Sagara Bhumi, Fun Dining di Klaten yang Bikin Bangga Kekayaan Pangan Indonesia

Indonesia adalah negara yang sebenarnya kaya akan bahan pangan, baik di darat maupun di laut.
Aneka bahan makanan yang melimpah itu ternyata bisa diolah menjadi aneka makanan dan minuman lezat serta berkelas.
Kompas.com membuktikannya sendiri saat berkunjung ke Aroma Rasa, rumah makan di Sidoharjo, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Namun, tulisan “makan” pada Rumah Makan di sini dicoret dan diganti “tumbuh”, sehingga dibaca Rumah Tumbuh.
Fun Dining Sagara Bhumi
Adapun kekayaan bahan pangan Nusantara itu saya rasakan saat fun dining dari Sagara Bhumi, project dari chef Aroma Rasa bernama Dominikus Sigit Dewanto pada Sabtu (31/5/2025).
“Makanan Indonesia itu kurang diangkat ya. Kita sebagai orang Indonesia kan sebenarnya harus bangga. Maka, bentuk bangga kami adalah membuat seperti ini (Sagara Bumi),” kata Sigit kepada peserta fun dining di Aroma Rasa, Sabtu.
Ia melanjutkan, Sagara Bhumi adalah fun dining dan bukan fine dining. Peserta bebas untuk makan dengan cara masing-masing.
“Boleh makan pakai tangan, boleh juga suap-suapan,” sambung Sigit.
Adapun beberapa hal yang harus diperhatikan peserta adalah:
- Datang dalam kondisi bahagia
- Jangan datang dalam kondisi kenyang
- Tidak memiliki alergi makanan (seafood, diary free, dan lain-lain)
- Halal (no pork, no lard, no alcohol)
- Dress kasual
- Konsep fun dining
Makanan lezat dari bahan pangan Nusantara yang penuh kisah
Pada sesi fun dining kali ini, kami disuguhi 10 menu makanan yang dibuat berdasarkan pengalaman dan petualangan chef Sigit dalam menjelajah cita rasa kuliner Nusantara selama bertahun-tahun.
Chef Dominikus Sigit Dewanto (paling kiri memakai topi) saat menjelaskan seputar fun dining Sagara Bhumi pada Sabtu (31/5/2025).
Beberapa menu yang disajikan, seperti sup nelayan, kinang eyang putri, sate rembiga, bihun kari kualanamu, dan mustika majapahit, semua dibuat menggunakan bahan makanan yang banyak tersedia di Indonesia.
Seperti sup nelayan. Ini sebenarnya adalah sayur lodeh. Namun, berbeda dengan sayur lodeh biasanya.
Isian sayur lodeh ini menggunakan bahan makanan dari laut, seperti daging ikan dan rumput laut.
Sup nelayan saat fun dining by Sagara Bhumi, Sabtu (31/5/2025). Sup ini adalah sayur lodeh yang isiannya adalah dari bahan-bahan laut, seperti udang, ikan, dan rumput laut.
“Ini menunjukkan kalau masyarakat pesisir sebenarnya bisa membuat aneka makanan dari hasil laut tangkapan nelayan,” kata Sigit.
Ia juga menceritakan kisah lodeh yang unik. Sayur ini ternyata banyak dimasak oleh masyarakat Yogyakarta saat terjadi bencana agar cepat berlalu, seperti saat gempa tahun 2006.
Menu yang disajikan juga terinspirasi dari hal-hal yang ada di Indonesia, seperti kinang eyang putri.
Makanan penutup berwarna merah ini terdiri dari granita bir pletok, shorbert buah naga-semangka, minyak kelapa, dan jeruk nipis.
Dessert Kinang Eyang Putri saat Fun Dining by Sagara Bhumi, Sabtu (31/5/2025). Makanan penutup ini terinspirasi dari kebiasaan menginang orang-orang tua zaman dahulu.
Sesuai namanya, makanan ini ternyata terinspirasi dari kebiasaan menginang orang tua pada zaman dahulu.
Semua menu yang disajikan menurut saya terasa enak. Seolah tidak disangka bahan-bahan makanan itu ada di sekitar kita.
Selain itu, penyajian makanan juga menarik. Beberapa proses memasak dan menata makanan juga dilakukan di depan peserta.
Seperti menu mustika majapahit yang disajikan dengan membakar kertas berwarna emas, lalu tampak dessert berwarna emas yang menurut Sigit bagaikan harta karun.
Indonesia butuh pengetahuan tentang gastronomi
Melalui Sagara Bhumi, Sigit ingin menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia sebenarnya butuh pengetahuan tentang gastronomi atau seni menyiapkan hidangan yang lezat, serta pengolahan bahan makanan.
Itu karena Indonesia memang kaya akan bahan makanan, mulai dari daratan hingga lautan yang semuanya bisa diolah menjadi kuliner lezat dan berkelas.
Kuliner Mustika Majapahit saat Fun Dining by Sagara Bhumi, Sabtu (31/5/2025). Makanan ini menonjolkan rasa beras kencur khas Nusantara.
“Nama Sagara Bhumi berasal dari sagara yang berati laut dan bhumi yang berarti bumi. Kita menggunakan bahan dari darat dan laut di Indonesia,” kata Sigit.
Ia memberi contoh dari makanan sup nelayan yang seharusnya masyarakat pesisir tahu cara mengolah hasil laut menjadi aneka makanan, seperti dijadikan sayur lodeh.
“Seperti di Papua juga. Mereka enggak butuh makanan instan karena bahan makanan dari hutan sudah banyak sekali. Mereka cuma butuh pengetahuan tentang cara mengolah bahan makanan dari hutan itu,” sambung Sigit.
Jika ingin merasakan pengalaman fun dining oleh Sagara Bhumi di Aroma Rasa, Anda bisa melakukan reservasi di jadwal yang sudah ditentukan.
Info jadwal fun dining bisa dilihat di akun instagram @tentang_sagarabhumi. Ada kuota untuk setiap jadwal dengan tarif Rp 295.000.
Jika kuota sudah penuh, maka Anda harus menunggu jadwal selanjutnya. Jika jadwal sudah diumumkan, segera mendaftar agar tidak sampai kehabisan kuota.