Ribuan Perenang Muda Ikuti 2nd GBK Fun Swimming Competition 2025: Ajang Pencarian Bibit Unggul Renang Indonesia

Gelora Bung Karno (GBK) kembali menggelar ajang bergengsi di dunia akuatik. Tahun ini, 2nd GBK Fun Swimming Competition 2025 hadir dengan konsep lebih meriah dibanding edisi perdana.
Tidak hanya melibatkan kelompok usia muda, panitia juga membuka kategori master yang menjadi daya tarik baru.
Perubahan format ini sekaligus menunjukkan keseriusan pengelola GBK dalam memperluas jangkauan event. Ajang renang kali ini bukan hanya sekadar hiburan, melainkan juga wadah pembinaan atlet sejak dini.
Tercatat sebanyak 1.175 peserta ikut ambil bagian dalam kompetisi ini. Angka tersebut melonjak tajam dibanding tahun sebelumnya yang hanya diikuti sekitar 600 peserta. Antusiasme ini menjadi bukti bahwa renang semakin digemari, terutama di kalangan anak-anak usia sekolah dasar.
Direktur Utama PPKGBK, Rakhmadi A. Kusumo, menyampaikan rasa syukur atas terselenggaranya acara ini. Menurutnya, keberhasilan ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak, termasuk PB Akuatik Indonesia.
“Alhamdulillah, hari ini kita bisa menyelenggarakan acara ini dengan penuh semangat. Panitia berhasil menghadirkan event yang luar biasa. Kami yakin kegiatan seperti ini akan terus menumbuhkan semangat olahraga renang di Indonesia,” kata Rakhmadi.
Ia juga menekankan pentingnya menjunjung tinggi sportivitas. Momentum kompetisi yang bertepatan dengan bulan kemerdekaan disebutnya sebagai pengingat untuk terus berjuang, bekerja sama, dan tidak takut gagal.
Hadir pula Ketua Harian PB Akuatik Indonesia, Harlin Rahardjo, yang memberikan apresiasi besar. Ia menyebut jumlah peserta tahun ini sangat luar biasa karena bahkan melampaui jumlah peserta di ajang Indonesia Open Championship.
“Jumlah peserta mencapai 1.175 orang. Ini luar biasa, bahkan lebih banyak dibanding Indonesia Open. Event ini sangat penting untuk pembinaan atlet usia muda,” ujar Harlin.
Menurutnya, kompetisi usia dini sangat tepat karena kelompok umur 5–12 tahun adalah fase emas dalam pembentukan bibit atlet. Meski begitu, ia menekankan bahwa renang harus tetap menyenangkan bagi anak-anak.
“Renang itu seharusnya fun. Jangan membebani anak-anak usia dini, tapi berikan mereka kegembiraan. Dari sana akan muncul juara-juara masa depan Indonesia,” tegasnya.
Selain itu, Harlin menyoroti kualitas fasilitas GBK yang telah diakui dunia internasional. Ia mengungkapkan, beberapa tim asing pernah berlatih di GBK sebelum mengikuti kejuaraan dunia. Hasilnya, mereka berhasil meraih prestasi membanggakan, termasuk pemecahan rekor dunia.
Salah satu contohnya adalah Leon Marchand yang memecahkan rekor dunia di Singapura usai berlatih di GBK. Ada juga perenang asal Tunisia, Ahmad Johani, yang berhasil mencatatkan rekor nasional. Hal ini membuktikan kualitas fasilitas GBK yang diakui hingga level global.
Kepala Unit Akuatik GBK, Reza Satria, menjelaskan detail kategori yang diperlombakan. Tahun ini ada pembagian mulai dari kategori A hingga M, khusus untuk usia 5–12 tahun. Nomor yang dilombakan meliputi gaya bebas, gaya dada, hingga gaya punggung.
Untuk anak usia 5–6 tahun, panitia menyediakan kategori khusus dengan alat bantu seperti fin dan board. Hal ini bertujuan agar mereka bisa ikut berpartisipasi tanpa merasa terbebani.
Tidak hanya untuk anak-anak, tahun ini juga digelar kategori master. Menurut Reza, renang kini telah menjadi bagian dari gaya hidup sehat, sama seperti lari atau padel. Tercatat ada sekitar 150 peserta master yang ikut berkompetisi.
Bagi pihak GBK, acara ini bukan hanya sekadar kompetisi, melainkan juga sarana membangun kepercayaan diri anak-anak. Ajang ini memberi kesempatan bagi mereka untuk menunjukkan kemampuan sekaligus membawa nama sekolah masing-masing.
Lebih jauh, event ini menjadi bukti nyata bahwa pembinaan olahraga akuatik harus dimulai sejak dini dan dilakukan secara berkesinambungan. Dengan antusiasme besar dari peserta, orang tua, dan komunitas, diharapkan Indonesia mampu melahirkan lebih banyak atlet elit di masa depan.