Negara yang Melarang Para Siswa Bawa Gawai ke Sekolah

Sekolah-sekolah di berbagai negara terus berusaha memerangi penggunaan ponsel untuk para muridnya. Mulai dari memblokir wi-fi, hingga dibuatnya undang-undang pelarangan membawa gawai ke sekolah.
Di Indonesia, Wali Kota Bekasi Tri Adhianto juga mengeluarkan aturan baru berupa larangan membawa ponsel bagi pelajar SD dan SMP, yang akan berlaku pada tahun ajaran baru 2025 di bulan Juli.
Salah satu alasan utama diterapkannya larangan ponsel di sekolah adalah untuk meningkatkan fokus belajar siswa. Selain itu, larangan ini juga bertujuan untuk mengurangi kecanduan gadget dan media sosial.
Hingga akhir 2024, 79 sistem pendidikan di 40 persen negara dunia telah melarang ponsel di sekolah. Berikut adalah daftar beberapa negara yang sudah lebih dulu menerapkan larangan ini.
1. Prancis
Larangan ponsel di sekolah dasar dan menengah (usia 6–15 tahun) sudah diberlakukan sejak 2018. Siswa tidak boleh menggunakan ponsel selama jam sekolah, termasuk istirahat.
2. China
Larangan ponsel di sekolah dasar dan menengah (sejak 2021) untuk melindungi kesehatan mental siswa. Para siswa hanya boleh membawa ponsel dengan izin khusus orang tua dan harus diserahkan ke guru selama sekolah.
3. Finlandia
Beberapa sekolah melarang ponsel selama jam belajar, meski tidak ada aturan nasional.
4. Australia (beberapa negara bagian)
New South Wales melarang ponsel di sekolah dasar (2020), dan beberapa sekolah menengah juga menerapkannya.
5. Belanda
Mulai Januari 2024, Belanda melarang ponsel, tablet, dan smartwatch di ruang kelas untuk mengurangi gangguan. Pengecualian hanya untuk keperluan pembelajaran khusus atau alasan medis.
Bagaimana efektivitasnya
Larangan membawa atau menggunakan ponsel di sekolah memang bisa mengurangi paparan gawai selama jam pelajaran. Namun, penelitian menunjukkan bahwa sekadar melarang tidak serta-merta membuat remaja berhenti menggunakan ponsel secara berlebihan di luar sekolah.
Bahkan, di beberapa kasus, siswa justru semakin terdorong menggunakan gawai begitu mereka keluar dari lingkungan sekolah.
Larangan di sekolah tidak otomatis mengubah kebiasaan digital remaja, terutama jika di rumah mereka masih bebas mengakses ponsel tanpa batasan yang jelas. Oleh karena itu, kebijakan pembatasan sebaiknya melibatkan keluarga agar lebih efektif.
lembaga seperti UNESCO dan penelitian independen juga memperingatkan bahwa pelarangan perlu disertai pengawasan dan arah kebijakan yang jelas .