Arab Saudi Tegur Indonesia, Angka Kematian Jemaah Haji 2025 Capai 8 Kali Lipat Batas Toleransi

Kepala Badan Penyelenggara (BP) Haji Mochamad Irfan Yusuf atau yang akrab disapa Gus Irfan, mengungkapkan bahwa pemerintah Arab Saudi memberikan peringatan serius kepada Indonesia terkait tingginya angka kematian jemaah haji asal Indonesia pada musim haji 2025.
Menurutnya, Arab Saudi hanya menolerir sekitar 60 kematian jemaah asal Indonesia. Namun, realitas di lapangan menunjukkan bahwa jumlah jemaah haji Indonesia yang meninggal dunia mencapai lebih dari 470 orang.
“Seharusnya angka kematian yang ditolerir sekitar 60. Sementara kita tahun ini 470-an. Berarti delapan kali lipat dari angka yang ditolerir pemerintah Saudi,” ujar Gus Irfan di Jakarta Pusat, Sabtu (23/8/2025).
Teguran ini menunjukkan betapa seriusnya perhatian pemerintah Arab Saudi terhadap keselamatan jemaah.
Apalagi, angka kematian tersebut menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara dengan jumlah kematian tertinggi di antara negara-negara pengirim jemaah haji.
Berapa Jumlah Jemaah Haji Indonesia yang Meninggal Dunia?
Berdasarkan laporan Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) Kementerian Agama (Kemenag), sebanyak 447 jemaah asal Indonesia meninggal dunia selama pelaksanaan ibadah haji 2025.
Dari jumlah itu, 274 orang atau 62,30 persen merupakan jemaah laki-laki, sementara 173 orang atau 38,70 persen lainnya adalah perempuan.
Mayoritas jemaah yang wafat adalah lanjut usia (lansia), yaitu sekitar 64,88 persen atau 290 orang. Sedangkan 35,12 persen atau 157 jemaah berusia antara 41 hingga 64 tahun.
Data ini menunjukkan bahwa faktor usia menjadi salah satu penyumbang terbesar tingginya angka kematian jemaah.
Jemaah haji kloter 1 yang tiba di Bandara Juanda, Sidoarjo, Kamis (12/6/2025).
Apa Penyebab Teguran Serius dari Putra Mahkota Saudi?
Teguran serupa juga diterima langsung oleh Presiden Prabowo Subianto saat bertemu Putra Mahkota sekaligus Perdana Menteri Arab Saudi Mohammed bin Salman (MBS).
Gus Irfan yang mendampingi Presiden menyebutkan bahwa isu tingginya angka kematian jemaah haji asal Indonesia kembali disinggung dalam pertemuan tersebut.
“Ketika saya mendampingi Presiden Prabowo bertemu Prince MBS, sama, disinggung lagi, Indonesia menjadi penyumbang separuh dari kematian selama musim haji,” kata Gus Irfan.
Hal ini menjadi perhatian internasional karena ibadah haji semestinya menjadi momentum spiritual, bukan ajang yang diwarnai dengan angka kematian tinggi.
Mengapa Banyak Jemaah yang Tidak Memenuhi Syarat Istithaah?
Salah satu persoalan yang mendapat sorotan dari pihak Saudi adalah banyaknya jemaah Indonesia yang tidak memenuhi syarat istithaah atau kemampuan fisik untuk berhaji.
Gus Irfan bahkan mengaku ditegur karena ditemukan ada jemaah yang kondisinya sangat rentan namun tetap diberangkatkan.
“Saya ditegur oleh Kementerian Saudi, ini ada yang sudah tiap bulan harus cuci darah 2-3 kali masih diberangkatkan, ‘ini gimana Indonesia?’” ungkapnya.
Wakil Kepala BP Haji, Dahnil Azhar Simanjuntak, juga melaporkan adanya jemaah dengan kondisi kesehatan yang memprihatinkan.
“Bagaimana dia menemukan jemaah yang punggungnya sudah bolong karena diabetes, masih bisa berangkat,” ujar Gus Irfan menirukan laporan Dahnil.
Belajar dari pengalaman tahun ini, BP Haji berkomitmen memperketat standar operasional prosedur (SOP) dalam menetapkan syarat istithaah.
Gus Irfan menyadari langkah ini akan menimbulkan protes dari calon jemaah yang sudah lama menunggu antrean, namun tetap tidak bisa berangkat karena alasan kesehatan.
“Akibatnya kami tahu, efeknya kami tahu. Akan banyak orang-orang yang sudah puluhan tahun menunggu antrian, ketika mendapatkan kesempatan berangkat, tidak bisa berangkat karena faktor kesehatan,” ujarnya.
Meski demikian, ia menekankan bahwa keselamatan jemaah adalah prioritas utama, bukan semata menjaga nama baik Indonesia.
“Yang penting bagi kami, kami bisa menyelamatkan para calon jemaah haji kita. Kita bisa menyelamatkan nama baik Indonesia di mata dunia, menyelamatkan nama baik di mata tuan rumah Arab Saudi,” tegasnya.
Sebagai langkah antisipasi, BP Haji akan bekerja sama dengan Perhimpunan Kedokteran Haji Indonesia (Perdokhi) dalam program Manasik Kesehatan.
Program ini akan mempersiapkan calon jemaah secara fisik setidaknya satu tahun sebelum keberangkatan.
BP Haji juga berencana melakukan tes kesehatan lebih awal agar jemaah yang belum memenuhi syarat masih memiliki waktu 8–10 bulan untuk memperbaiki kondisi kesehatannya sebelum berangkat.
“Masih ada jangka waktu cukup panjang antara tes awal dan rencana keberangkatan. Sehingga jika ada yang sakit, tentu saat dites tidak layak, masih ada perbaikan masa mungkin 8-10 bulan,” jelas Gus Irfan.
Sebagian artikel ini telah tayang di dengan judul "BP Haji Sebut Lebih dari 400 Jemaah Asal RI Meninggal dalam Ibadah Haji 2025".
Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!