Deretan Tragedi Kapal Tenggelam di Indonesia, dari KM Tampomas II hingga KMP Tunu Pratama Jaya

KMP Tunu Pratama Jaya, KM Tampomas, kecelakaan kapal, kecelakaan laut, kecelakaan kapal di Indonesia, KMP Tunu Pratama Jaya tenggelam di selat Bali, kecelakaan kapal laut di indonesia, kecelakaan transportasi laut di indonesia, sederet kecelakaan laut di Indonesia, Deretan Tragedi Kapal Tenggelam di Indonesia, dari KM Tampomas II hingga KMP Tunu Pratama Jaya, 1981 – KM Tampomas II: 369 Orang Tewas, 2005 – KM Digoel: 84 Tewas, 100 Hilang, 2007 – KM Levina I: Terbakar dan Tenggelam, 2009 – KM Teratai Prima: Ratusan Hilang, 2009 – Dumai Express 10: 18 Orang Tewas, 2015 – KM Marina Baru 2B: 69-71 Orang Hilang, 2017 – KM Zahro Express: Terbakar di Kepulauan Seribu, 2018 – KM Arista: Tenggelam di Makassar, 17 Tewas, 2018 – KM Sinar Bangun: 150 Orang Hilang di Danau Toba, 2025 – KMP Tunu Pratama Jaya: Masih Ada 30 Orang Hilang

Insiden tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya di perairan Selat Bali pada Rabu (2/7/2025) kembali mengingatkan publik pada deretan tragedi kelam di lautan Indonesia. 

Dari KM Tampomas II yang tenggelam pada 1981 hingga KM Sinar Bangun di Danau Toba pada 2018, musibah serupa kerap memakan korban jiwa dalam jumlah besar.

Berikut ini rangkuman sejumlah kecelakaan kapal laut paling tragis di Indonesia dalam beberapa dekade terakhir:

1981 – KM Tampomas II: 369 Orang Tewas

Pada 27 Januari 1981, KM Tampomas II tenggelam di Laut Jawa, dekat perairan Masalembo, dalam pelayaran dari Jakarta ke Pelabuhan Ujung Pandang (Makassar).

Dikutip darikecelakaan disebabkan oleh percikan api di kabin kendaraan yang membesar akibat pelanggaran aturan keselamatan, seperti merokok di area terlarang.

Kapal yang mengangkut 1.054 penumpang dan 82 awak kapal itu akhirnya menewaskan 369 orang.

2005 – KM Digoel: 84 Tewas, 100 Hilang

Pada 8 Juli 2005, KM Digoel yang berlayar dari Merauke menuju Tanah Merah tenggelam di perairan Arafura. Kapal ini diyakini melebihi kapasitas, mengangkut 200 penumpang, 2 buldoser, 600 sak semen, dan besi beton.

Sebanyak 84 orang ditemukan tewas, dan 100 lainnya dinyatakan hilang, sebagaimana dilaporkan Tribun Jogja.

2007 – KM Levina I: Terbakar dan Tenggelam

Kebakaran melanda KM Levina I pada 22 Februari 2007, beberapa jam setelah kapal meninggalkan Pelabuhan Tanjung Priok menuju Bangka.

Pada 25 Februari 2007, kapal kembali tenggelam saat sedang diperiksa oleh tim investigasi bersama awak media.

Saat itu Tercatat lebih dari 290 orang berhasil selamat, namun 51 orang tewas, dan Palang Merah Indonesia menyebut jumlah korban bisa mencapai 89 jiwa.

2009 – KM Teratai Prima: Ratusan Hilang

Tragedi KM Teratai Prima terjadi pada 11 Januari 2009, sekitar pukul 03.30 WITA. Kapal tenggelam usai dihantam gelombang tinggi di perairan Majene, Sulawesi Barat.

Ketua KNKT saat itu, Tatang Kurniadi mengatakan, “Jumlah penumpang juga tidak mengalami overload. Karena kapasitasnya 300, penumpang hanya 250 orang.”

Dari ratusan penumpang, hanya 31 orang yang berhasil selamat, sementara lainnya dinyatakan hilang.

2009 – Dumai Express 10: 18 Orang Tewas

Pada Minggu pagi, 22 November 2009, Dumai Express 10 tenggelam di perairan Tanjung Balai Karimun, Riau, saat berlayar dari Dumai ke Batam.

Jumlah penumpang mencapai 292 orang, melebihi kapasitas maksimum 273 orang. Sebanyak 18 orang tewas, seperti dikutip dari .

2015 – KM Marina Baru 2B: 69-71 Orang Hilang

KM Marina Baru 2B tenggelam di Teluk Bone, Sulawesi, saat berlayar dari Kolaka ke Siwa, Desember 2015.

