Tingkatkan Kualitas Sopir Truk di Indonesia dengan Kurikulum Tepat

Kecelakaan truk di Indonesia sering kali terjadi dan kebanyakan diakibatkan oleh human error. Untuk itu, kualitas SDM perlu ditingkatkan dengan adanya kurikulum yang tepat.
Ketua umum Perkumpulan Keamanan dan Keselamatan Indonesia (Kamselindo) Kyatmaja Lookman, mengatakan, saat ini sopir truk di Indonesia banyak yang otodidak. Kebanyakan adalah mantan kernet.
Menurutnya, perlu untuk membuat program yang terstruktur untuk para sopir truk sehingga tidak lagi otodidak.
Ati Ranti Taek (31), sopir truk asal Desa Honuk, Kecamatan Amfoang Barat Laut, Kabupaten Kupang, NTT, saat berpose di depan truknya
"Kita di Kamselindo sekarang sedang melakukan kolaborasi lintas instansi cuma masih belum pecah telor saja," ujar Kyatmaja, saat dihubungi Kompas.com, Rabu (3/6/2025).
"Rencana anggota kami ini akan membuat LPK (Lembaga Pelatihan Kerja) perusahaan, di mana setiap perusahaan harus memiliki instruktur level 4," kata Kyatmaja.
Kyatmaja menambahkan, nantinya para LPK tersebut bisa menggunakan kurikulum yang sedang dibangun. Sebab, Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) saat ini kurang tepat untuk konteks sopir truk.
Sopir truk kontainer bernama Jaya (61) saat ditemui di Sungai Bambu, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat (18/4/2025).
"Sudah ada pilot project tiga perusahaan. Tetapi, memang mengurus LPK perusahaannya di Disnaker DKI Jakarta agak lama," ujar Kyatmaja.
"Harusnya instruktur perusahaan bisa melatih pengemudi ketika sedang tidak menarik muatan. Karena program-program yang ada sekarang sering berbenturan jadwal sehingga yang diutus pengemudi yang itu-itu saja," kata Kyatmaja.
Menurutnya, dukungan kurikulum dan percepatan perizinan untuk LPK perusahaan serta bimbingan dari Disnaker, Kemnaker, Kemenhub, dan Korlantas jadi penting. Sehingga, perusahaan-perusahaan bisa melatih pengemudinya secara mandiri.