Netanyahu Ingin Perang Israel di Gaza Berlangsung Puluhan Tahun

Mantan juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Matthew Miller menyebut Israel berencana untuk memerangi Palestina selama “puluhan tahun”, meskipun secara resmi terlibat dalam negosiasi gencatan senjata di Jalur Gaza.
Miller mengatakan mantan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken pernah memperingatkan kabinet perang Israel Netanyahu di awal konflik, bahwa Israel berisiko menghadapi pemberontakan tanpa akhir tanpa rencana yang jelas tentang masa depan Gaza.
"Anda benar. Kita (Israel) akan terus berperang dalam beberapa dekade mendatang. Memang seperti itu keadaannya, dan akan tetap seperti itu," Miller mengutip pernyataan Kepala Otoritas Israel Benjamin Netanyahu menanggapi pernyataan Blinken, seperti dilansir Channel13, Minggu, 24 Agustus 2025.

VIVA Militer: Pasukan Pertahanan Israel (IDF) di Jalur Gaza, Palestina
Channel 13 juga melaporkan bahwa Netanyahu, bersama Kepala Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir dan Kepala Keuangan Bezalel Smotrich, telah mencegah kesepakatan pertukaran tahanan dengan Hamas sedikitnya lima kali.
Miller mengonfirmasi laporan tersebut dan mengatakan Washington menyadari Israel melemahkan upaya gencatan senjata, tetapi memilih diam.
"Kami tidak memiliki mandat luas. Terkadang tidak ada mandat sama sekali," ujar Miller. Ia mencatat bahwa situasi sering berubah secara mendadak, bahkan ketika utusan AS sedang bersiap menaiki pesawat.
Saat AS menekan kelompok perlawanan Palestina agar menyetujui gencatan senjata enam minggu demi mencegah invasi Israel ke Rafah pada April 2024, Netanyahu menyatakan secara terbuka bahwa ia berjanji akan tetap menyerang Rafah, dengan atau tanpa gencatan senjata.
Lebih lanjut, Miller mengungkapkan bahwa Israel pernah memperkenalkan tuntutan tambahan terkait Koridor Philadelphi pada Juli 2024. Padahal saat itu, Hamas sudah menerima proposal mediasi dari AS, akan tetapi Israel menunda hampir sebulan karena Netanyahu bersikeras mempertahankan kehadiran pasukan di sepanjang perbatasan Gaza-Mesir.
Para pejabat AS menyebut hal itu sebagai titik balik paling merugikan, karena menggagalkan momentum menuju kesepakatan. "Ini konsisten dengan pola yang kami lihat selama berbulan-bulan. Pihak Israel selalu mencari cara untuk menambahkan syarat atau mempersulit ketentuan yang ada," ujar Miller.
"Itu mungkin yang paling membuat frustrasi, karena saat itu kami sudah sangat dekat dengan kesepakatan yang bisa saja memulangkan para sandera dan mungkin mengakhiri perang untuk selamanya," sambungnya
Channel 13 melaporkan bahwa pada akhir 2024, Netanyahu mengesampingkan proposal terobosan dari badan keamanan Israel Shin Bet, dan memilih untuk menunggu kemungkinan kembalinya Donald Trump ke Gedung Putih.