Riset Cisco: Mayoritas Perusahaan di Indonesia Belum Siap dengan Ancaman AI

Cisco, Cybersecurity Readiness Index 2025, keamanan siber, cisco, Riset Cisco: Mayoritas Perusahaan di Indonesia Belum Siap dengan Ancaman AI

Perusahaan penyedia peralatan dan solusi jaringan asal Amerika Serikat (AS), Cisco merilis laporan terbaru mengenai indeks kesiapan perusahaan di dunia menghadapi berbagai ancaman siber.

Laporan ini merupakan survei yang diberikan kepada sekitar 8.000 pemimpin perusahaan dari berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia, yang berasal dari lintas industri. Responden Indonesia berjumlah sekitar 158 pemimpin yang mewakili perusahannya. 

Dalam laporan bertajuk "Cybersecurity Readiness Index 2025" tersebut, diungkapkan bahwa hanya 11 persen perusahaan di Indonesia yang dinilai Cisco siap (mature) menghadapi ancaman siber, termasuk yang mengandalkan teknologi kecerdasan buatan (AI). 

Dengan kata lain, ada kurang lebih 17 perusahaan di Indonesia yang dianggap memiliki sistem ketahanan baik untuk menangkal berbagai serangan siber modern. 

Director Cybersecurity Cisco ASEAN, Koo Juan Huat mengatakan ada beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya angka kesiapan keamanan siber di Indonesia. 

Cisco, Cybersecurity Readiness Index 2025, keamanan siber, cisco, Riset Cisco: Mayoritas Perusahaan di Indonesia Belum Siap dengan Ancaman AI

Director Cybersecurity Cisco ASEAN, Koo Juan Huat menjelaskan tentang temuan Cybersecurity Readiness Index 2025 untuk Indonesia di kantor Cisco Indonesia di Capital Place, Jakarta Selatan, Senin (26/5/2025).

"Perusahaan-perusahaan ini mengatakan bahwa mereka sangat bersusah payah atau struggle terkait meningkatnya kompleksitas, perkembangan, serta ancaman yang ditimbulkan AI kepada sistem keamanan mereka," kata Juan ketika ditemui KompasTekno di kantor Cisco Indonesia di Capital Place, Jakarta Selatan, Senin (26/5/2025). 

"Bahkan, 91 persen dari responden kami di Indonesia mengaku bahwa perusahaan mereka mengalami insiden keamanan siber yang melibatkan AI dalam setahun terakhir. Hal ini juga disebabkan karena maraknya peretas (hacker) mulai menggunakan AI untuk menjalankan aksinya," imbuh Juan. 

Hal ini, lanjut Juan, juga diperparah dengan pandangan (midnset) mayoritas perusahaan (73 persen responden) di Indonesia yang yakin betul bahwa sistem keamanan mereka mampu menangkal ancaman siber modern.

Di sisi lain, hanya 5 persen responden saja yang meyakini bahwa ancaman AI adalah satu aspek yang sulit dilindungi atau ditangani oleh perusahaan mereka. Dengan kata lain, kurangnya pengetahuan akan ancaman AI ini masih menjadi tantangan di Indonesia. 

Cisco, Cybersecurity Readiness Index 2025, keamanan siber, cisco, Riset Cisco: Mayoritas Perusahaan di Indonesia Belum Siap dengan Ancaman AI

Managing Director Cisco Indonesia, Marina Kacaribu menjelaskan temuan Cisco soal Cybersecurity Readiness Index 2025 untuk Indonesia ditemui KompasTekno di kantor Cisco Indonesia di Capital Place, Jakarta Selatan, Senin (26/5/2025).

Faktor lain yang mempengaruhi kurangnya kesiapan perusahaan di Indonesia menghadapi ancaman siber modern adalah terkait maraknya akses perangkat perusahaan ke jaringan yang tak aman, hingga kurangnya talenta di bidang keamanan siber. 

"Sekitar 92 persen responden di Indonesia mengaku bahwa mereka kesulitan memantau jaringan yang terhubung ke perangkat perusahaan, sehingga keamanan tidak bisa terjamin," ungkap Managing Director Cisco Indonesia, Marina Kacaribu di kesempatan yang sama.

Lalu, jaringan perusahaan yang kompleks juga menjadi tantangan bagi 84 persen responden. Maksud kompleks di sini adalah suatu perusahaan memiliki banyak solusi keamanan yang tak terhubung satu sama lain, sehingga akan dapat menghambat pekerjaan ketika ada insiden.

"Kemudian 95 persen responden dari Indonesia juga mengatakan bahwa kekurangan talenta di bidang keamanan siber masih menjadi tantangan yang harus dihadapi terkait penanggulangan ancaman siber modern," imbuh Marina.

Cisco, Cybersecurity Readiness Index 2025, keamanan siber, cisco, Riset Cisco: Mayoritas Perusahaan di Indonesia Belum Siap dengan Ancaman AI

Tantangan yang dihadapi perusahaan Indonesia terkait rendahnya kesiapan mereka menghadapi ancaman siber modern, ditampilkan di kantor Cisco Indonesia di Capital Place, Jakarta Selatan, Senin (26/5/2025).

