Insentif Mobil Listrik Cukup Hingga 2025, Begini Kata Ahli!

insentif impor, produksi dalam negeri, emisi rendah, mobil listrik, Insentif Mobil Listrik Cukup Hingga 2025, Begini Kata Ahli!, Insentif Impor Mobil Listrik Tidak Perlu Diperpanjang Pasca-2025, Penjualan Mobil Listrik Meningkat, Namun Tidak Adil bagi Produsen Dalam Negeri, Gaikindo: Insentif Impor Tekan Kinerja Industri Otomotif, Kendaraan Rendah Emisi Bantu Kurangi Polusi, tetapi Perlu Perhatian, Sikap Pemerintah Terhadap Insentif Impor Mobil Listrik

Insentif Impor Mobil Listrik Tidak Perlu Diperpanjang Pasca-2025

JAKARTA, KOMPAS.com – Kebijakan insentif impor mobil listrik berbasis baterai atau Battery Electric Vehicle (BEV) dinilai tidak perlu diperpanjang lagi setelah masa berlakunya berakhir pada Desember 2025.

Hal ini diungkapkan oleh pengamat otomotif dari Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM UI), Riyanto.

insentif impor, produksi dalam negeri, emisi rendah, mobil listrik, Insentif Mobil Listrik Cukup Hingga 2025, Begini Kata Ahli!, Insentif Impor Mobil Listrik Tidak Perlu Diperpanjang Pasca-2025, Penjualan Mobil Listrik Meningkat, Namun Tidak Adil bagi Produsen Dalam Negeri, Gaikindo: Insentif Impor Tekan Kinerja Industri Otomotif, Kendaraan Rendah Emisi Bantu Kurangi Polusi, tetapi Perlu Perhatian, Sikap Pemerintah Terhadap Insentif Impor Mobil Listrik

Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan Kementerian Perindustrian (ILMATAP Kemenperin), Mahardi Tunggul Wicaksonodalam diskusi bertajuk Polemik Insentif BEV Impor yang digelar Forwin di Jakarta, Senin (25/8/2025).

Ia berpendapat bahwa fase 'coba pasar' selama ini sudah cukup memberikan ruang bagi konsumen untuk mengenal kendaraan listrik.

Selanjutnya, fokus harus diarahkan kepada peningkatan produksi dalam negeri.

"Sebenarnya harusnya memang sudah harus berakhir sebagaimana Peraturan Menteri Investasi Nomor 6 Tahun 2023 junto Nomor 1 Tahun 2024," ungkap Riyanto dalam diskusi bertajuk Polemik Insentif BEV Impor yang digelar oleh Forwin di Jakarta, pada Senin (25/8/2025).

Penjualan Mobil Listrik Meningkat, Namun Tidak Adil bagi Produsen Dalam Negeri

Riyanto melanjutkan bahwa selama Januari hingga Juni 2025, penjualan mobil listrik di Indonesia telah mencapai 35.846 unit, dengan pangsa pasar sebesar 9,7 persen dari total penjualan mobil nasional.

insentif impor, produksi dalam negeri, emisi rendah, mobil listrik, Insentif Mobil Listrik Cukup Hingga 2025, Begini Kata Ahli!, Insentif Impor Mobil Listrik Tidak Perlu Diperpanjang Pasca-2025, Penjualan Mobil Listrik Meningkat, Namun Tidak Adil bagi Produsen Dalam Negeri, Gaikindo: Insentif Impor Tekan Kinerja Industri Otomotif, Kendaraan Rendah Emisi Bantu Kurangi Polusi, tetapi Perlu Perhatian, Sikap Pemerintah Terhadap Insentif Impor Mobil Listrik

Pengunjung memadati ruang pamer mobil di ajang pameran otomotif Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2025 di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD, Serpong, Kabupaten Tangerang, Banten, Kamis (24/7/2025). GAIKINDO selaku penyelenggara pameran menargetkan capaian transaksi penjualan di GIIAS 2025 lebih dari Rp20 triliun, target tersebut berdasarkan pencapaian tahun lalu yang menembus angka Rp20 triliun.

Dari angka tersebut, 63 persen di antaranya merupakan mobil listrik impor (Completely Built Up/CBU).

Jika dibandingkan, penjualan mobil listrik pada tahun 2024 hanya mencatatkan 43.188 unit, dengan porsi 5 persen dari total penjualan mobil nasional dan komposisi mobil listrik berbasis baterai yang baru mencapai sekitar 40 persen.

"Sejak September/Oktober 2022, penjualan bulanan mobil listrik mengalami lonjakan yang luar biasa. Biasanya setiap Januari, karena ini PPnBM ditanggung pemerintah, PPN-nya juga sebagian ditanggung pemerintah," jelasnya.

Namun, ia juga menyoroti bahwa meskipun insentif ini berhasil mempercepat adopsi kendaraan ramah lingkungan, situasi ini menciptakan persaingan yang tidak adil bagi produsen yang telah berinvestasi dalam pembangunan pabrik di Indonesia.