Versi Basarnas menyebut 116 penumpang, dengan 40 selamat, 7 tewas, dan 69 hilang. Namun, BPBD Wajo melaporkan jumlah penumpang 118 orang, dengan 71 orang hilang.

2017 – KM Zahro Express: Terbakar di Kepulauan Seribu

Pada 1 Januari 2017, sekitar pukul 09.24 WIB, KM Zahro Express terbakar di perairan Pulau Tidung, Kepulauan Seribu, saat bertolak dari Muara Angke.

Kapal berbobot 106 GT ini mengangkut sekitar 244 orang, termasuk 6 awak kapal. Sebanyak 23 orang meninggal, 20 di antaranya akibat terbakar.

"Untuk korban luka, 16 orang korban luka bakar dibawa ke RS Atmajaya untuk mendapatkan perawatan," kata Dirjen Perhubungan Laut A. Tonny Budiono, dikutip dari

2018 – KM Arista: Tenggelam di Makassar, 17 Tewas

KMP Tunu Pratama Jaya, KM Tampomas, kecelakaan kapal, kecelakaan laut, kecelakaan kapal di Indonesia, KMP Tunu Pratama Jaya tenggelam di selat Bali, kecelakaan kapal laut di indonesia, kecelakaan transportasi laut di indonesia, sederet kecelakaan laut di Indonesia, Deretan Tragedi Kapal Tenggelam di Indonesia, dari KM Tampomas II hingga KMP Tunu Pratama Jaya, 1981 – KM Tampomas II: 369 Orang Tewas, 2005 – KM Digoel: 84 Tewas, 100 Hilang, 2007 – KM Levina I: Terbakar dan Tenggelam, 2009 – KM Teratai Prima: Ratusan Hilang, 2009 – Dumai Express 10: 18 Orang Tewas, 2015 – KM Marina Baru 2B: 69-71 Orang Hilang, 2017 – KM Zahro Express: Terbakar di Kepulauan Seribu, 2018 – KM Arista: Tenggelam di Makassar, 17 Tewas, 2018 – KM Sinar Bangun: 150 Orang Hilang di Danau Toba, 2025 – KMP Tunu Pratama Jaya: Masih Ada 30 Orang Hilang

Tim Basarnas Makassar menyisir perairan Makassar melakukan pencarian terhadap korban KM Arista yang karam.

Pada 13 Juni 2018, KM Arista tenggelam di perairan Makassar sekitar pukul 12.00 WITA. Kapal penuh penumpang dan barang ini dihantam ombak besar.

"Seingat saya ada ombak besar yang hantam kapal, tidak lama setelah itu air sudah masuk," ujar Mayang (21), salah satu penumpang selamat kepada

Dari 32 penumpang, 17 orang tewas, dan kasus ini menyeret nahkoda bernama Mustafa ke pengadilan.

2018 – KM Sinar Bangun: 150 Orang Hilang di Danau Toba

tenggelam di Danau Toba, Sumatera Utara pada 18 Juni 2018. Kapal feri ini berlayar dari Simanindo ke Pelabuhan Tigaras.

Diduga tenggelam akibat kelebihan muatan dan cuaca buruk, kapal ini menewaskan lebih dari 150 orang. Hanya 21 orang yang selamat, dan 3 korban ditemukan tewas.

Tim SAR mengalami kesulitan karena posisi kapal berada di kedalaman 450 meter.

2025 – KMP Tunu Pratama Jaya: Masih Ada 30 Orang Hilang

Tragedi terbaru terjadi pada Rabu malam, 2 Juli 2025, ketika KMP Tunu Pratama Jaya tenggelam di lintasan Ketapang-Gilimanuk, Selat Bali.

Kapal mengalami blackout sekitar pukul 23.35 WIB, kemudian terbalik dan hanyut ke arah selatan. Posisi terakhir tercatat pada koordinat -08°09.371', 114°25.1569'.

Dari 65 orang berada di dalam kapal, terdiri dari 53 penumpang dan 12 kru. Hingga saat ini, 29 orang dinyatakan selamat, 6 orang meninggal dunia, dan 30 lainnya masih dalam pencarian.

Dugaan sementara, kapal tenggelam akibat kebocoran mesin yang menyebabkan pemadaman total (blackout).

Tragedi-tragedi ini menunjukkan bahwa keselamatan pelayaran di Indonesia masih menjadi pekerjaan rumah besar, baik dari sisi pengawasan, kepatuhan regulasi, maupun penanganan darurat.

Perlu langkah tegas dari pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan agar kasus serupa tidak terus berulang di masa depan.