Tips Jemaah Haji: Batasi Aktivitas di Luar Ruangan untuk Cegah Heatstroke

Setelah menjalani serangkaian ibadah wajib dan rukun haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna), yang merupakan fase paling menguras tenaga, seluruh jemaah haji Indonesia diingatkan untuk membatasi aktivitas di luar ruangan.
Pembatasan aktivitas luar ruangan sangat penting untuk menghindari kelelahan berlebihan, disorientasi, atau gangguan penyesuaian diri, serta ancaman serius seperti heatstroke akibat cuaca ekstrem di Arab Saudi.
"Setelah Armuzna, tubuh jemaah membutuhkan waktu pemulihan yang cukup. Suhu panas yang masih ekstrem di Makkah dan Madinah merupakan faktor risiko yang harus diwaspadai. Berdasarkan data real-time dari Tim Sanitasi KKHI Makkah, suhu tertinggi hari ini mencapai 46 derajat Celsius. Hal ini meningkatkan potensi gangguan kesehatan," ujar dr. Yuli Farianti, M.Epid., Ketua Tim Asistensi PPIH Arab Saudi Bidang Kesehatan sekaligus Dirjen Sumber Daya Manusia Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, dilansir laman Kementerian Kesehatan, Kamis (12/6/2025).
Dia juga mengingatkan bahwa memaksakan diri untuk terus beraktivitas di luar ruangan dalam kondisi tubuh yang rentan bisa berakibat fatal.
"Beberapa ancaman kesehatan yang dapat terjadi, seperti kelelahan fisik berlebihan, heatstroke, dan dehidrasi, bisa memperburuk kondisi kesehatan jemaah, terutama yang memiliki masalah kesehatan kronis," tambahnya.
Gejala yang perlu diwaspadai saat beraktivitas di luar ruangan antara lain:
-Kelelahan fisik berlebihan, seperti tubuh yang lemas, lesu, pusing, nyeri otot, dan kesulitan berkonsentrasi.
-Disorientasi atau gangguan penyesuaian diri, seperti kebingungan arah, lupa lokasi, perubahan suasana hati atau perilaku, dan kesulitan memahami instruksi. Gejala-gejala ini bisa diperparah oleh dehidrasi dan kelelahan.
-Heat stroke atau serangan panas, yaitu kondisi medis yang berbahaya dengan tanda-tanda suhu tubuh lebih dari 40 derajat Celsius, kulit panas dan kering (meskipun terkadang masih berkeringat), denyut nadi cepat dan kuat, sakit kepala berat, mual, muntah, kebingungan, hingga kehilangan kesadaran.
-Gangguan pada otot, tulang, dan persendian akibat berjalan jauh, terjatuh, atau luka yang dapat menyebabkan dislokasi atau patah tulang.
Dilansir dari situs resmi Kementerian Agama, ada beberapa aktivitas yang sebaiknya dibatasi untuk menjaga kesehatan jemaah, di antaranya:
-Melaksanakan umrah sunnah berulang kali. Walaupun berniat baik, melaksanakan umrah sunnah secara berulang dalam waktu yang dekat setelah Armuzna bisa menguras energi secara drastis, meningkatkan risiko dehidrasi dan kelelahan akut.
-Wisata ziarah berlebihan. Mengunjungi berbagai tempat bersejarah yang membutuhkan perjalanan panjang dan paparan matahari dapat menyebabkan kelelahan fisik dan mental.
-Ibadah Shalat Arba'in di Masjid Nabawi, Madinah. Bagi jemaah yang melanjutkan perjalanan ke Madinah, Yuli mengingatkan untuk tetap memperhatikan kondisi tubuh saat melaksanakan ibadah shalat fardhu 40 waktu berturut-turut (Arba'in) di Masjid Nabawi.
"Fokuslah pada inti ibadah, dan manfaatkan waktu istirahat di penginapan. Jika tubuh sudah merasa lelah, sebaiknya tidak memaksakan diri untuk terus melaksanakan shalat di Masjid Nabawi. Shalat berjamaah di masjid terdekat adalah alternatif yang bisa dipertimbangkan," jelas Yuli.
Yuli juga memberikan beberapa tips kesehatan untuk menjaga tubuh tetap bugar dan prima setelah puncak haji, antara lain:
-Prioritaskan istirahat yang cukup. Tidur yang berkualitas sangat penting untuk pemulihan tubuh.
-Batasi aktivitas di luar ruangan. Hindari keluar dari penginapan antara pukul 10.00–16.00, saat suhu matahari paling terik. Jika terpaksa keluar, gunakan perlindungan diri seperti payung dan sepatu yang nyaman.
-Pertimbangkan kondisi fisik sebelum melakukan ibadah sunnah. Jangan memaksakan diri untuk melaksanakan umrah sunnah atau ibadah tambahan lainnya jika tubuh sudah merasa lelah.
-Bijak dalam berziarah. Jika berziarah, pilih waktu yang lebih sejuk, seperti pagi atau sore hari, dan batasi durasinya. Pastikan juga asupan cairan cukup.
-Pastikan tubuh tetap terhidrasi dengan baik. Minum air putih atau air zamzam sedikit demi sedikit hingga 2 liter (8 gelas) per hari, meskipun tidak merasa haus. Jangan lupa membawa botol air, serta mengonsumsi oralit atau jus buah yang kaya elektrolit.
-Perhatikan asupan makanan. Konsumsilah makanan bergizi seimbang, jangan lewatkan waktu makan, dan hindari makanan pedas yang dapat menyebabkan gangguan pencernaan.
-Saling mengawasi dan membantu jemaah lain, terutama lansia dan mereka yang memiliki riwayat penyakit kronis. Jika ada tanda-tanda kelelahan, dehidrasi, atau disorientasi, segera bawa mereka ke tempat teduh dan laporkan kepada petugas kesehatan.
-Jangan ragu untuk melapor kepada petugas jika merasa kurang sehat. Segera beri tahu Ketua Regu/Rombongan/Kloter atau petugas kesehatan terdekat agar penanganan dapat segera dilakukan.
"Kerja sama dan pengertian dari seluruh jemaah sangat kami harapkan. Niat baik beribadah harus diimbangi dengan menjaga kesehatan. Ingatlah, kesehatan adalah modal utama agar haji kita diterima oleh Allah SWT dan kita bisa kembali ke Tanah Air dengan selamat," jelas Yuli.