Menperin Minta Pabrikan Otomotif Tidak PHK dan Tambah Investasi
Agus Gumiwang Kartasasmita, Menteri Perindustrian meminta agar para pelaku industri otomotif tidak melakukan pemutusan hubungan kerja atau PHK ke karyawannya. Permintaan tersebut sangat penting mengingat efisiensi biasanya dijadikan solusi ketika perusahaan menghadap tekanan.
Sementara itu kondisi pasar otomotif di Indonesia sekarang sedang penuh tantangan. Terlihat dari jumlah penjualan mengalami penurunan dibanding pencapaian tahun lalu.
"Saya selalu minta kepada perusahan-perusahaan tersebut agar tidak boleh ada PHK walaupun sekarang kita menghadapi kondisi yang cukup memantang," ujar Agus Gumiwang Kartasasmita dilansir Antara (04/09).
Ia pun mengungkap bahwa melemahnya pasar otomotif di dalam negeri sebenarnya tidak banyak berdampak pada jumlah produksi. Pasalnya permintaan kendaraan dari negara tetangga terbilang stabil.

Oleh sebab itu dirinya mendorong agar perusahaan menambah investasi dan menggenjot produksi dalam negeri. Namun hal tersebut memang diperlukan waktu.
“Pasar global tidak bisa ditentukan oleh manajemen di Indonesia. Mereka harus bicara dulu ke principalnya masing-masing agar bisa membuka atau mengizinkan produk-produk dari Indonesia ke pasar lebih luas," tegas Agus.
Para pabrikan mobil di Tanah Air pun mengaku sudah melakukan upaya agar PHK tidak terjadi, salah satunya adalah Toyota yang mengakui produksi kendaraannyan berasal di Jepang.
“Kita selalu menghargai yang namanya long term employment,” kata Jap Ernando Demily, Direktur Pemasaran PT TAM ketika ditemui di Tangerang beberapa waktu lalu.
Meskipun begitu dia menilai bantuan dari pemerintah tetap ditunggu melalui kebijakan atau aturan terkait kendaraan roda empat. Salah satunya adalah pemberlakuan insentif pajak untuk Low Cost Green Car (LCGC) yang programnya kembali diperpanjang sampai 2031.
Sementara itu Suzuki mengungkap tantangan lain yaitu perang harga kendaraan khususnya setelah pabrikan asal Cina masuk Indonesia. Meski tidak memiliki dampak langsung, tapi tetap memiliki pengaruh.

Apalagi di tengah penurunan penjualan atau pelemahan daya beli masyarakat, membuat banyak model akhirnya tetap tidak menjangkau target konsumen khususnya di kalangan first car buyer.
“Tentu bukan hanya kita yang suffer karena produksi turun, otomatis fixed cost (biaya tetap) juga harus ditanggung lebih tinggi untuk unitnya,” kata Shodiq Wicaksono, Managing Director Suzuki Indomobil Motor (SIM) beberapa waktu lalu.