Bahas Perang Tarif di Afrika Selatan, Sri Mulyani Ingin G20 Kerja Sama Saling Menguntungkan

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menghadiri agenda G20 di Afrika Selatan. Agenda pertama G20 membahas kondisi perekonomian global di tengah ketidakpastian yang tinggi, perang tarif dagang, serta fragmentasi dunia yang meruncing dan rapuh.
Ia menyambut baik upaya-upaya untuk terus membuka dialog untuk mengembangkan kerja sama saling menguntungkan perdagangan dan investasi untuk menciptakan lapangan kerja, saling memberikan manfaat, dan meningkatkan inovasi dan produktivitas semua negara.
Menurutnya, G20 berusaha terus membangun semangat kolaborasi dan kerja sama.
"Saya menekankan pentingnya upaya untuk mendorong globalisasi yang lebih adil dan menciptakan manfaat kesejahteraan bersama, di mana, tetap bisa tumbuh bersama, tanpa harus mengorbankan kepentingan masing-masing negara," katanya.
Sri Mulyani mengatakan, rasio utang Indonesia termasuk yang terendah di antara negara-negara anggota G20 menjadi indikator kuat stabilitas ekonomi nasional yang terjaga di tengah dinamika global.
Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), rasio utang luar negeri Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan I 2025 tercatat sebesar 30,6 persen.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I 2025 mencapai 4,87 persen (year-on-year/yoy), meskipun secara triwulan mengalami kontraksi sebesar 0,98 persen (quarter-to-quarter/qtq).
Sementara itu, inflasi Indonesia juga tergolong rendah. Pada Juni 2025, inflasi tercatat sebesar 0,19 persen secara bulanan (month-to-month/mtm), dengan inflasi tahunan mencapai 1,87 persen (yoy).
Capaian pertumbuhan ini diklaim termasuk yang tertinggi di antara negara-negara G20. (*)