Investasi CATL untuk Baterai EV di Indonesia Terhambat, Apa Solusinya?

CATL, baterai EV, Indonesia, Investasi, investasi, Investasi CATL untuk Baterai EV di Indonesia Terhambat, Apa Solusinya?

Perusahaan raksasa asal China yang bergerak di bidang produksi baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV), Contemporary Amperex Technology Co Ltd (CATL), dikabarkan menarik diri dari proyek pengembangan ekosistem baterai EV nasional.

Hal ini menjadi sorotan karena perusahaan ini sebelumnya digadang-gadang menjadi salah satu investor strategis dalam membangun rantai pasok baterai kendaraan listrik di Tanah Air.

"Informasinya seperti itu, mas. Namun dari informasi yang beredar, pemerintah sudah memiliki alternatif investor lain untuk mengisi posisi CATL tersebut, sehingga kami dari asosiasi juga berharap ekosistem EV tetap bisa tumbuh, khususnya dalam supply baterai sel," kata dia kepada Kompas.com, Minggu (11/5/2025).

Namun, asosiasi tetap optimistis bahwa proyek ekosistem EV nasional akan terus berjalan, walau dengan potensi penyesuaian terhadap target waktu yang telah ditetapkan.

"Pasti akan ada hambatan (kondisi global), tapi harapannya minimal terus bertumbuh, walaupun end result-nya mungkin bisa tidak sesuai target (timeline)," ujar Rofiqi.

Pernyataan berbeda disampaikan Kementerian Perindustrian (Kemenperin), yang menegaskan bahwa CATL tidak mundur dari proyek nasional, melainkan mengalami penundaan karena perbaikan fasilitas. "Progress investasinya lanjut, tapi terdapat delay karena CATL melakukan improvement facilities pabrik untuk menghindari kemungkinan kebakaran," kata Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Arief saat dikonfirmasi Kompas.com.

Dengan adanya peningkatan fasilitas pabrik tersebut, maka proses produksi dari CATL direncanakan akan berlangsung pada kuartal ketiga 2026 mendatang. "Rencana SOP (Start of Production) CATL pada Q3 2026," tambah dia.

Dalam kesempatan terpisah, Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM, Rosan Perkasa Roeslani, juga membantah kabar mundurnya CATL dari proyek raksasa ekosistem baterai EV nasional.

Ia menegaskan proyek tetap berjalan sesuai komitmen investasi awal. "Tidak, siapa bilang? Ini kan proyek yang lebih besar (daripada LG Energy Solution), jadi kita beresin supaya implementasinya semua berjalan. Tapi komitmennya tetap berjalan semua," ucap dia.

"Ini kan ada beberapa pihak, BUMN dan lainnya. Pokoknya kita pastikan yang penting proyek ini berjalan dengan baik dan benar, pokoknya sesuai aturan yang ada," kata Rosan ketika ditanya apakah ada kendala dalam proses implementasinya.

CATL sendiri merupakan mitra strategis pemerintah dalam proyek pengembangan ekosistem baterai EV nasional, yang bertujuan menjadikan Indonesia sebagai pemain utama di industri kendaraan listrik dunia.

Mereka masuk ke Indonesia melalui anak usaha CBL International Development Pte Ltd, dan membentuk perusahaan patungan (joint venture) bersama PT Industri Baterai Indonesia atau Indonesia Battery Corporation (IBC) bernama PT Contemporary Amperex Technology Indonesia Battery (PT CATIB).

Dalam kerja sama tersebut, CATL berkomitmen untuk membangun kapasitas produksi sebesar 15 gigawatt hour (GWh) per tahun, dengan nilai investasi sekitar 1,18 miliar dollar AS atau setara Rp 19,1 triliun.

Namun, berdasarkan Overseas Direct Investment (ODI) approval yang diterima IBC, realisasi investasi CATL saat ini baru mencapai setengah dari target dimaksud.

"Dari ODI approval yang kami peroleh dari mereka (CATL) saat ini baru setengahnya. Jadi sekitar 6,9 GW atau 417 juta dollar AS (setara Rp 6,75 triliun)," kata Direktur Utama IBC Toto Nugroho dalam RDP bersama Komisi XII DPR, Senin (17/2/2025) lalu.

Sayangnya, hingga berita ini diterbitkan, pihak IBC belum memberikan tanggapan atas kabar terbaru tersebut saat dihubungi langsung oleh redaksi Kompas.com.