Ancaman Perang Israel dan Iran Berpotensi Sebabkan Industri hingga Pariwisata Indonesia Ikut Hancur

Ancaman Perang Israel dan Iran Berpotensi Sebabkan Industri hingga Pariwisata Indonesia Ikut Hancur

Israel dan Iran di tengah ancaman perang pasca adanya aksi saling serang antar kedua negara.

Ekonom Achmad Nur Hidayat menilai, peristiwa ini adalah awal dari eskalasi yang akan berkembang jauh meluas lintas area dan bisa jadi ini perang antar regional bahkan perang skala global.

“Ini adalah dentuman keras yang mengguncang fondasi perekonomian global yang sudah rapuh, dan secara langsung, perekonomian nasional kita,” kata Achmad dalam keterangannya kepada wartawan di Jakarta, Selasa (17/6).

Masalah yang Indonesia hadapi bukan hanya seputar konflik regional, melainkan potensi krisis ekonomi global yang serius.

“Bagaimana tidak? Kita tahu bahwa gejolak di satu titik dunia, apalagi di wilayah sentral seperti Timur Tengah, akan memicu efek domino yang merambat ke seluruh penjuru,” jelas Achmad.

Achmad memprediksi, provokasi dari Israel dengan menyerang Iran akan menjadi badai baru yang menerjang.

Bukan hanya dengan gelombang yang lebih tinggi, tetapi juga ancaman karang tersembunyi yang siap merobek lambung kapal.

“Jika konflik ini berkepanjangan, bukan hanya tujuan pelayaran yang terancam, tetapi keberlangsungan seluruh awak dan penumpang di dalamnya,” tutur Achmad.

“Konflik ini, yang telah menyeret nama besar dua kekuatan regional, telah membuka babak baru ketidakpastian yang jauh lebih kompleks dan berpotensi merusak,” tutur Ekonom dari UPN Veteran Jakarta ini.

Jika investasi asing langsung (FDI) yang menjadi motor penggerak pertumbuhan tersendat karena ketidakpastian global yang meningkat dan investor memilih menunda ekspansi, maka lapangan kerja yang bisa tercipta akan berkurang.

Pendapatan negara dari ekspor komoditas, yang sempat menjadi penyelamat di masa krisis sebelumnya, juga akan terpengaruh jika permintaan global menurun atau rantai pasok terganggu akibat biaya logistik yang melonjak dan disrupsi pengiriman.

Sektor pariwisata Indonesia, yang mulai bangkit pasca-pandemi dan sangat bergantung pada mobilitas internasional, akan terpukul keras jika masyarakat global menunda perjalanan akibat ketidakpastian dan kenaikan biaya.

Pemerintah harus memiliki skenario darurat yang komprehensif untuk mengatasi lonjakan harga minyak dan komoditas lainnya.

“Bisa dengan subsidi yang terarah atau kebijakan fiskal yang fleksibel dan responsif terhadap perubahan kondisi pasar,” tutup Achmad. (Knu)