Penyesalan Oppenheimer, Penemu Bom Atom yang Hancurkan Hiroshima: Tanganku Berlumuran Darah...

Oppenheimer, bom atom, Perang Dunia, fisika, bom hiroshima, perang dunia, Penyesalan Oppenheimer, Penemu Bom Atom yang Hancurkan Hiroshima: Tanganku Berlumuran Darah..., Siapa Itu Robert Oppenheimer?, Keterlibatan dalam Proyek Manhattan, Bom Atom Dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki, Penyesalan Mendalam Oppenheimer, Menentang Pengembangan Bom Hidrogen, Akhir Hidup Sang Ilmuwan

Julius Robert Oppenheimer, fisikawan asal Amerika Serikat, dikenal sebagai otak di balik penciptaan bom atom pertama di dunia.

Senjata mematikan ini digunakan oleh Amerika Serikat untuk menghancurkan dua kota di Jepang, Hiroshima dan Nagasaki, pada akhir Perang Dunia II.

Namun, di balik keberhasilan ilmiahnya, Oppenheimer justru memendam penyesalan mendalam atas ciptaannya yang menewaskan ratusan ribu orang.

Siapa Itu Robert Oppenheimer?

Julius Robert Oppenheimer lahir di New York pada 22 April 1904 dari keluarga pengusaha tekstil.

Ia tumbuh dalam lingkungan yang kaya dan berpendidikan, yang membawanya mengenyam sekolah elite Ethical Culture Fieldston School.

Ia kemudian melanjutkan kuliah sarjana di Universitas Harvard, dan lulus pada 1925.

Setelah lulus, Oppenheimer melanjutkan riset ke Laboratorium Cavendish, Universitas Cambridge, Inggris, lalu meneruskan studi doktoralnya di Universitas Göttingen, Jerman.

Di sana, ia sempat berguru pada fisikawan besar seperti Niels Bohr dan Paul Dirac.

Setelah kembali ke Amerika Serikat, Oppenheimer mengajar di Universitas California dan Institut Teknologi California (Caltech).

Keterlibatan dalam Proyek Manhattan

Ketika muncul kekhawatiran bahwa Jerman Nazi sedang mengembangkan senjata nuklir, fisikawan Albert Einstein mengirim surat kepada Presiden Roosevelt.

Amerika Serikat pun memulai program rahasia bernama Proyek Manhattan.

Pada 1943, Oppenheimer diangkat sebagai direktur proyek tersebut.

Ia memilih Los Alamos, New Mexico, sebagai lokasi pusat penelitian dan pengembangan senjata nuklir.

Pada 16 Juli 1945, bom atom pertama yang diberi nama Gadget diuji coba di Alamogordo, New Mexico.

Ledakannya membentuk kawah raksasa di tanah dan menandai dimulainya era senjata nuklir.

Bom Atom Dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki

Tak lama setelah uji coba berhasil, dua bom atom lainnya—Little Boy dan Fat Man—dipersiapkan.

Pada 6 Agustus 1945, bom Little Boy dijatuhkan di Hiroshima dan menewaskan sekitar 70.000 orang seketika.

Tiga hari kemudian, bom Fat Man menghancurkan Nagasaki dan menewaskan 40.000 orang.

Setelah peristiwa ini, Oppenheimer memilih mengundurkan diri dari proyek pada Oktober 1945.

Penyesalan Mendalam Oppenheimer

Setelah melihat daya ledak ciptaannya, Oppenheimer mulai mempertanyakan dampak moral dari senjata yang ia kembangkan.

“Saya teringat dengan kalimat di kitab Hindu, Bhagavad-Gita... ‘Sekarang saya menjadi kematian, sang penghancur dunia’,” tutur Oppenheimer dalam wawancara dengan BBC.

Ungkapan tersebut mencerminkan ketakutan dan kegelisahannya terhadap potensi penggunaan senjata nuklir dalam peperangan.

“Tanganku berlumuran darah,” kata Oppenheimer saat bertemu Presiden Harry Truman pada Oktober 1945.

Pernyataan ini memperlihatkan penyesalan mendalam atas banyaknya korban jiwa akibat ciptaannya.

Menentang Pengembangan Bom Hidrogen

Sebagai bentuk penebusan, Oppenheimer kemudian menentang pengembangan bom hidrogen, senjata yang lebih dahsyat dari bom atom.

Sikapnya ini membuatnya semakin dikucilkan dari lingkaran kekuasaan dan komunitas ilmiah pemerintah.

Pada 1953, ia bahkan dituduh memiliki hubungan dengan komunis, yang semakin merusak reputasinya.

Akhir Hidup Sang Ilmuwan

Walaupun sempat dikucilkan, pada 1963 Oppenheimer menerima penghargaan Enrico Fermi dari Komisi Energi Atom atas kontribusinya dalam sains.

Tiga tahun kemudian, pada 17 Februari 1967, Oppenheimer meninggal dunia akibat kanker tenggorokan.

Robert Oppenheimer mungkin dikenal dunia sebagai pencipta bom atom, tetapi warisan terbesarnya adalah kesadaran moral terhadap ilmu pengetahuan.

Ia tidak hanya memperkenalkan senjata nuklir, tetapi juga mengingatkan dunia tentang konsekuensi mengerikan dari perang dan teknologi yang disalahgunakan.

Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul .