Mendag Sebut CPU, Smartphone, hingga Mobil Listrik Bikin Impor RI Melonjak

Menteri Perdagangan, Budi Santoso alias Busan mengatakan, kenaikan impor Indonesia periode Januari-Juli 2025, ditopang oleh kenaikan permintaan barang modal seperti central processing unit (CPU), mobil listrik, hingga ponsel pintar.
Dia menjelaskan, impor Indonesia pada Januari-Juli 2025 tercatat mencapai US$136,51 miliar, atau tumbuh 3,41 persen (CtC), yang didominasi bahan baku penolong dengan pangsa 71 persen, barang modal 20,05 persen, dan barang konsumsi 8,94 persen.
"Beberapa penyebab kenaikan impor barang modal adalah naiknya impor central processing unit (CPU), mobil listrik, peralatan navigasi kapal, perangkat penerima sinyal, dan ponsel pintar," kata Busan dalam keterangannya, Rabu, 3 September 2025.
Dia menambahkan, peningkatan ini didorong oleh impor non-migas yang naik 6,97 persen menjadi US$118,13 miliar, dibandingkan dengan periode Januari-Juli 2024.
Dibandingkan periode Januari-Juli 2024 tersebut, terjadi kenaikan impor barang modal sebesar 20,56 persen dan impor bahan baku atau penolong sebesar 0,15 persen (CtC), sementara impor barang konsumsi turun 2,47 persen.
"Untuk produk bahan baku atau penolong, lonjakan impor tertinggi adalah pada emas batangan, biji kakao, senyawa kimia untuk cakram elektronik, sulfur, dan naphtha," ujar Mendag.
Busan menjelaskan, impor barang konsumsi turun terutama pada bahan bakar diesel, pendingin ruangan, bawang putih, krimer non-susu (non-dairy creamer), dan buah pir.
Sementara komoditas impor non-migas dengan peningkatan tertinggi antara lain yakni pada kakao dan olahannya (HS 18) naik 148,22 persen; logam mulia, perhiasan atau permata (HS 71) 87,67 persen; serta garam, belerang, batu, dan semen (HS 25) 69,16 persen (CtC).
Jika dilihat berdasarkan negara asal, lanjut Busan, impor non-migas Indonesia periode Januari-Juli 2025 didominasi Tiongkok, Jepang, dan AS, dengan kontribusi gabungan mencapai 52,65 persen terhadap total impor non-migas.
"Dan untuk negara asal impor dengan kenaikan tertinggi adalah Ekuador dengan 135,25 persen, Uni Emirat Arab 79,10 persen, dan Kanada 33,43 persen," ujarnya.