Terapkan "Zero Trust"

Terkait kurangnya awareness seputar bahaya dan risiko ancaman keamanan siber modern, Cisco memiliki lima rekomendasi yang bisa diterapkan perusahaan di Indonesia. 

Rekomendasi pertama yang bisa dilakukan adalah menyebar edukasi tentang "Zero Trust", sebuah budaya untuk melindungi akses (password, kode OTP, dll) dan tak membagikannya kepada siapapun, termasuk rekan kerja. 

"Yang paling penting dilakukan perusahaan pertama kali adalah terapkan budaya Zero Trust di perusahaan mereka. Artinya, jangan percaya siapapun terkait semua hal yang berhubungan dengan akses ke sistem perusahaan," jelas Marina. 

Cisco, Cybersecurity Readiness Index 2025, keamanan siber, cisco, Riset Cisco: Mayoritas Perusahaan di Indonesia Belum Siap dengan Ancaman AI

Strategi yang bisa dilakukan perusahaan untuk meningkatkan kesiapan terhadap ancaman siber modern, ditampilkan di kantor Cisco Indonesia di Capital Place, Jakarta Selatan, Senin (26/5/2025).

Selanjutnya, perusahaan juga butuh untuk meningkatkan keamanan infrastuktur mereka untuk memperkuat network resilience, serta mengimplementasikan strategi dan fitur keamanan terkini untuk data-data yang diproses secara cloud.

"Terakhir adalah perusahaan bisa mengembangkan dan menerapkan teknologi AI supaya bisa dipakai dengan baik, dan teknologi ini sekaligus bisa mendeteksi berbagai ancaman keamanan di perusahaan tersebut," tambah Marina.

Layanan berupa platform atau aplikasi ini memiliki tiga fitur keamanan utama, yaitu Breach Protection untuk perlindungan terhadap peretas, User Protection untuk perlindungan perangkat pengguna, dan Cloud Protection untuk keamanan data. 

"Platform ini bisa memantau semua keamanan dari berbagai parameter dan endpoint, mulai dari pengguna hingga sistem, serta dapat memberikan kemudahan kontrol untuk seluruh infrastruktur keamanan dalam satu platform supaya perusahaan tetap aman," pungkas Juan.

Tentang Cisco Cybersecurity Readiness Index 2025

Cisco, Cybersecurity Readiness Index 2025, keamanan siber, cisco, Riset Cisco: Mayoritas Perusahaan di Indonesia Belum Siap dengan Ancaman AI

Lima pilar penilaian Cisco Cybersecurity Readiness Index 2025, ditampilkan di kantor Cisco Indonesia di Capital Place, Jakarta Selatan, Senin (26/5/2025).

Cisco Cybersecurity Readiness Index 2025 merupakan laporan yang mensurvei 8.000 pemimpin perusahaan dari berbagai industri (teknologi, finansial, manufaktur, dll) yang ada di seluruh dunia, termasuk Indonesia. 

Survei ini disebar secara online pada Januari-Februari 2025 dan dilakukan dengan metode double blind. Artinya, baik Cisco atau responden saling tak tahu siapa yang mensurvei atau siapa yang mengisi survei tersebut. 

Dalam survei ini, Cisco menilai kesiapan perusahaan atas potensi ancaman keamanan siber melalui lima pilar yang masing-masing memiliki porsi penilaian (total 100 persen). Kelima pilar ini adalah sebagai berikut:

  1. Identity Intelligence (25 persen): kemampuan perusahaan untuk mengelola dan melindungi identitas pengguna dan akses ke sistem.
  2. Machine Trustworthiness (20 persen): kemampuan perusahaan menjamin bahwa perangkat mereka terlindungi dan terhubung dengan jaringan yang aman.
  3. Network Resilience (25 persen): kemampuan perusahaan untuk memastikan jaringan dan infrastruktur mereka tetap aman dan berfungsi ketika adanya insiden atau gangguan.
  4. Cloud Reinforcement (15 persen): kemampuan perusahaan untuk melindungi proses pengolahan dan alur data yang berjalan di internet (cloud).
  5. AI Fortification (15 persen): kemampuan perusahaan mengintegrasikan AI untuk meningkatkan deteksi, respons, dan adaptasi terhadap ancaman siber.

Dari penilaian ini, Cisco lantas mengakumulasikan skor akhir dan menempatkan suatu perusahaan ke empat kategori, yaitu Mature (di atas 70 persen), Progressive (41-59 persen), Formative (11-40 persen), dan Beginner (di bawah 10 persen). 

Secara keseluruhan di survei ini, Cisco menilai hanya 9 persen perusahaan yang dikategorikan Mature. Sementara 61 persen berada di kategori Formative, 26 persen di Progressive, dan 4 persen di kategori Beginner.