Insentif Akan Berakhir, Ini Daftar Mobil Listrik yang Masih Impor Utuh

Gaikindo, Kementerian Perindustrian, mobil china, Kemenperin, impor mobil, Impor mobil listrik, insentif impor mobil listrik, Insentif Akan Berakhir, Ini Daftar Mobil Listrik yang Masih Impor Utuh

Pemerintah Indonesia berencana akan mengakhiri insentif impor mobil listrik dalam bentuk utuh (Completely Built-Up/CBU) pada 31 Desember 2025, seperti termaktub dalam Peraturan Menteri Investasi Nomor 6 Tahun 2023 junto Nomor 1 Tahun 2024.

Hal tersebut, dikatakan Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan (ILMATAP) Kemenperin, Mahardi Tunggul Wicaksono, karena belum ada diskusi atau koordinasi lebih lanjut terkait keberlanjutan regulasi dimaksud.

“Sampai dengan hari ini, kami informasikan kepada teman-teman semua, kami belum ada sama sekali rapat dengan kementerian/lembaga lain terkait keberlanjutan insentif ini,” katanya dalam diskusi bertajuk Polemik Insentif BEV Impor di Jakarta, Senin (25/8/2025).

Gaikindo, Kementerian Perindustrian, mobil china, Kemenperin, impor mobil, Impor mobil listrik, insentif impor mobil listrik, Insentif Akan Berakhir, Ini Daftar Mobil Listrik yang Masih Impor Utuh

Ilustrasi pabrik BYD di Subang.

“Maka bisa kita asumsikan, karena belum ada rapat dan diskusi, maka sesuai dengan regulasi insentif ini akan berakhir sesuai dengan regulasi yang ada," lanjut dia.

Kebijakan yang berlaku sejak Februari 2024 ini menjadi jalan mudah bagi pabrikan asing untuk menjajal pasar kendaraan listrik nasional.

Namun, setelah tenggat berakhir, satu-satunya opsi bagi produsen adalah memproduksi secara lokal di Indonesia.

Lebih lanjut, berdasarkan beleidnya, pemerintah memberikan insentif berupa pembebasan bea masuk dan PPnBM untuk impor BEV CBU, disertai ketentuan bank garansi bagi setiap unit.

Produsen yang memanfaatkan fasilitas ini wajib berkomitmen memproduksi kendaraan di dalam negeri dengan rasio 1:1 setelah impor. Tenggat pengajuan insentif berakhir 31 Maret 2025, sedangkan 31 Desember 2025 menjadi batas akhir impor CBU.

2027, produsen harus menunaikan komitmen produksi 1:1 sesuai roadmap TKDN, dengan spesifikasi teknis minimal setara atau lebih tinggi. 

Siapa Saja yang Masih Impor CBU?

Meski sejumlah pabrikan sudah menyiapkan pabrik di Indonesia, masih banyak model mobil listrik yang berstatus impor utuh.

Berdasarkan data Kemenperin, terdapat enam perusahaan yang mengikuti program insentif CBU dengan total rencana investasi Rp 15,5 triliun dan kapasitas produksi 305.000 unit per tahun. Berikut rinciannya:

1. BYD - Denza

BYD menjadi pemain paling agresif mengimpor mobil listrik ke Indonesia. Model-model seperti Seal, Atto 3, Dolphin, M6, hingga Denza D9 semuanya masuk sebagai CBU.

BYD tengah membangun pabrik baru di Subang, Jawa Barat, senilai Rp 11,2 triliun, dengan kapasitas 150.000 unit per tahun.

Berdasarkan laporan terakhir yang dimiliki Kemenperin, progres pembangunan pabrik mereka yang berlokasi di Subang, Jawa Barat baru mencapai 45 persen per-Mei 2025. Artinya, mulai 2026, sebagian besar model mereka akan beralih ke produksi lokal.

