Bongar Rahasia di Balik Penurunan Drastis Karhutla Indonesia, Dari Jutaan Hektare Menjadi Ratusan Ribu Saja

Penanganan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Indonesia menunjukkan kemajuan signifikan. Menurut Kementerian Kehutanan, keberhasilan ini berkat sinergi antara teknologi meteorologi, kekuatan pasukan darat, dan armada udara.
"Tren penurunan luas lahan terbakar dalam delapan tahun terakhir menjadi bukti keberhasilan strategi tersebut," kata Menteri Kehutanan, Raja Juli Antoni dikutip Antara, Selasa (12/8).
Data Kementerian Kehutanan menunjukkan penurunan drastis, dari 1,8 juta hektare pada 2015 menjadi 600 ribu hektare pada 2023. Hingga 1 Agustus 2025, luas lahan yang terbakar tercatat 8.955 hektare.
Beberapa provinsi yang menjadi penyumbang kasus karhutla saat ini adalah Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat, selain provinsi-provinsi yang secara historis rawan seperti Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan Nusa Tenggara Timur.
Raja Juli menjelaskan bahwa penurunan ini sejalan dengan peningkatan mitigasi melalui sistem prediksi berbasis teknologi dan pengendalian lapangan. Strategi yang terbukti efektif meliputi operasi udara (water bombing dan patroli) serta operasi darat dan penegakan hukum.
Selain itu, pemanfaatan sistem pemantauan satelit terintegrasi oleh berbagai lembaga seperti BMKG, BNPB, dan pemerintah daerah, memungkinkan pemetaan wilayah rawan secara akurat dan respons yang lebih cepat.
Pelatihan rutin untuk pasukan darat seperti Manggala Agni dan BPBD, serta peningkatan peralatan, juga menjadi kunci percepatan respons.
Koordinasi antar-lembaga yang semakin baik juga berperan penting dalam pengambilan keputusan di lapangan. Dengan strategi ini, Kementerian Kehutanan menargetkan luas karhutla turun di bawah 600 ribu hektare pada 2027, tahun siklus kerawanan karhutla empat tahunan.
Tujuannya adalah tidak hanya mengurangi luas kebakaran, tetapi juga menekan dampaknya terhadap kesehatan, ekonomi, dan lingkungan.
“Kami ingin memastikan tren positif ini berlanjut, sehingga tidak hanya luas kebakaran yang berkurang, tapi juga dampaknya terhadap kesehatan, ekonomi, dan lingkungan dapat ditekan seminimal mungkin,” katanya.