"Tapi dampak ekonominya (dari impor mobil listrik) hanya pada perdagangan. Tidak ada multiplier effect yang lebih tinggi di dalam negeri. Kemudian, bagi yang sudah bikin pabrik, pasti utilisasinya tertekan. Tidak optimal," lanjut Riyanto.

insentif impor, produksi dalam negeri, emisi rendah, mobil listrik, Insentif Mobil Listrik Cukup Hingga 2025, Begini Kata Ahli!, Insentif Impor Mobil Listrik Tidak Perlu Diperpanjang Pasca-2025, Penjualan Mobil Listrik Meningkat, Namun Tidak Adil bagi Produsen Dalam Negeri, Gaikindo: Insentif Impor Tekan Kinerja Industri Otomotif, Kendaraan Rendah Emisi Bantu Kurangi Polusi, tetapi Perlu Perhatian, Sikap Pemerintah Terhadap Insentif Impor Mobil Listrik

BYD Zhengzhou, kapal khusus pengangkut kendaraan milik BYD

Gaikindo: Insentif Impor Tekan Kinerja Industri Otomotif

Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) juga menyatakan bahwa meskipun insentif impor BEV telah mendorong adopsi kendaraan ramah lingkungan, situasi ini juga menekan kinerja industri otomotif dalam negeri.

Sekretaris Umum Gaikindo, Kukuh Kumara, mencatat bahwa utilisasi industri mobil menurun dari 73 persen menjadi 55 persen di tahun ini seiring dengan penurunan penjualan domestik.

"Banyak perusahaan komponen mengeluh karena suplai ke pabrikan berkurang. Untung masih ada ekspor, sehingga bisa berjalan," katanya.

Gaikindo melaporkan bahwa penjualan mobil domestik pada tahun 2024 hanya mencapai 865.000 unit, jauh menurun dari 1,2 juta unit pada tahun 2014.

Penurunan ini juga terlihat berlanjut di tahun ini, di mana penjualan hingga Juli 2025 turun 10 persen menjadi 453.278 unit (ritel).

Kukuh menambahkan, penurunan penjualan dipicu oleh melemahnya daya beli masyarakat dan tingginya pajak mobil non-BEV. "Pemerintah harus menciptakan keseimbangan industri otomotif. Insentif jangan hanya untuk BEV impor, tetapi juga untuk ICE, HEV, dan industri komponen agar tumbuh bersama,” tegasnya.

insentif impor, produksi dalam negeri, emisi rendah, mobil listrik, Insentif Mobil Listrik Cukup Hingga 2025, Begini Kata Ahli!, Insentif Impor Mobil Listrik Tidak Perlu Diperpanjang Pasca-2025, Penjualan Mobil Listrik Meningkat, Namun Tidak Adil bagi Produsen Dalam Negeri, Gaikindo: Insentif Impor Tekan Kinerja Industri Otomotif, Kendaraan Rendah Emisi Bantu Kurangi Polusi, tetapi Perlu Perhatian, Sikap Pemerintah Terhadap Insentif Impor Mobil Listrik

Kontribusi impor mobil listrik terhadap industri otomotif di Indonesia

Kendaraan Rendah Emisi Bantu Kurangi Polusi, tetapi Perlu Perhatian

Meski insentif ini memiliki manfaat dalam mendorong penggunaan kendaraan rendah emisi, Riyanto mengingatkan bahwa tantangan lain terkait emisi juga harus menjadi perhatian.

Sejak tahun 2019 hingga Juni 2025, total populasi BEV telah mencapai 107.000 unit.

Jika digabungkan dengan kendaraan hybrid dan plug-in hybrid, jumlah kendaraan rendah emisi (Low Carbon Emission Vehicle/LCEV) mencapai 261.000 unit, atau sekitar 18 persen dari target 20 persen.

“Kalau dilihat dari sisi emisi, dari tahun 2021 hingga pertengahan 2025, penggunaan LCEV telah menurunkan emisi CO? sekitar 10 persen dibandingkan dengan skenario tanpa kendaraan listrik," kata Riyanto.

Namun, dia juga mencatat bahwa karena penggunaan listrik yang masih didominasi oleh sumber fosil, pengurangan emisi secara well-to-wheel hanya mencapai 7 persen.

Sikap Pemerintah Terhadap Insentif Impor Mobil Listrik

Sementara itu, pemerintah melalui Kementerian Perindustrian (Kemenperin) masih belum memberikan kepastian mengenai perpanjangan insentif impor BEV.

Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan (ILMATAP) Kemenperin, Mahardi Tunggul Wicaksono, menyatakan bahwa fasilitas tersebut masih berjalan sesuai regulasi yang ada.

"Sampai dengan hari ini, kami belum ada sama sekali rapat dengan kementerian/lembaga lain terkait keberlanjutan insentif ini," ungkap Mahardi. "Maka bisa kita asumsikan, karena belum ada rapat dan diskusi, insentif ini akan berakhir sesuai dengan regulasi yang ada," tambahnya.

Dengan berbagai pendapat yang ada, situasi insentif impor mobil listrik ini menjadi tantangan bagi pemerintah dalam menciptakan keseimbangan antara meningkatkan adopsi kendaraan ramah lingkungan dan mendorong pertumbuhan industri otomotif dalam negeri.

Terangi negeri dengan literasi, satu buku bisa membuka ribuan mimpi. Lewat ekspedisi Kata ke Nyata, Kompas.com ingin membawa ribuan buku ke pelosok Indonesia. Bantu anak-anak membaca lebih banyak, bermimpi lebih tinggi. Ayo donasi via Kitabisa!