2. GAC Aion

Hadir lewat Aion Y Plus, Aion V, Hyptec HT, dan Aion UT, pabrikan asal China ini secara umum masih mengandalkan jalur impor CBU.

Mereka baru melakukan perakitan lokal untuk model V di fasilitas produksi PT National Assemblers dengan investasi Rp 442 miliar.

Gaikindo, Kementerian Perindustrian, mobil china, Kemenperin, impor mobil, Impor mobil listrik, insentif impor mobil listrik, Insentif Akan Berakhir, Ini Daftar Mobil Listrik yang Masih Impor Utuh

Hyptec HT

3. Geely

Geely EX5 diperkenalkan awal 2025 melalui jalur impor utuh. Pabrikan ini bekerja sama dengan assembler lokal untuk produksi CKD, yaitu PT Handal Indonesia Motor (HIM) dengan investasi Rp 42 miliar dan kapasitas 20.000 unit per tahun.

4. VinFast

Merek asal Vietnam ini membangun pabrik baru senilai R p3,5 triliun dengan kapasitas 50.000 unit.

Progres pembangunan pabriknya dilaporkan telah mencapai 77 persen per 18 Agustus 2025, sementara model-model seperti VF 7 dan VF e34 masih masuk sebagai CBU hingga akhir 2025.

5. Citroën, Volkswagen, dan Xpeng

Citroën dan VW melakukan perluasan kapasitas produksi, masing-masing Rp 105 miliar (15.000 unit) dan Rp 51 miliar (15.000 unit) dengan fasilitas siap beroperasi. Xpeng bekerja sama dengan PT HIM, berinvestasi Rp 76 miliar untuk kapasitas 20.000 unit.

6. Ora 03 (GWM)

Ora 03 masuk lewat jalur CBU dari Thailand. PT Inchcape Indomobil Energi Baru mengalokasikan Rp 20 miliar untuk kapasitas 4.000 unit, dengan progres pembangunan fasilitas produksi 83 persen per Agustus 2025.

Ilustrasi pabrik VinFast di Vietnam

2026: Era Produksi Lokal Dimulai

Setelah insentif berakhir, pemerintah menegaskan belum ada lagi “karpet merah” untuk impor utuh (CBU). Produsen yang ingin terus menjual mobil listrik secara kompetitif di Indonesia harus membangun fasilitas produksi dalam negeri.

Langkah ini diharapkan memicu transfer teknologi, membuka lapangan kerja, serta menurunkan harga mobil listrik yang selama ini menjadi keluhan konsumen.

Tahun 2025 bisa disebut sebagai momen terakhir pesta impor mobil listrik CBU di Indonesia. Model-model seperti BYD Dolphin, Aion Y Plus, Geely EX5, hingga Ora 03 masih bisa dinikmati dengan harga lebih kompetitif berkat insentif pemerintah.

Namun, mulai 2026, peta persaingan akan berubah: hanya merek yang benar-benar serius menanamkan investasi di Indonesia yang akan bertahan.

Bagi konsumen, ini tentu kabar baik. Selain lebih banyak pilihan, produksi lokal berpotensi membuat harga mobil listrik semakin terjangkau.

Sekretaris Umum Gaikindo, Kukuh Kumara, menekankan bahwa yang terpenting bukan soal penghentian insentif, melainkan konsistensi kebijakan pemerintah.

“Bukan soal dihentikan, janjinya gimana? Konsistensi kebijakan bahwa akhir tahun ini selesai," kata dia.

"Jika pemerintah menilai ini untuk kebaikan dan kemaslahatan semua (diperpanjang), maka harus dievaluasi, tidak serta-merta dilanjutkan, demi kepentingan industri otomotif Indonesia.”

Pernyataan tersebut sekaligus menegaskan bahwa setiap langkah pemerintah akan dikaji secara seksama untuk memastikan manfaat jangka panjang bagi industri otomotif nasional.

Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!