Koleksi Fashion DOUCAN Manfaatkan Wig Bekas dengan Gaya Trendi dan Modis

Desainer mode asal Korea Selatan, Choi Chung-hoon selaku founder dari merek DOUCAN turut unjuk gigi di perhelatan JF3 Fashion Festival di Jakarta Utara pada Sabtu (26/7/2025).
Choi menampilkan koleksi yang tak biasa dengan memanfaatkan wig bekas dan mengubahnya menjadi detail fesyen yang dramatis dan penuh gaya.
Busana yang ia tampilkan menggabungkan keberanian artistik, nilai keberlanjutan, dan kekuatan memori personal.
Lewat pendekatan artistik bertajuk Rekonstruksi Memori, koleksi ini menjelajah kembali jejak-jejak masa lalu DOUCAN dan mengubahnya menjadi karya yang trendi.
Koleksi fesyen DOUCAN yang memanfaatkan wig bekas
Mengolah memori menjadi gaya
Koleksi busana dari merek asal Korea Selatan, DOUCAN, yang memanfaatkan wig bekas dan kain printed yang trendi di gelaran JF3 Fashion Festival 2025, di Jakarta Pusat, Sabtu (26/7/2025).
Choi menyebutkan, koleksi ini sebagai bentuk perjalanan personal. Ia menarik kembali memori-memori dari koleksi sebelumnya dan mengolahnya menjadi bentuk baru yang lebih hidup dan ekspresif.
“Koleksi ini adalah koleksi yang direkonstruksi yang melacak kembali kenangan dari koleksi yang telah dipamerkan sejak awal peluncuran hingga saat ini,” ujar Choi dalam konferensi pers di JF3, Sabtu (26/7/2025).
Alih-alih sekadar mengenang, sang desainer justru menghidupkan kembali fragmen memori itu dengan menambahkan elemen visual yang mencolok, motif etnik yang khas, serta eksplorasi bentuk yang segar.
Motif cetak orisinal DOUCAN yang menonjolkan nuansa emas dan merah tampil menawan lewat busana dengan siluet yang berani dan penuh karakter.
Wig bekas jadi aksen fesyen
Koleksi busana dari merek asal Korea Selatan, DOUCAN, yang memanfaatkan wig bekas dan kain printed yang trendi di gelaran JF3 Fashion Festival 2025, di Jakarta Pusat, Sabtu (26/7/2025).
Tidak hanya memperhatikan variasi model busana yang menyuguhkan mata, DOUCAN juga berupaya menjalankan aspek keberlanjutan dan daur ulang lewat busananya.
Keunikan dari koleksi ini ada pada penggunaan wig bekas sebagai material utama untuk detail busana.
Wig-wig tersebut tidak dibiarkan begitu saja, melainkan diolah menjadi tassel yang menghiasi berbagai item seperti jaket cape, tas, sepatu bot, dan gaun satu potong.
Warna wig tersebut pun beraneka ragam, mulai dari hitam, blonde, ungu dengan sentuhan silver, hingga silver.
Bahkan di beberapa aksen baju juga ada wig yang dibuat menjadi tassel dengan warna hijau lime dan biru.
“Sebuah koleksi karya dibuat menggunakan wig bekas. Tassel yang terbuat dari wig tersebut direkonstruksi menjadi jaket dan digunakan sebagai detail pada tas, jaket, sepatu bot, dan gaun satu potong,” jelas Choi.
Efek visual dari tassel rambut ini menjadi kekuatan utama di atas runway.
Gerakannya yang dinamis mengikuti langkah para model menciptakan tampilan yang teatrikal, sekaligus memberikan pengalaman visual yang tak biasa bagi para penonton.
“Hal ini untuk menciptakan koleksi yang mengesankan. Tassel rambut yang bergerak dinamis sesuai dengan langkah model membuat peragaan busana DOUCAN semakin megah dan dramatis,” tambahnya.
Eksklusif dan artistik
Koleksi busana dari merek asal Korea Selatan, DOUCAN, yang memanfaatkan wig bekas dan kain printed yang trendi di gelaran JF3 Fashion Festival 2025, di Jakarta Pusat, Sabtu (26/7/2025).
Dalam JF3 2025, Choi hanya menampilkan 20 potongan busana. Ia mengungkapkan keinginannya untuk menampilkan lebih banyak karya jika diberi kesempatan lagi di masa depan.
“Saya berencana menampilkan 20 potongan. Saya menyesal tidak dapat menampilkan lebih banyak potongan. Jika saya memiliki kesempatan seperti ini lagi, saya ingin menampilkan lebih banyak,” katanya.
Meski koleksi ini terbatas, sebagian besar busana dapat dipesan secara khusus.
Beberapa item juga akan segera dirilis untuk pasar umum, memberi peluang bagi para pencinta mode untuk memiliki bagian dari karya eksklusif DOUCAN.
Kehadiran koleksi ini bukan hanya soal gaya, tapi juga pesan. Pemanfaatan kembali wig bekas menunjukkan keberanian DOUCAN dalam menerobos batas konvensional mode sekaligus menyuarakan kesadaran terhadap keberlanjutan.
Melalui Rekonstruksi Memori, DOUCAN tidak hanya menyuguhkan estetika visual, tetapi juga menyentuh lapisan emosi dan refleksi, menjadikan busana bukan hanya benda pakai, melainkan karya seni yang hidup dan terus bergerak.