Tips Mempersiapkan Bayi untuk Beralih dari DBF ke ASI Pompa

Para ibu bekerja yang sudah selesai masa cuti melahirkan kerap menghadapi kecemasan apakah bayinya mau menggunakan ASI yang dipompa, setelah sebelumnya selalu menyusui langsung atau DBF (direct breastfeeding).
Tentunya bayi akan butuh adaptasi, karena itu ibu perlu mempersiapkannya.
Menurut founder suplemen untuk ibu menyusui Mom Uung, Uung Victoria Finky, para ibu harus menyadari bahwa jumlah ASI yang lebih sedikit saat dipompa bukan berarti produksi ASI-nya rendah.
"Tubuh kita itu butuh waktu adaptasi. Kalau biasanya menyusui langsung, lalu tiba-tiba ada permintaan baru lewat pompa, tubuh butuh sinyal berulang untuk mengenali permintaan ini," kata Uung dalam talkshow Mom Uung Breastfeeding Fest 2025, di Central Park, Jakarta, pada Jumat (1/8/2025).
Ia menekankan bahwa pompa ASI seringkali tidak menunjukkan jumlah produksi yang sebenarnya.
"Pompa itu tidak menggambarkan seberapa banyak ASI yang kita punya. Hasilnya bisa dipengaruhi banyak hal, seperti kondisi fisik ibu, stres, hingga performa pompa itu sendiri," jelasnya.
Lakukan metode 2-4-6
Uung Victoria Finky, founder Mom Uung, membagikan sejumlah tips bagi para ibu menyusui yang akan melakukan masa peralihan dari DBF ke pumping, dalam talkshow Mom Uung Breastfeeding Fest 2025, di Central Park, Jakarta, Jumat (1/8/2025).
Bagi ibu yang akan kembali bekerja dan mulai mencoba memompa ASI, Uung menyarankan untuk mengenalkan ritme baru secara bertahap pada anak. Ia memperkenalkan metode 2-4-6 sebagai stimulasi sederhana.
"Awali dulu dengan meninggalkan bayi selama 2 jam di rumah, lalu bertahap jadi 4 jam, kemudian 6 jam. Sambil latihan pumping dan mengenalkan bayi minum ASI perah lewat media selain dot, seperti gelas atau sedotan," tambahnya.
Uung juga memberikan panduan praktis untuk mulai menabung ASI bagi ibu yang tetap menyusui langsung.
"Cukup pumping dua kali sehari, setelah menyusui saat bangun tidur dan sebelum tidur malam. Dirutinkan seminggu dulu. Enggak usah lihat hasilnya, pokoknya niatnya bikin sinyal baru ke tubuh. Kalau konsisten, biasanya 4 hari aja sudah mulai kelihatan peningkatan," ungkapnya.
Untuk memaksimalkan refleks let-down, ia menyarankan agar ibu menggunakan pompa atau suction cup di satu sisi saat sedang menyusui di sisi lain.
"Kalau sedang menyusui di satu payudara, bisa pakai suction cup atau pompa handsfree di sisi satunya," jelasnya.
Soal pemilihan alat, Uung berpesan agar para ibu mengenali gaya masing-masing.
"Kalau kamu tipe yang senang lihat hasil pompa langsung, portable bisa jadi pilihan. Tapi kalau malah stres lihat botol belum penuh, mending sambil sibukin diri aja. Intinya kenali pola kita sendiri. Enggak semua ibu cocok dengan alat atau cara yang sama," tambahnya.
Ia menekankan bahwa produksi ASI tidak harus banyak, yang penting cukup untuk kebutuhan anak. Memiliki target yang terlalu tinggi justru bisa membuat stres.
Menurutnya, keberhasilan menyusui bukan diukur dari banyaknya ASI di freezer, tapi dari kenyamanan ibu dan tumbuh kembang bayi yang optimal.
"Tubuh kita pintar kok, tapi dia perlu bukti kalau permintaan ASI nya itu nyata. Maka dari itu, harus konsisten (dalam menyusui atau memompa). Enggak usah panik kalau hasil pompa enggak langsung banyak. Pelan-pelan tubuh akan menyesuaikan," tutupnya.