Mahasiswa Indonesia di Iran Ungkap Ledakan dan Penangkapan di Tengah Perang

Iran, Tel Aviv, Mahasiswa Indonesia Ungkap Kondisi di Teheran, DPR Dorong Pembentukan Satgas Evakuasi WNI di Iran, Korban Sipil Bertambah Akses Informasi Terbatas, Mahasiswa Indonesia di Iran Ungkap Ledakan dan Penangkapan di Tengah Perang

Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI mengungkapkan bahwa sebanyak 386 Warga Negara Indonesia (WNI) saat ini berada di Iran di tengah meningkatnya konflik bersenjata antara Iran dan Israel. 

Ketegangan bermula dari serangan militer Israel ke sejumlah wilayah strategis Iran pada Jumat (13/6/2025), yang menewaskan beberapa tokoh penting dari pasukan Garda Revolusi Iran (IRGC). Sebagai balasan, Iran meluncurkan rudal ke wilayah Tel Aviv.

Menanggapi situasi tersebut, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Teheran menaikkan status kewaspadaan menjadi Siaga 2. 

Seluruh WNI diimbau untuk meningkatkan kehati-hatian. Kemenlu juga mencatat ada 187 WNI di Israel, mayoritas tinggal di kawasan Arava, selatan Israel. Kondisi mereka dilaporkan dalam keadaan aman.

Mahasiswa Indonesia Ungkap Kondisi di Teheran

Dilansir Kompas.com (17/06/2025), seorang mahasiswa Indonesia di Universitas Internasional Ahlul Bait, Ahmad Hukam, menggambarkan situasi terkini di Iran. 

Ia menyebutkan bahwa puluhan orang telah ditangkap karena menyebarkan informasi palsu dan propaganda.

“Kondisi saat ini di Teheran, Iran itu sebanyak 13 orang ditangkap karena menyebarkan propaganda ke Israel dan mengganggu transmisi umum melalui media sosial, serta menyebarkan hoaks di Provinsi Mazandaran dan Semnan," ujar Ahmad dalam wawancara, Senin (16/6/2025).

"Total 36 orang ditangkap akibat penyiaran dan kemudian meresahkan publik secara provokatif,” tambahnya.

Ahmad juga melaporkan adanya suara ledakan yang terdengar dari lokasi tempat tinggalnya di asrama kampus.

"Untuk hari ini belum ada serangan lanjutan, tapi untuk semalam ada sekitar 10 ledakan yang terjadi pukul 23.00 hingga 04.00 pagi waktu Teheran, Iran," katanya.

"Pelajar Indonesia di Iran diimbau KBRI untuk berada di asrama selama belum ada informasi resmi dari kedutaan besar di Iran. Nanti ketika sudah ada informasi resmi dan mengikuti ibuku, baru kita menuju kedutaan besar Indonesia di Iran," sambungnya.

Korban Sipil Bertambah, Akses Informasi Terbatas

Ahmad juga menyampaikan bahwa korban sipil akibat serangan militer terus bertambah. Ia mengutip data dari media sosial yang menyebutkan bahwa dalam 65 jam pertama sejak agresi dimulai, terdapat 224 warga sipil Iran yang tewas dan 1.277 lainnya mengalami luka-luka.

“Kalau saya membaca dari media sosial sendiri sangat menggebu-gebu untuk membalas serangan Israel, karena korban meningkat kemudian dari 65 jam sejak agresi dimulai tercatat ada 224 warga sipil Iran yang terbunuh dan 1.277 terluka, termasuk di dalamnya ada komandan garda revolusi Iran dan ilmuwan-ilmuwan nuklir di Iran,” ucapnya.

Menurut Ahmad, akses informasi di Iran sangat terbatas dan polisi berjaga ketat di berbagai wilayah, termasuk sekitar asrama. “Belum ada informasi resmi untuk meninggalkan Iran,” katanya.

DPR Dorong Pembentukan Satgas Evakuasi WNI di Iran

Menanggapi situasi yang kian memburuk, Anggota Komisi I DPR RI, Syamsu Rizal, mendorong pemerintah untuk segera membentuk satuan tugas (Satgas) evakuasi bagi WNI di Iran.

"Keselamatan 386 WNI yang kini berada di zona konflik, terutama mahasiswa di Qom dan Teheran, harus menjadi prioritas. Pemerintah, melalui Kemenlu dan KBRI Teheran, harus segera meningkatkan status kewaspadaan dan membuka jalur evakuasi aman," tegas Syamsu Rizal dalam pernyataan tertulisnya, Selasa (17/6/2025).

Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul dan Cerita WNI di Iran, Dengar 10 Ledakan pada Malam Hari hingga Subuh.