Top 15+ Jam Menanti Kabar KMP Tunu Pratama Jaya, Tangis dan Harap Menyelimuti Pelabuhan Ketapang

Suasana haru dan tegang menyelimuti ruang tunggu Pelabuhan ASDP Ketapang, Banyuwangi, Kamis (3/7/2025).
Sudah lebih dari 15 jam sejak KMP Tunu Pratama Jaya dilaporkan tenggelam di Selat Bali pada Rabu (2/7/2025) pukul 23.35 WIB, namun sejumlah keluarga korban masih menanti kabar nasib orang terkasih mereka.
KMP Tunu Pratama Jaya diketahui berangkat dari Pelabuhan Ketapang menuju Gilimanuk pada pukul 22.56 WIB. Meski cuaca saat itu dilaporkan kurang bersahabat, pelayaran tetap dilanjutkan.
Sekitar pukul 23.20 WIB, kapal mengirim sinyal darurat atau distress call.
Dugaan awal, kapal mengalami kebocoran di ruang mesin.
“Pukul 23.20 WIB kami mendapat info dari perwira jaga KMP Tunu Pratama Jaya soal panggilan distress,” ujar Koordinator Pos SAR Banyuwangi, Wahyu Setiabudi, kepada Kompas.com, Kamis.
Beberapa menit kemudian, tepat pukul 23.35 WIB, kapal dikabarkan tenggelam.
“Pukul 23.35 WIB kapal tenggelam, terlihat oleh petugas jaga Syahbandar,” lanjut Wahyu.
KMP Tunu Pratama Jaya terbalik
Informasi dari saluran komunikasi maritim channel 17 menyebutkan kapal sempat mengalami black out dan terbalik sebelum hanyut ke arah selatan.
“Pada pukul 00.22 Wita, KMP Tunu Pratama Jaya sudah dalam posisi terbalik dan hanyut,” demikian tertulis dalam laporan yang diterima otoritas pelabuhan.
Upaya penyelamatan pertama dilakukan pukul 00.18 WIB. Tim SAR menurunkan kapal RIB (Rigid Inflatable Boat) menuju titik terakhir lokasi kapal.
31 korban selamat, 5 orang meninggal dunia
MENUNGGU KABAR: Sejumlah keluarga/kerabat penumpang KMP Tunu Pratama Jaya menunggu informasi kejelasan di Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi, Jatim, Kamis (3/7/2025).
Hingga Kamis pagi, sebanyak 31 orang berhasil diselamatkan, baik oleh tim SAR maupun kapal-kapal lain yang melintas. Sementara itu, 5 korban dinyatakan meninggal dunia.Berikut daftar sementara korban selamat dan korban meninggal:
Daftar Korban Selamat KMP Tunu Pratama Jaya:
1. Sandi (kru kapal)
2. Romi Alfa Hidayat
3. Saroji
4. Mansuri
5. Wajihi
6. Anshori
7. Riko Krafsanjani (kru kapal)
8. Sinyo
9. Ely
10. Tri Wahyudi
11. Syaiful Munir
12. Supardi
13. Abi Khoirul
14. Farid
15. Erick (kru kapal)
16. Nurdin (kru kapal)
17. Ahmad Suyipno
18. Bahrun
19. Eka Toniansyah
20. M. Farid Wajdi
21. Samsul Hidayah
22. Holil
23. Bejo Santoso
24. Deni Hermanto
25. Ahmad Lukman
26. Febriani
27. Ibnul Vawait
28. Imron
29. Ahmad Rokhan
30. Nanda Sinta
31. Riki Prayuda
Korban meninggal dunia:
1. Anang Suryono (59), penumpang
2. Eko Sastroamidjojo (51), penumpang
3. Elok Rumantini (45), petugas kantin kapal
4. Cahyani (45), penumpang
5. Fitri (belum diketahui data lengkap)
Tangis pecah saat kabar duka datang
Ningsih dan ibunya datang ke pelabuhan mencari kabar Cahyani dan suaminya, Febriani.
Isak tangis pecah ketika mereka mendapat kabar bahwa Cahyani meninggal, sedangkan Febriani berhasil selamat.
“Mereka baru saja dua minggu menikah,” ujar Ningsih, kakak Febriani, sembari memeluk ibunya yang tampak terpukul.
Ningsih mengaku mengetahui musibah tersebut dari media sosial. Ia sempat berusaha menghubungi adiknya dan Cahyani, namun tak mendapat jawaban.
“Saya coba telepon berkali-kali, tapi tidak diangkat. Kami juga hubungi pihak travel, tapi nihil,” ujarnya.
Akhirnya, mereka datang langsung ke pelabuhan dan menerima kabar duka tersebut.
“Padahal sudah kami larang jangan berangkat dulu karena cuaca buruk. Tapi Cahyani ngeyel, katanya mau kerja di Bali,” ujarnya sambil menangis.
Ibu hamil dan suaminya masih hilang
Keluarga korban lainnya adalah Ely dan suaminya, Bintang Nur Hidayat.
Ely yang sedang hamil lima bulan ikut dalam perjalanan bersama suaminya yang merupakan sopir truk sembako dan rutin menyeberang ke Bali.
“Mereka baru setengah tahun menikah. Mungkin karena hamil, Ely ingin dekat terus dengan suaminya,” kata Suryat, kerabat korban.
Suryat menyebut keluarga sempat menyarankan Ely agar tidak ikut karena kondisinya, namun Ely tetap bersikeras.
“Katanya dia kuat, enggak apa-apa ikut,” tambah kerabat lain.
Hingga Kamis siang, keduanya masih belum ditemukan.
“Kami yakin mereka bisa ditemukan dalam keadaan selamat. Mungkin mereka ada di truk, tapi pasti pakai pelampung,” kata Suryat dengan suara bergetar.
WNA Malaysia juga masih hilang
Fauzey bin Awang (55), warga negara Malaysia, juga dilaporkan hilang.
Ia hendak kembali ke negaranya usai mengunjungi istrinya, Yatini (60), di Kecamatan Genteng, Banyuwangi.
Yatini datang ke pelabuhan dengan tangis yang tak terbendung.
“Saya sudah khawatir sejak pagi, enggak enak perasaannya. Saya telepon enggak aktif,” katanya.
Pasangan ini telah menikah selama tiga tahun.
Fauzey biasanya pulang setiap tiga bulan sekali. Ia naik travel ke Bali pada Rabu malam dan dijadwalkan terbang ke Malaysia Kamis siang pukul 12.00 Wita.
“Saya tahu dari media sosial. Kami cari namanya di daftar korban selamat dan meninggal, tapi tidak ada,” ujar Yatini dengan nada cemas.
Nomor polisi kendaraan travel yang ditumpangi Fauzey ditemukan dalam manifes kapal.
“Ya Allah, semoga suami saya selamat,” harap Yatini.
Pencarian korban KMP Tunu
Wahyu Setiabudi menjelaskan bahwa kemampuan seseorang bertahan hidup di laut sangat tergantung pada kondisi fisik dan alat bantu keselamatan yang digunakan.
“Tergantung kemampuan fisik dan survive-nya. Pakaian juga mempengaruhi gerak, tapi yang paling penting adalah keahlian bertahan hidup,” ujarnya.
Pencarian korban masih terus dilakukan oleh tim SAR gabungan dari Basarnas, TNI AL, dan relawan sipil.
Ada 53 penumpang dalam manifes resmi kapal KMP Tunu Pratama Jaya yang tenggelam di Selat Bali.
Kapal juga tercatat membawa 22 unit kendaraan, namun data detail kendaraan belum dirilis ke publik.