Upaya Bangkitkan Pariwisata Indonesia di Tengah Tekanan dari Berbagai Sisi

Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) mengungkapkan tekanan pariwisata nasional dari berbagai sisi, meliputi penurunan daya beli dan efisiensi anggaran kementerian dan lembaga.
Selain itu, maraknya praktik usaha ilegal seperti vila tak berizin dan biro perjalanan tanpa kompetensi resmi juga menjadi pemicu penurunan kinerja pariwisata.
Ketua Umum GIPI Haryadi Sukamdani menuturkan, saat ini GIPI tengah mencanangkan upaya membangkitkan gairah pariwisata nasional.
"Pertama, kami akan melakukan kegiatan di bidang event dan promosi. Salah satunya adalah menggelar Wonderful Indonesia Tourism Fair (WITF) untuk kedua kalinya," tutur Hariyadi dalam jumpa pers Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) dan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta Pusat, Kamis (30/7/2025).
Pameran WITF 2025 akan digelar Nusantara International Convention & Exhibition, PIK 2, Jakarta Utara pada 9–12 Oktober 2025 mendatang.
Pameran yang melibatkan dinas pariwisata, sekolah pariwisata, hingga pelaku UMKM dan kuliner ini terdiri dari dua segmen utama, yakni Business to Business (B2B) dan Business to Consumer (B2C).
"Kami berharap dapat mengundang 200-250 buyers dengan ketersebaran yang sudah dilihat sangat berpotensi. Sementara jumlah seller-nya diupayakan mencapai 250-300 sellers," ungkap Hariyadi.
Selain itu, GIPI juga turut berpartisipasi dalam ekspo internasional bertajuk Discovering the Beneficence of Indonesia di Utrecht, Belanda pada 30 Oktober–2 November 2025 mendatang.
Pameran ini bertujuan memperluas akses pasar Indonesia di Eropa dengan menggandeng diaspora dan penyelenggara lokal.
"Kalau WITF 2025 memang tujuannya adalah menarik semua buyer seluruh dunia datang ke Jakarta. Kalau pameran di Belanda, memang lebih kecil tetapi kami mencoba mendekatkan diri langsung ke pasar," kata dia.
Paket wisata hotel dan pesawat
Lebih lanjut, GIPI juga berencana fokus bekerja sama dengan maskapai penerbangan untuk menggaet pariwisata inbound, yakni kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia.
Ilustrasi hotel.(Unsplash/Marten Bjork)
"Tadinya kami ingin menarik penerbangan langsung dari Bangkok ke Yogyakarta, tetapi kelihatannya terlalu berisiko. Akhirnya, kami pakai adalah rute yang sudah ada. Bukan langsung, tetapi transit di Kuala Lumpur, yakni Bangkok-Kuala Lumpur-Yogyakarta," jelas Hariyadi.
Selanjutnya, Hariyadi juga melirik potensi pengembangan rute internasional Bangkok-Kertajati.
Saat ini, ia melihat adanya potensi peningkatan pariwisata inbound lewat penerbangan langsung (direct flight) rute Kuala Lumpur-Semarang.
"Jadi, sekarang kami mau lihat dulu supaya bisa mengelola risiko yang mungkin terjadi antara kami dan maskapai. Kami memantau perkembangan rute mereka ke mana saja, itu yang akan dipromosikan bersama," lanjutnya.
Tak hanya ketersediaan rute penerbangan langsung, GIPI berencana mempromosikan pariwisata Indonesia lewat paket wisata (bundling) untuk wisman.
Paket wisata yang dimaksud mencakup tiket pesawat, kamar hotel, dan paket tur wisata di Indonesia.
Upaya mempromosikan pariwisata Indonesia ke mancanegara ini tak terlepas dari kebutuhan dana investasi yang mulanya direncanakan berasal dari ITF.
ITF alias Indonesia Tourism Fund merupakan Dana Kepariwisataan Indonesia yang tadinya akan dikelola oleh Badan Layanan Umum (BLU) untuk promosi pariwisata.
Namun, Hariyadi mengatakan, sampai saat ini, belum ada kebaruan terkait dana pariwisata ITF.
"Pendanaan organisasi ini akan kami coba jalur mandiri. Dalam arti kata, kami melihat celahnya ada di UU Perseroan Terbatas yang mengharuskan setiap perusahaan menyisikan tanggung jawab sosial lingkungan, CSR gitu," kata Hariyadi.