BI Pangkas Suku Bunga, Begini Proyeksi Ekonomi Indonesia ke Depan

Gedung Bank Indonesia (BI).
Gedung Bank Indonesia (BI).

Bank Indonesia (BI) memutuskan menurunkan suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 5 persen dalam Rapat Dewan Gubernur terbaru.

Keputusan ini diambil di tengah tekanan global yang masih tinggi, dengan tujuan menjaga inflasi tetap terkendali sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi domestik.

Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter (DKEM) BI, Juli Budi Winantya, menegaskan bahwa kebijakan suku bunga tetap diarahkan agar stabilitas terjaga namun ruang pertumbuhan bisa terbuka lebih luas.

Ia mengatakan, dorongan pertumbuhan tetap harus dijaga tanpa mengganggu kestabilan inflasi maupun nilai tukar Rupiah.

“Perlunya untuk mendorong perekonomian untuk tumbuh lebih tinggi lagi tanpa menimbulkan gangguan terhadap inflasi dan kapasitas ekonominya," ujarnya di Yogyakarta, Jawa Tengah, Jumat, 22 Agustus 2025.

Sepanjang tahun berjalan, BI sudah beberapa kali menurunkan suku bunga. Menurut Juli, transmisi kebijakan sudah terlihat pada penurunan suku bunga pasar uang dan perbankan.

Diskusi ‘Mempertahankan Stabilitas, Mendorong Pertumbuhan Ekonomi’ bersama BI

Diskusi ‘Mempertahankan Stabilitas, Mendorong Pertumbuhan Ekonomi’ bersama BI

Dukungan likuiditas juga diberikan melalui pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.

“Tambahan likuiditas terlihat dari posisi SRBI yang terus turun hampir sekitar 200 triliun kalau kita bandingkan dengan posisi di akhir Januari. Kita juga melakukan tambahan likuiditas dalam bentuk pembelian SBN di pasar sekunder, tepatnya Rp186 triliun,” ungkap Juli.

Selain itu, stabilitas rupiah dan rendahnya inflasi memberi ruang bagi BI untuk melonggarkan kebijakan. Data terakhir menunjukkan inflasi Juli 2021 tercatat 2,37 persen, jauh di bawah batas atas sasaran.

“Inflasi ke depan diperkirakan masih akan tetap terjaga rendah, dalam kisaran 2,5 persen dengan deviasi 1 persen. Ekspektasi inflasi terjangkar, stabilitas nilai tukar terjaga, dan kapasitas ekonomi masih cukup untuk memenuhi permintaan,” tutur Juli.

Dengan kebijakan akomodatif ini, BI optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2025 berada di kisaran 4,6–5,4 persen, atau di atas titik tengah proyeksi. Pendorong utama berasal dari investasi, ekspor yang didukung tarif lebih rendah, serta peningkatan konsumsi rumah tangga.