Riset Cisco: Modernisasi Jaringan Jadi Kunci Penerapan AI dan IoT Perusahaan Indonesia

jaringan, cisco, Riset Cisco: Modernisasi Jaringan Jadi Kunci Penerapan AI dan IoT Perusahaan Indonesia, Risiko kerugian besar jika jaringan tidak siap, AI bisa jadi peluang atau beban, 6 sinyal pergeseran arsitektur jaringan, Potensi pertumbuhan dan efisiensi, Dukungan dari "top management"

Sebagaimana perusahaan global, entitas bisnis di Indonesia juga menghadapi gelombang perubahan besar di infrastruktur jaringan.

Hal ini tak lepas dari masifnya implemetasi teknologi kecerdasan buatan (AI), Internet of Things (IoT), dan layanan berbasis cloud, yang mendorong arus data yang semakin cepat, dinamis, dan kompleks.

Kondisi ini membuat modernisasi jaringan di perusahaan di Indonesia, menjadi hal krusial. Hal itu tercermin dalam survei terbaru dari perusahaan teknologi jaringan asal Amerika Serikat, Cisco.

Berdasarkan studi terbaru Cisco, 98 persen pemimpin teknologi informasi (IT) di Indonesia menganggap modernisasi jaringan sangat penting untuk mengadopsi AI, IoT, dan cloud.

Modernisasi jaringan yang dimaksud merujuk pada proses perubahan besar dalam infrastruktur jaringan agar lebih cepat, aman, tangguh, dan siap mendukung teknologi baru seperti AI, IoT, dan cloud, melalui pembaruan perangkat keras, perangkat lunak, serta penerapan otomatisasi dan keamanan terintegrasi.

Survei tersebut juga mengungkap bawah 98 perusahaan IT di Indonesia, mengaku berencana menambah anggaran untuk jaringan di total belanja (capital expenditure) IT mereka.

“Ketika perusahaan-perusahaan di Indonesia dan di seluruh dunia mulai memanfaatkan kekuatan AI, jaringan menjadi fondasi penting yang memungkinkan AI bisa bekerja dengan baik,” kata Marina Kacaribu, Managing Director Cisco Indonesia, dalam keterangan resmi yang diterima KompasTekno, Rabu (13/8/2025).

"Untuk memenuhi kebutuhan bisnis masa depan dan menghadapi ancaman yang terus berkembang, jaringan saat ini harus lebih cepat, lebih cerdas, dan lebih resilien," imbuhnya.

jaringan, cisco, Riset Cisco: Modernisasi Jaringan Jadi Kunci Penerapan AI dan IoT Perusahaan Indonesia, Risiko kerugian besar jika jaringan tidak siap, AI bisa jadi peluang atau beban, 6 sinyal pergeseran arsitektur jaringan, Potensi pertumbuhan dan efisiensi, Dukungan dari "top management"

Ilustrasi logo Cisco.

Marina mengatakan bahwa ketika modernisasi jaringan dilakukan dan infrastruktur siap, maka dampak positif finansial akan mengikuti.

Risiko kerugian besar jika jaringan tidak siap

Studi tersebut juga menyoroti risiko yang tidak main-main. Satu gangguan besar pada jaringan bisa mengakibatkan kerugian global hingga 160 miliar dollar AS (sekitar Rp 2,5 triliun) per perusahaan setiap tahun.

Gangguan umumnya disebabkan serangan siber, beban jaringan berlebih, atau kesalahan konfigurasi software.

Di Indonesia, 60 persen pemimpin IT mengaku pernah mengalami gangguan serius. Oleh karena itu, semua responden dalam survei ini sepakat bahwa jaringan yang aman dan tangguh (resilient) adalah kebutuhan mutlak.

Bahkan, 86 persen menyebut keamanan jaringan sebagai aspek yang “sangat krusial” untuk kelangsungan dan pertumbuhan bisnis.

AI bisa jadi peluang atau beban

jaringan, cisco, Riset Cisco: Modernisasi Jaringan Jadi Kunci Penerapan AI dan IoT Perusahaan Indonesia, Risiko kerugian besar jika jaringan tidak siap, AI bisa jadi peluang atau beban, 6 sinyal pergeseran arsitektur jaringan, Potensi pertumbuhan dan efisiensi, Dukungan dari "top management"

Ilustrasi artificial intelligence (AI).

