tumbuh dengan harga diri sehat, empati tinggi, serta kemampuan menghadapi tantangan hidup tanpa harus mengandalkan topeng narsisme.