Jakarta Dihantam Polusi Terburuk Ketiga Dunia pada Selasa (15/7), Warga Diminta Pakai Masker Saat di Luar Ruangan

Jakarta Dihantam Polusi Terburuk Ketiga Dunia pada Selasa (15/7), Warga Diminta Pakai Masker Saat di Luar Ruangan

Pada Selasa (15/7) pagi, kualitas udara di Jakarta kembali memprihatinkan dengan menempati posisi ketiga sebagai kota dengan udara terburuk di dunia.

Hal ini terungkap dari situs pemantau kualitas udara IQAir yang menunjukkan Indeks Kualitas Udara (AQI) Jakarta mencapai angka 164 pada pukul 05.56 WIB, masuk dalam kategori tidak sehat. Polusi udara didominasi oleh partikel PM2.5 dengan konsentrasi 74 mikrogram per meter kubik.

Kondisi ini mengindikasikan bahwa kualitas udara tersebut berbahaya bagi kelompok sensitif, berpotensi merugikan manusia, hewan sensitif, serta dapat menyebabkan kerusakan pada tumbuhan dan estetika lingkungan.

Mengingat situasi ini, IQAir merekomendasikan masyarakat menghindari aktivitas di luar ruangan. Jika terpaksa keluar, disarankan untuk menggunakan masker dan menutup jendela untuk mencegah udara kotor masuk ke dalam ruangan.

Sebagai perbandingan, kategori udara baik memiliki rentang PM2.5 sebesar 0-50, yang tidak berdampak pada kesehatan manusia, hewan, tumbuhan, bangunan, maupun estetika. Kategori sedang (PM2.5 51-100) tidak berpengaruh pada kesehatan manusia atau hewan, namun dapat memengaruhi tumbuhan sensitif dan estetika.

Sementara itu, kategori sangat tidak sehat (PM2.5 200-299) berpotensi merugikan kesehatan secara signifikan bagi sebagian populasi, dan kategori berbahaya (PM2.5 300-500) dapat menyebabkan masalah kesehatan serius secara umum.

Secara global, Jakarta hanya kalah buruk dari Kinshasa, Kongo-Kinshasa (AQI 208) dan Santiago de Chile, Cile (AQI 170). Di bawah Jakarta, ada Toronto, Kanada (AQI 156) dan Al-Manamah, Bahrain (AQI 154).

Dalam upaya mengatasi masalah ini, Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta telah meluncurkan platform pemantau kualitas udara terintegrasi. Platform ini didukung oleh 31 titik Stasiun Pemantau Kualitas Udara (SPKU) yang tersebar di wilayah ibu kota.

Data yang ditampilkan pada platform ini merupakan hasil integrasi dari SPKU milik DLH Jakarta, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), World Resources Institute (WRI) Indonesia, dan Vital Strategies, sesuai dengan standar nasional yang berlaku.