Cisco menilai AI bisa menjadi pendorong pertumbuhan pendapatan, asalkan infrastruktur pendukungnya memadai.

Sebanyak 58 persen pemimpin IT percaya penerapan AI di jaringan modern mampu mempersonalisasi dan mengotomatiskan pengalaman pelanggan.

Dampaknya, layanan bisa menjadi lebih cepat, relevan, dan berdampak pada loyalitas pelanggan serta peningkatan bisnis.

Namun, tanpa dukungan infrastruktur yang tepat, AI justru bisa menjadi beban. Saat ini, 53 persen pemimpin perusahaan IT mengakui pusat data mereka belum siap memenuhi kebutuhan AI.

Sementara itu, 95 persen responden berencana meningkatkan kapasitas pusat data, baik di lingkungan on-premise (dikelola sendiri), cloud, atau gabungan keduanya.

6 sinyal pergeseran arsitektur jaringan

Cisco juga mengidentifikasi enam tren utama yang menandakan bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia, sedang mengubah arsitektur jaringan mereka agar semakin siap di era AI dan IoT. Berikut rinciannya:

  1. Jaringan sudah menjadi urusan strategis, bukan cuma teknis: sebanyak 98 persen perusahaan (responden) menilai jaringan modern penting untuk AI, IoT, dan cloud. Hal ini sudah menjadi strategi bisnis, bukan sekadar urusan IT.
  2. Keamanan jadi keharusan: semua perusahaan menganggap jaringan aman sangat penting bagi operasional dan pertumbuhan.
  3. Resiliensi untuk AI: semua perusahaan menilai bahwa jaringan harus tahan banting demi mendorong AI. AI membuat trafik data lebih berat, sehingga jaringan harus kuat menghadapi serangan siber, overload, atau kesalahan teknis.
  4. Kesiapan infrastruktur dorong potensi AI tingkatkan pendapatan: 58 persen responden menyebut AI di jaringan modern mendorong personalisasi layanan pelanggan yang berdampak pada pertumbuhan pendapatan.
  5. Perubahan pusat data: 53 persen mengaku pusat data belum siap untuk AI, 95 persen berencana meningkatkan kapasitas.
  6. Manajemen ingin jaringan yang lebih cerdas: 99 persen perusahaan melihat pentingnya jaringan otonom (self-managing) berbasis AI, tapi baru 52 persen yang sudah menerapkannya.

Potensi pertumbuhan dan efisiensi

Masih dari survei yang sama, Cisco mengungkap sebanyak 95 persen (9 dari 10) pemimpin IT meyakini peningkatan jaringan bisa berdampak langsung pada pendapatan.

Sementara 96 persen pemimpin IT mengharapkan penghematan biaya yang nyata dari operasional yang lebih pintar, lebih sedikit gangguan, dan konsumsi energi yang lebih rendah.

Keuntungan finansial dari jaringan modern sudah mulai dirasakan, mulai dari peningkatan pengalaman pelanggan (61 persen), efisiensi (74 persen), hingga dukungan inovasi (62 persen).

Tapi, semua itu terancam hilang jika infrastruktur tidak siap menangani AI atau pemrosesan data secara real-time.

Di sisi lain, hambatan yang kerap dihadapi perusahaan meliputi sistem yang terfragmentasi (45 persen), implementasi yang belum rampung (63 persen), dan ketergantungan pada pengawasan manual (44 persen).

Dukungan dari "top management"

Hasil riset Cisco juga menunjukkan bahwa CEO di seluruh dunia sejalan dengan pandangan pemimpin IT di Indonesia soal pentingnya modernisasi jaringan.

Sebanyak 97 persen CEO perusahaan dunia tengah memperluas pemanfaatan AI, dan 78 persen mengandalkan CIO (Chief Information Officer) atau CTO (Chief Technology Officer) untuk mengambil keputusan investasi.

Meski begitu, 74 persen CEO mengakui bahwa infrastruktur lama bisa menghambat pertumbuhan bisnis.

Oleh karena itu, manajemen perusahaan mendukung pemimpin teknologi mereka untuk mengawali transformasi jaringan, di mana 96 responden meyakini bahwa kemitraan yang terpercaya akan menjadi kunci utama keberhasilan.

Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!