Bagaimana Kehidupan Irene Sebelum Masuk Sekolah Rakyat Kupang?

Sekolah Rakyat, Presiden Prabowo Subianto, Nusa Tenggara Timur, Sekolah Rakyat Kupang, presiden prabowo subianto, sekolah rakyat kupang, Bagaimana Kehidupan Irene Sebelum Masuk Sekolah Rakyat Kupang, Bagaimana Kehidupan Irene Sebelum Masuk Sekolah Rakyat Kupang?, Kehidupan Irene Sebelum Masuk Sekolah Rakyat, Apa Usaha Irene untuk Membantu Ekonomi Keluarga?, Bagaimana Irene Bisa Terpilih Masuk Sekolah Rakyat Kupang?, Apa Cita-Cita Irene Setelah Masuk Sekolah Rakyat?, Siapa Saja yang Bisa Masuk Sekolah Rakyat Kupang?

 Pemerintah terus menggencarkan pelaksanaan Program Sekolah Rakyat, inisiatif pendidikan yang digagas Presiden Prabowo Subianto.

Menjelang pembukaan tahun ajaran baru 2025/2026, program ini mulai berjalan di berbagai daerah, termasuk Pulau Timor, Nusa Tenggara Timur.

Salah satu siswa yang berhasil lolos seleksi ketat adalah Irene Patrisia, remaja 13 tahun asal Desa Oemasi, Kecamatan Nekamese, Kabupaten Kupang.

Irene menjadi gambaran nyata semangat dan ketangguhan anak muda dari keluarga prasejahtera yang pantang menyerah demi pendidikan.

Kehidupan Irene Sebelum Masuk Sekolah Rakyat

Irene adalah anak bungsu dari empat bersaudara. Ayahnya telah meninggalkan keluarga sejak ia masih kecil, sehingga ibunya, Sisilia Taneno, menjadi tulang punggung keluarga dengan bekerja sebagai penenun kain tradisional.

“Sudah 14 tahun Sisilia menggeluti pekerjaan itu sejak sang suami pergi menelantarkan ia dan keluarga.”

Setiap sepulang sekolah, Irene selalu membantu ibunya menenun. Ia terbiasa meluruskan benang, menggulung benang kecil, atau menahan alat tenun agar tetap seimbang.

“Beta biasa bantu mama supaya mama sonde terlalu cape,” ucap Irene menggunakan bahasa daerahnya, yang berarti Saya biasa membantu supaya mama tidak terlalu capek.

Apa Usaha Irene untuk Membantu Ekonomi Keluarga?

Tak hanya membantu menenun, Irene juga berinisiatif membuat gorengan seperti makao (bakwan bulat), tempe, dan pisang goreng. Ia dan kakaknya, Tiko, berkeliling desa setiap sore untuk menjajakan dagangan mereka seharga Rp 1.000 per potong.

Hasilnya bisa mencapai Rp 50.000 hingga Rp 70.000 per hari dan digunakan untuk kebutuhan rumah tangga serta biaya sekolah.

Sementara itu, ibunya membutuhkan empat hari untuk menyelesaikan satu helai kain tenun polos yang dijual Rp 12.500 hingga Rp 15.000.

Untuk tenun bermotif sotis, harga bisa mencapai Rp 800.000 per helai namun membutuhkan waktu pengerjaan hingga sebulan.

“Tenun sotis baru dibuat tunggu ada yang pesan. Saya bisa banyak motif. Tapi itu pesanan sudah sangat jarang,” kata Sisilia.

Bagaimana Irene Bisa Terpilih Masuk Sekolah Rakyat Kupang?

Pada medio April–Juni 2025, Irene mengikuti seleksi ketat dan akhirnya terpilih menjadi salah satu murid Sekolah Rakyat jenjang SMP.

Sekolah ini berlokasi di bangunan milik Sentra Efata di Naibonat, Kabupaten Kupang.

Pada Jumat, 11 Juli 2025, Irene resmi berpisah dengan ibunya dan kakak-kakaknya untuk tinggal di asrama dan memulai kegiatan belajar pada 14 Juli.

Sisilia tampak emosional saat melihat anak bungsunya pergi bersama teman-temannya menaiki minibus milik Kementerian Sosial.

“Sekolah Rakyat tak hanya meringankan beban saya, tetapi rezeki yang tak terhingga karena anak saya akan aman dan punya masa depan yang cerah,” ucap Sisilia.

Apa Cita-Cita Irene Setelah Masuk Sekolah Rakyat?

Irene memiliki impian besar, yakni menjadi seorang biarawati. Cita-cita itu tumbuh setelah ia bertemu dengan para suster dari Spanyol yang datang ke sekolahnya beberapa tahun lalu.

“Beta suka pelajaran agama sama bahasa Indonesia, supaya bisa ngomong baik kayak suster-suster itu,” ujar Irene sambil malu-malu menutupi wajahnya.

Sikap Irene yang rajin, tekun, dan membantu ibunya membuatnya dikenal oleh para pendamping dari Sentra Efata, Unit Pelaksana Teknis Kementerian Sosial yang juga menjadi penyelenggara Sekolah Rakyat Berasrama Kabupaten Kupang.

Siapa Saja yang Bisa Masuk Sekolah Rakyat Kupang?

Sekolah Rakyat Kupang diperuntukkan bagi anak-anak dari keluarga prasejahtera (desil 1–4) dan tidak dipungut biaya.

Dengan program ini, negara hadir memastikan anak-anak seperti Irene memiliki kesempatan untuk belajar dan meraih masa depan cerah.

Irene berharap, ibunya selalu diberi kesehatan agar suatu saat bisa datang menjenguknya di asrama. 

Kini, semangat belajar dan pengabdian telah menjadi bekal Irene dalam menapaki jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul .