Upgrade Audio di Mobil Listrik Ternyata Lebih Mudah, Ini Penjelasannya

Mobil listrik makin populer seiring meningkatnya kesadaran akan efisiensi energi dan lingkungan. Kini pemilik EV yang mulai melakukan personalisasi termasuk meningkatkan kualitas sistem audio.
Meskipun banyak yang mengira pemasangan audio di mobil listrik lebih rumit karena berkaitan dengan sistem kelistrikan bertegangan tinggi, ternyata kenyataannya justru sebaliknya.
Edy Susanto, pemilik Cartens Audio Jakarta, mengatakan bahwa proses instalasi audio di mobil listrik sebenarnya lebih mudah ketimbang mobil konvensional.
Cartens Audio Jakarta
“Kalau dibilang beda, bedanya mungkin karena ini teknologi baru ya. Kita transisi dari mobil yang konvensional ke elektrik,” ujar Edy saat ditemui Kompas.com di workshop-nya di Fatmawati, Jakarta.
“Pertama kali ya mungkin banyak ketakutan dalam artian apakah nanti void dengan garansi baterainya. Apakah baterainya nanti pemakaiannya akan jadi lebih boros dan lain-lain gitu kan. Tapi kalau dari sisi kita teknis, kita lebih bilang lebih mudah,” jelasnya.
Edy menekankan bahwa banyak tantangan teknis justru muncul saat mengerjakan mobil konvensional, karena sistem kelistrikannya lebih kompleks dan rentan terhadap gangguan.
Modifikasi audio Denza D9 Cartens Audio
“Jauh lebih mudah. Kenapa? Karena kalau di mobil-mobil yang konvensional itu kita ada masalah dengan alternator current. AC ke DC, DC ke AC gitu ya. Terus banyak gangguan di torsi dari ya masalah tadi tuh alternator itu kan,” ungkapnya.
Sementara itu, mobil listrik sepenuhnya menggunakan arus DC, yang menurut Edy sangat memudahkan integrasi dengan perangkat audio aftermarket.
“Nah kalau EV kan nggak. EV itu kan full DC. Itu big power DC. Jadi bagi kita itu udah semacam power supply besar yang emang bisa dipakai. Cuman yang membedakan itu adalah high voltage battery atau yang low voltage battery-nya,” ujarnya.
Dari total 1.077 sesi di GIIAS 2025, BinguoEV menjadi model yang paling banyak dicoba (63 persen), diikuti Cloud EV (17 persen), Air ev (15 persen), Alvez (3 persen), dan Almaz (2 persen).
“Bawaan mobilnya. Ya, kan itu baterai yang high voltage sama baterai yang accessories itu kan berbeda. Nah untuk accessories itu kan dia pakenya yang low voltage. Jadi kendalanya cuma di situ aja. Tapi sisanya kalau ditanya instalasi, kita lebih mudah untuk mobil yang elektrik. Karena nggak lebih rewel,” tambah Edy.
Edy menjelaskan bahwa pada mobil konvensional, proses instalasi bisa jadi merepotkan karena adanya interferensi dari alternator hingga gangguan torsi yang memengaruhi kualitas audio.
“Kalau mobil-mobil yang konvensional itu agak rewel misalnya ketemu kabelnya alternator, signalnya di torsi, storing, dan lain-lain. Nah itu yang masalah,” katanya.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com.