Sebut Aksi Demo Jadi Biang Kerok IHSG Anjlok, Analis Ungkap Ada Potensi Makin Tertekan

IHSG Ditutup Melemah
IHSG Ditutup Melemah

 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 3,51 persen level 7.555 pada pembukaan perdagangan Senin, 1 September 2025. Analis menilai koreksi signifikan indeks dipicu beberapa faktor, salah satunya akibat aksi demonstrasi.

Menurut Analis pasar modal Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi, aksi unjuk rasa mengakibatkan ketidakstabilan politik. Di mana demo semakin meluas dan memanas setelah peristiwa salah satu mitra ojek online, Affan Kurniawan, dilindas kendaraan taktis (rantis) polisi pada Kamis malam, 28 Agustus 2025.

"Ketidakstabilan politik dalam negeri, kekhawatiran pasar pada dampak yang meluas dan keberlanjutan atas aksi yang terjadi beberapa hari terakhir," ucap Oktavianus yang dikutip dari Antara pada Senin, 1 September 2025.

Oktavianus menambahkan, faktor lain yang turut menekan indeks domestik adalah sentimen big caps yang tidak solid serta pelemahan rupiah terhadap dolar AS. Mengacu pada DXY turun, menurutnya seharusnya rupiah cenderung menguat sehingga ia melihat ada ketidaksinambungan yang terjadi di pasar.

Ilustrasi Investasi

Ilustrasi Investasi

Sejalan dengan pernyataan Oktavianus, analis sekaligus penggiat pasar modal Indonesia Reydi Octa menuturkan ketidakpastian global masih membayangi pasar modal dalam negeri. Khususnya sentimen dari Amerika Serikat terkait ekspektasi inflasi dan arah kebijakan suku bunga bank sentral AS atau The Fed.

Reydi menyarankan agar para investor menerapkan strategi wait and see lantaran adanya peluang koreksi jangka pendek. Sektor defensif seperti consumer staples dan telekomunikasi patut dicermati jika situasi demonstrasi berlangsung lebih lama.

"Potensi tekanan tetap ada akibat kekhawatiran politik dalam negeri dan capital outflow," kata Reydi.

Berdasarkan pantuan VIVA melalui Stockbit, IHSG masih mencatat penuruna sebesar 1,18 persen atau 92,79 poin di level 7.377 hingga pukul 11.04 WIB pada Senin, 1 September 2025. Nilai transaksi di semua pasar (all market) mencapai Rp12,42 triliun dengan frekuensi perdagangan sebanyak 1,3 juta kali.