Mengenal Kebaya Labuh, Sudah Ada Sejak Zaman Kerajaan Lingga-Riau

Rasanya ada yang kurang jika merayakan Hari Kebaya Nasional yang jatuh pada Kamis (24/7/2025) dengan tidak mengenali kebaya labuh.
Meskipun tidak begitu populer di masyarakat luas, kebaya labuh sudah ada sejak zaman kerajaan Lingga-Riau, seperti yang tertulis dalam buku “Kebaya Kaya Gaya, Selaras Mengikuti Zaman” (2024) karya para pegiat kebaya Atie Nitiasmoro, Indiah Marsaban, Rini Kusumawati, Elvy Yusanti, dan Tingka Adiati.
Nah, bagaimana asal usul kebaya labuh? Yuk, ketahui lebih lanjut, berikut selengkapnya.
Mengenal kebaya labuh
Disebut pakaian perempuan tertua di Indonesia
Dahulu kala, kebaya labuh digunakan sebagai pakaian sehari-hari oleh para perempuan Melayu.
Biasanya, mereka memadukannya dengan kain batik yang diikat, dengan cara lipatan sebelah kanan menutup sebelah kiri.
“Kebaya labuh juga dijadikan pakaian pengantin tradisional Melayu Lingga,” tulis buku “Kebaya Kaya Gaya, Selaras Mengikuti Zaman” (2024).
Sebelum ada mesin jahit, pembuatan kebaya labuh dilakukan dengan cara dijahit manual menggunakan teknik jahitan jelujur, sembat, dan tindih kasih.
Untuk melengkapi tampilan, pemakai kebaya labuh bisa menambahkan tudung lingkup (sehelai kain) atau tengkuluk (penutup kepala tradisional) untuk menutup kepala dan dada.
Kebaya labuh, juga disebut dengan labuh besar, dianggap sebagai jenis pakaian perempuan tertua di Indonesia.
Desain kebaya labuh
Sengaja dibuat longgar
Ilustrasi kain taffeta. Dikenal sejak zaman Kerajaan Lingga-Riau, kebaya labuh termasuk busana perempuan tertua di Indonesia. Ketahui sejarahnya untuk Hari Kebaya Nasional.
Kebaya labuh sengaja dibuat longgar dengan menambahkan potongan kain berukuran kecil bernama pesak dan kekek supaya pemakainya merasa nyaman.
“Kekek adalah tambahan sambungan bahan berbentuk segitiga yang dijahit di bawah ketiak kiri dan kanan yang berfungsi untuk melonggarkan baju sehingga pemakai lebih leluasa melakukan aktivitas atau bergerak,” tulis buku “Kebaya Kaya Gaya, Selaras Mengikuti Zaman” (2024).
Sementara itu, pesak adalah potongan kain di bagian depan baju. Fungsinya juga sama yakni untuk melonggarkan kebaya. Fungsi lainnya adalah sebagai tempat pemasangan kancing.
Untuk kancingnya sendiri, kebaya ini menggunakan tiga kancing yang dihias dengan bros kerongsang. Bisa pula dengan bros tiga tingkat.
Untuk bahannya, kebaya labuh biasanya dibuat pakai kain polos atau bermotif flora.
“Di masa lalu, bahan untuk kebaya labuh menggunakan kain tenun tangan. Masa kini bisa menggunakan kain ringan, tetapi tidak transparan, seperti sutra, taffeta, satin, dan bahan lain yang memberi kesan mewah,” tulis buku “Kebaya Kaya Gaya, Selaras Mengikuti Zaman” (2024).
Perkembangan kebaya labuh
Mengalami modifikasi
Kebaya labuh sama seperti kebaya kartini. Keduanya sama-sama mengalami modifikasi.
Namun, modifikasi kebaya labuh tidak menciptakan model kebaya baru, seperti kebaya kartini yang hasil modifikasinya menjadi kebaya kutubaru.
“Bentuk dasar asli kebaya labuh tetap bertahan hingga kini. Ciri utama kebaya labuh adalah bentuknya harus longgar dan panjang,” tulis buku “Kebaya Kaya Gaya, Selaras Mengikuti Zaman” (2024).
Ciri-ciri atau bentuk dasar asli kebaya labuh adalah tidak menggunakan bahan yang menerawang alias transparan, dan tipis. Selanjutnya, potongannya harus menutup aurat.
Artinya, kebaya harus menggunakan pola potongan tidak pas badan dan harus dilonggarkan pakai kekek dan pesak. Panjang kebaya juga harus melewati lutut.
Sampai saat ini, kebaya labuh masih digunakan. Pemakaiannya tidak hanya untuk acara adat, tetapi juga sebagai busana akad dan resepsi pernikahan.