Jawa Timur Jadi Motor Penting Industri Otomotif Nasional

GIIAS Surabaya
GIIAS Surabaya

Kementerian Perindustrian menegaskan komitmennya menjaga ekosistem industri otomotif nasional agar tetap tangguh di tengah dinamika global. Industri ini selama bertahun-tahun menjadi penggerak penting bagi pertumbuhan ekonomi daerah maupun nasional.

“Di tengah ketidakpastian ekonomi global, kami memastikan industri dalam negeri tetap memiliki akses bahan baku, daya saing produksi, serta peluang ekspor yang terus diperluas,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, dikutip VIVA Otomotif dari keterangan resmi, Kamis 28 Agustus 2025.

Komitmen tersebut juga diperkuat dengan data kendaraan bermotor yang terus meningkat di berbagai wilayah. Berdasarkan catatan Electronic Registration Identification (ERI) Korps Lalu Lintas Polri, Jawa Timur menempati posisi tertinggi dengan 26,45 juta kendaraan atau 15,47 persen dari total nasional.

Polda Metro Jaya menyusul dengan 24,56 juta unit atau 14,36 persen, lalu Jawa Tengah dengan 22,06 juta unit atau 12,90 persen. Jawa Barat berada di posisi keempat dengan 20,48 juta kendaraan, setara 11,98 persen dari total nasional.

Direktur Jenderal ILMATE, Setia Diarta, menilai bahwa tingginya jumlah kendaraan di daerah besar mencerminkan potensi pasar yang kuat.

“Surabaya, sebagai salah satu kota terbesar di Indonesia, memiliki peran strategis dalam peta industri otomotif nasional. Jawa Timur menyumbang pangsa pasar sebesar 9,7 persen dari total penjualan nasional, menempati posisi ketiga tertinggi di Indonesia,” tuturnya.

Provinsi lain seperti Sumatera Utara tercatat memiliki 8,34 juta kendaraan, Sulawesi Selatan 5,57 juta unit, dan Bali 5,44 juta unit. Meski kontribusinya lebih kecil dibandingkan Jawa, daerah-daerah tersebut menunjukkan tren pertumbuhan yang positif.

Berdasarkan data Vehicles in Use 2024 dari OICA, rasio kepemilikan mobil di Indonesia baru mencapai 99 per 1.000 penduduk. Angka ini masih jauh di bawah Malaysia (490), Thailand (275), dan Singapura (211). Meski demikian, Indonesia justru mencatat penjualan kendaraan domestik tertinggi di ASEAN.

“Struktur industri otomotif nasional terbukti memiliki koefisien backward linkage sebesar 0,975 dan forward linkage sebesar 0,835, yang berarti memberikan efek pengganda besar pada perekonomian, termasuk sektor logam, karet, elektronik, perdagangan, transportasi, logistik, dan jasa keuangan,” jelas Setia.